Bab 12

172 7 0
                                    

Hari demi hari berlalu, dan kini Alexandra sudah berumur delapan belas tahun. Dia sudah duduk di kelas tiga SMA.

Tubuhnya sudah mulai terbentuk, membentuk lekuk tubuh yang seksi. Wajahnya yang mulai memasuki masa masa gadis muda, membuatnya terlihat semakin cantik dan menarik.

“Alex! Sarapanmu sudah siap!”
Alexandra yang kini sudah semakin dekat dengan William sudah tidak secanggung seperti dulu. Bahkan dia sangat dekat dengan William layaknya seperti kakaknya sendiri.

“Alex! Rokmu terlalu pendek! Masuk dan ganti atau om akan membelikanmu celana panjang untuk sekolah!” ujar William ketika baru saja melihat Alexandra keluar dari kamarnya dengan rok setinggi atas lutut.

“Tapi om, ini udah panjang. Lagipula aku udah 18 tahun, lho!”

“Om nggak akan antar kamu ke sekolah, selama kamu masih pakai rok itu.” William duduk dan mulai membelah telur ceplok yang ia buat barusan.

Alexandra mau tak mau menuruti apa kata William. Karena dia tak mau naik angkutan umum seperti beberapa waktu yang lalu.

Ancaman William itu nyata, dan Alexandra sudah pernah merasakannya.

Alexandra duduk setelah mengganti roknya, kemudian duduk dan mengambil roti bakar di depannya.

“Kamu punya pacar? Apa ada cowok yang lagi kamu taksir?” tanya William acuh tak acuh.

“Lagi naksir pria bukan cowok. Tapi dia nggak peka,” jawab Alexandra.

“Siapa?”

Baru saja Alexandra hendak menjawab, William sudah memperingatkan keponakannya itu.

“Masih SMA, nggak boleh pacaran.”

“Iya.”

“Awas kalau kamu sampai punya pacar tanpa om tau.”

“Kalo om gimana?”

William hanya diam saja. Sejak kejadian Willona beberapa tahun yang lalu. William sudah tidak pernah membawa masuk perempuan lagi.

Bahkan ketika Alexandra iseng bertanya pada Evan, om nya itu memang sedang tidak menjalin hubungan dengan siapa-siapa.

“Kalau om punya pacar, aku juga punya pacar,” kata Alexandra.
William masih diam.

“Tapi kadang aku juga pengen punya pacar,” rengek Alexandra pada William.

“Buat apa? Kamu nggak tau kalau cowok itu serigala. Yang cuma mau mainin kamu aja?”

“Terus kalau om apa?”

William tidak berkata apa apa.

“Kalau punya pacar padahal aku bisa ajak jalan jalan, nonton, kan seru. Nongkrong sama temen, dikenalin sama mereka.”

“Dan dia bayar tagihan makanan dengan uang dari orangtuanya,” sahut William sinis.

Alexandra mencibir.

“Kamu mau ke mana? Jalan jalan ke mana? Nongkrong di mana?”

“Serius? Serius om mau jalan jalan sama aku? Nonton?”

William mengangguk.

“Pekan ini ya, janji, nggak boleh dibatalin.”

“Iya.”

“Kalo sampai bohong, aku beneran punya pacar.”

William memandang wajah Alexandra sampai wajah perempuan itu memerah.

“Memang ada yang mau sama kamu?” ejek William.

Mata Alexandra melebar sempura dan berujung memelototi William.

“Om nantangin aku? Aku punya kalau mau, yang suka aku banyak lho. Om nggak tau kalau aku jadi salah satu cewek cantik di sekolah? Nomor dua lho, nomor satu cantik karena oplas. Tapi aku alami!”

William mendengus tertawa, dia berdiri dan menyingkirkan piringnya ke wastafel.

Alexandra ikut di belakangnya, lalu berdiri di samping omnya di depan wastafel. Dia mencuci piring dan William yang membilasnya.

Kini, jarak tinggi di antara mereka berdua sudah tidak seperti ketika Alexandra SMP. Kepala Alexandra sudah sampai di bahu William.

“Nanti malam aku pulang telat,” kata William tiba-tiba.

“Om mau ke mana?” tanya Alexandra.
William menoleh, Alexandra juga menoleh dan mendongak menatap wajah tampan William.

Keduanya saling bertatap cukup lama tanpa sadar.

William mendekatkan wajahnya ke wajah Alexandra perlahan. Membuat gadis itu memejamkan matanya rapat rapat.

Cinta Pertama Uncle WillTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang