Uang nafkah satu juta Bab 1

0 0 0
                                    

Aku mengemas pakeyan anak-anakku hampir semua pakaiannya sudah banyak yang robek dan harus aku jahit dengan tangan,Seragam sekolah mereka juga sudah lusuh maklum pemberian tetangga.

Ibu mana yang tidak ingin anaknya perpakaiyan layak tapi jangankan beli pakaian kadang kebutuhan keluarga saja tidak cukup , suamiku bekerja tapi aku tidak pernah tahu berapa gajinya tiap bulan, yang aku tahu gajinya tidak lah besar  dan mungkin itu sebabnya dia tidak pernah kasih uang lebih.

Satu juta rupiah untuk satu bulan itu jelas tidak lah cukup belum lagi kami harus menaggug kebutuhan mertuaku  yang sudah tua dan sakit-sakitan, kadang keluarga suamiku juga minta uang sama aku mungkin mereka kira suamiku selalu kasih uang banyak .

Tapi aku bersyukur karena anak-anakku tidak pernah menuntut apa pun mereka semua mengerti keadaan kami, aku ingin sekali bekerja tapi karena di rumah tidak ada yang mengurus semuanya terpaksa aku harus menjadi ibu rumah tangga.

Di saat uang sudah tidak cukup untuk kebutuhan keluarga aku harus pergi ke kebun untuk mencari umbi-umbian dan sayuran untuk memenuhi kebutuhan isi perut.

Terkadang aku ingin menjadi TKI untuk bisa merubah keadaan tapi orang tua yang sudah tidak mampu menjaga dua anakku tidak mungkin untuk aku tinggalkan.

Aku hanya bisa berharap anak-anakku terus rajin belajar biar bisa mendapatkan biaya siswa prestasi untuk pendidikan mereka.

"Hari ini kamu masak apa?, pulang kerja suamiku bertanya sambil membuka tutup saji di atas meja.

"Tahu tempe terus di masak, apa kamu gak bisa masak yang lain, coba lihat wanita di luar sana semua bisa mereka olah?, aku hanya diam malas menanggapi ocehannya.

"Uang aku kasih masih ada?, suamiku bertanya lagi.

"Masih bang tinggal tiga ratus ribu rupiah", jawab ku sambil mengemas piring yang aku cuci.

"Satu juta rupiah belum habis bulan sudah tinggal tiga ratus ribu rupiah, emang kamu beli apa saja aah?.

suamiku terlihat geram, aku sangat sakit bila di tanya kemana uang padahal dia tahu kebutuhan keluarga yang tidak sedikit dan aku tidak pernah mengeluh cukup atau tidak cukup.

"Uang satu juta,abang tanya beli apa aja, aku beli beras , kebutuhan dapur,belum lagi obat ayah, ibu dan pmpes ibu ", jawabku apa adanya .

"Kamu memang gak becus urus uang, nyusahin kamu dan anak-anakmu ".

"Astaghfirullah, aku istrimu, Raihan dan Manda anak kandungmu,kami tanggung jawab mu , dulu sebelum ibu kena stroke aku jadi buruh cuci, tapi sekarang aku tidak bisa ninggalin ibu ".

"Alah,,,,alasan, bilang aja kamu malas", kata suamiku bang Rusli membuat aku menangis.

'Baiklah mulai besok aku akan kembali kerja jadi buruh cuci, setelah selesai mengurus rumah dan mertuaku ', janjiku pada diriku sendiri.

"Kamu ngapain masih begong cepat buatkan aku kopi!, perintah bang Rusli lagi.

"Kopi sama gula udah habis", jawabku

"Loh bukannya tadi pagi masih ada", marah bang Rusli .

"Adik mu datang ambil, katanya dia malas beli ke warung biasanya belanja ke supermarket".

"Ya sudah gak apa,sisa uang belanja yang tiga ratus ribu aku pinjam dulu dua ratus ribu, aku mau makan di luar!.

"Abang mau pinjam, terus besok kita makan apa, seharusnya abang tambah bukan malah di pinjam ", jawabku dengan kesal.

Naex party

Uang nafkah satu juta Bab 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang