V•s-D | 01

59 10 0
                                    

"Mi, Vion pengen berangkat sendiri, boleh yaa??" Pinta bocah yang mempunyai lesung pipi itu.

Wanita paruh baya yang masih nampak cantik itu tidak menghiraukan permintaan sang anak.

"Ayo dong, mi~ temen-temen Vion rata-rata ga pernah dianter loh sama ortunya, masa iya Vion harus dianter jemput mulu sama mami," masih berusaha membujuk sang ibu.

Zillyna: mami Vion, menghembuskan napasnya kala permintaan sang anak membuatnya harus berpikir sejenak.

"Untuk sekarang jangan dulu, ya? Pasti nanti ada waktunya kok. Untuk sekarang mami ga ngizinin kamu bawa kendaraan sendiri dulu," kata Zillyna, yang membuat Vion menarik napasnya kembali, yah gagal lagi:(

"Mami kenapa sih selalu ngelarang apapun yang Vion pengen?!" Sekarang dia mulai berani meninggikan suaranya. Zillyna tidak terkejut, sudah biasa dengan kelakukan anak tunggalnya yang sering sekali emosian jika kemauannya tidak dituruti.

Sambil merampas tas ransel yang ada di bangku, Vion melangkahkan kakinya keluar rumah.

"Vion kenapa?" Zillyna menghadap kesamping, melihat suaminya bertanya bingung.

"Gapapa, lagi kumat aja. Oh ya, aku mau nganter Vion kesekolah, kamu jangan lupa makan," berujar lembut, Zean selaku suami Zillyna mengangguk paham.

"Jangan terlalu keras sama Vion," begitu kata-kata yang keluar dari mulut Zean.

"Aku tau. Udah ya, keburu tambah ngambek anaknya. Bay sayangnya aku."

Cup

Satu kecupan yang berhasil Zillyna curi di bibir Zean, semburat merah muncul seketika.

"Udah ih sana!" Zean mendorong bahu Zillyna, dia malu. Zillyna terkekeh, lucu banget sih suaminyaa(´ε` )

Setelah percakapan itu pun, Zillyna menyusul Vion, dilihatnya anak manisnya yang kini sedang memakai sepatu di teras depan rumah.

"Mami mau panasin mobil dulu, kamu tunggu, jangan kabur," Vion berdecih, dia kesal!

"Ck, iya!" Rengutnya.

Sembari menunggu mami nya memanasi mobil, Vion berniat untuk keluar dari halaman.

Kaki panjangnya melangkah pelan, hidungnya dengan bebas menghirup udara pagi yang sangat menyegarkan. Tapi semuanya berganti saat matanya menangkap siluet makhluk paling mengesalkan–ya, baginya.

"Kiw cowo," sapaan yang sangat amat ramah. Vion tidak menghiraukan, remaja itu melihat kearah lain.

"Lo bisa jangan disitu gasi? Ngalangin penglihatan aja," ketus Vion, menatap malas kearah perempuan yang sedang memapah motor Scoopy nya itu.

"Cakep cakep pikunan, rumah kita tuh sampingan sayang, dan apa salahnya gue disini?" Sumpah, Vion geli.

"Najis!"

Bukannya sakit hati, perempuan yang mengenakan seragam sama dengannya itu malah mengedipkan sebelah matanya, Vion mendelik.

"Vion, ayo berangkat!"

"Iya, mi!"

"Duh si paling anak mami, kyutt deh," perempuan ber-nametag Resha Dzalioryna Maveza tersenyum gemas. Yang dihadiahi tatapan mematikan.

"Ngapain melotot? Hati-hati loh keluar nanti matanya," Resha bergidik ngeri.

"Bacot!" Jari tengah ia berikan pada perempuan berkuncir kuda itu.

"Lop yuu tuu!" Resha memberikan sarange lengkap senyuman semanis madu.

Tolong berikan nama lengkap perempuan itu, biar Vion siapkan diri untuk pergi ke dukun.

Vion's DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang