35

348 50 11
                                    


"Lo juga suka sama kak Zayyan?"

Pertanyaan tiba-tiba itu membuat Leo terpaku sejenak dari kesibukannya membereskan seprai kasur. Dia menoleh sekilas ke arah pemuda yang memiliki postur tubuh tinggi dengan wajah rupawan bak pangeran didunia dongeng.

"Enggak lah. Yakali gue suka sama orang yang lo suka." Leo mencoba biasa saja walau jantungnya berdetak cepat karena pertanyaan tiba-tiba dari sang kapten basket.

"Gue masih tau diri kali..." Bohong nya tanpa ragu sedikit pun.

Sing menganggukkan kepalanya ketika mendengar penjelasan Leo dengan intonasi suara dan juga ekspresi wajah yang begitu tenang. Sang kapten basket sedikit lega dengan apa yang baru saja Leo sampaikan.

"Gue liat kalian berdua akrab banget." Ujar Sing sembari uring uringan diatas kasurnya. Dia menoleh ke arah sang ketua osis. "Kak Zayyan kelihatan nyaman banget waktu sama lo."

Diam-diam Leo tersenyum. Sing tidak akan bisa melihat senyuman nya karena Leo menundukkan kepala dan poni rambutnya yang lumayan panjang menutupi separuh wajah tampannya.

Leo tidak menyangka jika Sing memperhatikan dirinya dan juga Zayyan hingga sejauh itu. Bahkan anak itu sampai menyimpulkan jika Zayyan terlihat nyaman saat bersama dengan Leo. Sang ketua osis bangga karena dirinya selangkah lebih maju dari pada Sing.

"Lo iri karena gue dekat sama kak Zayyan?" Leo menekan nama Zayyan sebagai pemancing perdebatan.

Sing terkekeh samar. "Lo masih nanyak gue iri atau enggak? Coba lo pikir sendiri." Dia merotasikan matanya dengan malas saat sadar nada bicara Leo terdengar mengejek.

"Ohhh, orang songong kayak lo ternyata bisa iri juga." Kata Leo santai. Suasana diantara kedua pemuda tampan itu mulai memanas.

"Kenapa lo ga coba dekatin kak Zayyan aja? Dari pada lo iri sama gue, ga akan ngebuat lo dekat sama kak Zayyan." Perkataan Leo telak memukul keras hati sang kapten basket.

Kenapa dirinya harus iri dengan Leo, padahal bisa saja dia mendekati kakak kelas manis pujaan hatinya tanpa memperdulikan kedekatan dua insan tersebut.

Sing menutup matanya dan mencoba meredam amarahnya yang siap meledak kapan saja. "Makasih saran nya wahai ketua osis yang terhormat." Ucapnya diakhiri dengan decakan kecil.

.

.

.

.

Hari ketiga para murid SMA Garuda habiskan dengan mengunjungi wisata bersejarah. Mereka menghabiskan waktu dari pagi hingga malam.

Hari keempat mereka mengunjungi beberapa tempat yang sangat diminati oleh banyak pelancong. Mengambil foto, berbelanja, menikmati kuliner dan juga membeli oleh-oleh.

Sekarang sudah memasuki hari kelima, yang dimana ini adalah hari terakhir mereka berlibur dan akan pulang ke rumah masing-masing.

Agenda hari ini hanya berisi penyampaian nasehat dan juga membereskan barang bawaan juga villa yang mereka gunakan. Mereka akan kembali pulang jam tiga siang.

Zayyan dan teman kamarnya sedang sibuk membereskan barang bawaan mereka dan membereskan kamar yang mereka gunakan seperti sedia kala.

Saat tengah asik membereskan barang, tiba-tiba hp milik Zayyan berdering keras. Anak itu segera mengangkat telepon tanpa melihat nama sang penelpon.

"Halo?"

"Halo kak. Bisa kita ketemu?"

"Eh- dimana?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 05 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Si ManisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang