"Kamu itu bodoh tidak bisa mengatur keuangan", aku tetap diam saja membiarkan suamiku ngoceh walaupun rasanya sakit terus disalahkan.
"Rusli", tiba-tiba ayah mertuaku masuk ke dapur sambil membawa seikat singkong tubuh tuanya yang selalu membantuku mencari kelebihan rizki di kebun , itu pun kebun tetangga yang cuma berapa meter yang di percayakan kepada kami untuk kami tanami sayur dan ubi dan tentunya dengan bagi hasil yang tidak seberapa.
"Memang berapa uang yang kamu kasih ke pada istrimu sehingga kamu terus memarahinya dan memakinya,kamu hanya tau kerja dan kasih uang tapi kamu tidak tahu istrimu bertarung dengan harga yang semakin melonjak!, ayah mertuaku ternyata lebih paham.
"Ayah tidak pernah tahu hebatnya wanita di luar sana mengatur keuangan, aku tidak memarahi aku cuma menasehati ", suamiku coba membela diri.
"Oooya, apa kamu pernah tanya berapa uang yang suami mereka kasih, sehingga mereka dengan mudah mengatur keuangan, apa kamu tidur selama ini, uang satu juta rupiah untuk mengisi perut enam orang dalam satu bulan, belum lagi untuk obat ku, ibumu dan pempesnya, untuk sekolah anakmu dan sebagainya ", suamiku terdiam mendengar kata ayahnya.
"Dan kamu sadar gak kalo kamu adalah suami yang gagal?, kata ayah mertua ku lagi.
"Kenapa ayah bilang aku suami gagal?, suamiku bertanya balik.
"Lihat istri mu, wajahnya lesu, pakeyan nya lusuh dia tidak pernah memikirkan dirinya sendiri dia hanya memikirkan kita, seharusnya kamu bersyukur seandainya gak ada istrimu kamu akan membayar orang untuk merawat ibu mu.
"Dan satu lagi kamu bilang tadi istri kamu bodoh,ya benar sekali istri kamu bodoh karena dia masih bisa bertahan dengan laki-laki yang tidak pernah bersukur seperti kamu ".
Suamiku melotot mendengar semua kata ayahnya padanya sedangkan aku hanya diam saja dan kembali ke dapur untuk mengolah ubi yang tadi di bawa ayah mertuaku.
"Kamu mau gapain?, tanya suamiku menarik tanganku.
"Aku mau masak nanti anak-anak pulang!, jawab ku sambil melepaskan tanganku dari genggamannya.
"Udah cepat kasih aku pinjam dulu dua ratus ribu!,bang Rusli kembali meminta uang yang tinggal tiga ratus ribu rupiah untuk di pinjam.
"Tetap gak bisa bang", Jawaku singkat sambil terus mengupas ubi kayu.
"Kamu ini sama suami sendiri saja perhitungan", marah suamiku lagi.
"Bukan perhitungan bang tapi uang ini untuk ibu dan ayah ", jawabku kesal.
Tapi suamiku tidak peduli dia megambil dompet yang aku taruh di rak tv dan megambil dua ribu rupiah dari dalam lalu pergi keluar .
Aku keluar mengejarnya tapi dia sudah terlalu jauh.
Ya tuhan entah kapan suamiku akan sadar akan arti tanggung jawab .Aku masuk ke dalam rumah, kembali ke dapur memasak untuk kedua anakku yang sebentar lagi pulang sekolah.
Sambel ubi kayu goreng kering pedas udah tersaji di meja makan dengan satu piring nasi yang nantinya akan di bagi dua oleh Raihan dan Manda.
Pulang sekolah kedua anakku langsung membersihkan diri, dan makan, selesai makan Manda pamit ke rumah tetangga dia bekerja sebagai guru les matematika di setiap rumah tetangga, sedangkan Raihan pokus belajar untuk lomba matematika dan bahasa Inggris tingkat nasional.
Merekalah yang membuat aku kuat dan bertahan dengan segala cobaan hidup.
Naek
KAMU SEDANG MEMBACA
Uang nafkah satu juta Bab 1
Ficción Generalibu mana yang tidak ingin anak-anaknya berpakaian layak, tapi jangankan untuk membeli pakaian kebutuhan keluarga saja kadang tidak tercukupi.