3 ; Jadi dirinya harus bagaimana?

64 7 4
                                    

Sejujurnya, aku merasa sangat bodoh karena mempertahankan sesuatu yang terus menerus menyakitiku.


Sesampai nya di rumah dian, daaran
Mematikan mesin motor nya itu.
Dian turun dari motor daaran dan membuka helm nya.

Saat sudah terbuka, helm itu di berikan lagi kepada sang pemilik
"Makasih atas tumpangan nya!" Ujar dian dan di jawab senyuman oleh daaran.

"Yaudah, aku duluan ya" ucap daaran, dian mengangguk.

.
.
.

Sesampai nya di rumah, daaran membuka pintu rumah nya.
"Abang pulang!" Teriak nya saat sudah dalam rumah nya.

Ia melepas sepatu nya juga dasi sekolah nya.
Ia berjalan menuju kamar nya dan membaringkan tubuh nya di atas kasur milik nya.

Jangan tanya orang tua nya di mana, ia terlahir dengan keluarga yang sibuk dengan dunia nya sendiri.
Maka dari itu dia selalu merasa kesepian.

Ia membuka handphone milik nya dan membuka pesan yang masuk.
Oh ya, handphone sedang di cas oleh nya.

Zena🤥

Zen
Tadi kamu nunggu aku?
Maaf zen
Hp ku habis batrai
Zen
Kamu udah di rumah belum?

Gapapa ran.
Aku udah di rumah

Selamat istirahat🫶🏻

Pesan itu hanya di baca oleh zena.
Ia lanjut membuka aplikasi yang ada di ponsel milik nya.

Di sisi zena, dirinya sedang merebahkan tubuh nya di kasur milik nya.

Ia mengambil headset yang ada di atas meja samping kasur nya.
Dan menyalakan lagu di aplikasi.

Zena berusaha menghibur dirinya dengan menyanyi dan mendengarkan lagu.

Tapi nihil, ia tak terhibur dengan ini.
Hatinya terlanjur sakit atas hal yang tadi terjadi.

Apa daaran malu mempunyai pasangan seperti zena?

Atau bahkan, daaran menerima zena karna rasa kasihan? Begitu banyak pertanyaan di kepala zena, tapi tak ada yang terjawab satu pun.

.
.
.

Hari esok telah tiba, ini hari selasa.
Zena terlalu banyak menangis kemarin, kepalanya pusing hari ini.

Tapi, ia paksa untuk berangkat sekolah hari ini.
Ia membuka ponsel nya dan membuka salah satu kontak.

Daarann😴

Aku gabisa jemput kamu
Maaf ya?
Belum bangun ya?

Zena hanya melihat nya sesaat, sekarang waktunya mandi dan melupakan pesan itu.

Ia tau apa yang di lakukan oleh daaran sampai dirinya tak bisa menjemput zena, tapi, sebentar, ini masih pagi.
Jangan merusak mood zena.

Setelah selesai bersiap siap dan sarapan, sekarang waktunya menunggu ojek yang zena pesan.

"BUN, ZENA BERANGKAT YAA!" teriak zena sambil berlari ke arah ojek nya.

.
.
.
.

"Makasih ya pak," ucap zena sambil memberikan helm itu kembali.
Di parkiran ia melihat daaran sedang bersama perempuan yang kemarin, ya, dian.

Berusaha tak melihat nya, zena mengabaikan pandangan nya dan lanjut berjalan menuju kelas.

Tapi, tak bisa, pandangan matanya terus melihat ke arah lelaki dan perempuan itu.

"Bisa? Sini aku bantuin," ucap daaran sambil membuka helm dian.
Terlihat senyuman manis milik dian di mata zena.
Dian benar benar naksir daaran kali ini.

Bahkan zena sudah kalah duluan.
Saat melihat itu, sontak zena menunduk, memikirkan zena dan daaran yang "dulu"
Hei, jangan salah, zena dan daaran juga pernah seperti itu.

Zena seperti "dejavu"

"Gitu aja gabisa sihh, sini sini aku bantuinn," ujar daaran sambil tangan nya membuka helm milik zena.
"Susah tauu!" Kata zena tak terima
"Kamu yang lemah ituu"
"Ih engga yaa!"

Jujur, zena rindu masa itu sekarang, apa posisinya akan di rebut secepat itu? Hei, hubungan mereka bahkan masih beberapa bulan.

Tapi kalau memang nyatanya seperti itu, zena harus bagaimana?






















"Dunia, kalau memang aku di di perintahkan mundur, dengan berat, aku memutuskan mundur." Batin zena sambil berjalan menuju kelas.


Setelah selesai membantu dian, daaran kembali menaruh helm nya di atas motor.
"Pulang nya gimana?" Tanya dian sambil merapihkan rambut nya.

"Aku boleh sama kamu lagi?" Tanya dian lagi dengan tatapan banyak harapan.

Daaran tersenyum melihat kemanisan dian, tapi matanya lagi lagi tertuju pada lelaki yang baru saja masuk pintu sekolah.

Ya, itu zena.

"Daaran! Gimanaa? Aku sama siapa pulang nya?" Dian yang masih berharap daaran mau menerima ajakan untuk pulang bersama.

"Maa-" ucapan daaran terpotong karna datang nya kedua teman nya.
"Mau banget dian, ya kan, mau banget, itu daaran mau bilang mau banget," ujar adriel sambil merangkul daaran.

Daaran mengempaskan tangan adriel dengan kasar.
"Ih kasar bingits," ucap adriel dengan nada mengejek.

"Udah dian ga usah khawatir, nanti pulang lo sama daaran, santai, ya ga len?" Kata adriel sambil mencolek xalen yang ada di samping nya.
"Yoi, sans aja, daaran juga mau banget itu"

Dian tersenyum lebar saat mendengar nya, ia melihat daaran yang berusaha membuat teman teman nya diam.

Daaran menoleh ke dian dan tersenyum kikuk.














"Maaf, zena, maaf." Batin daaran yang terus merasa bersalah.

























HALOO AKU KEMBALI, WKWKWK, UDAH LAMA BANGET GA SII

aduhh, makasi yang udah nunggu dan bacaaa
Spam coment dong dan vote nyaa, terimakasii, see u in next chap🤩🤩

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 10 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Atlantis [HeeJay] Slow UpdateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang