Prolog

3 1 0
                                    


"Siapa?" Ulang Raya.

Dalam hati, perempuan itu berdoa, semoga yang didengarnya salah. Pasti salah. Pasti salah. Pasti salah. Raya merapalkan kata-kata itu bak mantra ajaib yang akan mengabulkan harapannya.

"Naya," ujar lelaki itu tegas.

Ada yang pecah, tapi bukan kaca. Melainkan hatinya, yang hancur berkeping-keping. Raya sangat yakin, bahwa Bima juga memiliki perasaan terhadapnya. Namun, apa tadi katanya? Lelaki itu mau menyatakan perasaan ke Naya? Teman sebangkunya?

"Terus gue gimana, Bim?" Raya menangkap perubahan raut wajah lelaki itu. Seperti merasa bersalah? Atau mungkin tidak enak? Raya tidak tahu. Dari banyaknya kaum hawa di dunia ini, kenapa harus teman sebangkunya?

"Maaf."

"Kenapa bukan gue?" Lagi. Raya kembali mempertanyakan. Meraih lengan lelaki itu agar mau menatap matanya.

"Ini pilihan gue, Ray." Bima melepas tangan Raya. Sebelum akhirnya berbalik menjauh dan menghilang dari pandangan perempuan itu, menyisakan sesak yang berujung tangis bisu.

Rasanya sakit sekali. Seperti dipaksa berhenti sebelum memulai. Seolah semua perilaku lelaki itu selama ini tidak berarti apa-apa. Atau mungkin sejak awal semua memang tidak berarti apa-apa?

Raya bisa mengerti kalau Bima menyukai orang lain. Tapi, apa harus Naya? Sedang lelaki itu sendiri tahu bahwa Naya adalah teman dekatnya. Atau memang dirinya yang tidak pantas untuk dicintai siapapun?

***

Halo, selamat datang di cerita pertamaku!

Semoga suka dan selamat membaca:)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 19 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mixed SignalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang