Ruang MPK dipenuhi rasa tegang. Zee sedari tadi mengayun-ayunkan kakinya, mencoba mencairkan ketegangan tersebut. Di seberangnya ada Syafier yang entah sedang apa. Zee terlalu gugup untuk dirinya sendiri, hingga tak sempat lagi untuk memerhatikan sosok yang telah lama didambanya itu.
Satu tahun setelah kejadian 'kejedot' pintu gudang. Zee dan Syafier mulai saling kenal. Yah hari itu, sebagai permohonan maafnya, Syafier meneraktir gadis berponi itu segelas teh poci yang notabenenya adalah kesukaan Zee.
Beberapa hari berselang, mereka pun dilantik dan resmi menjadi anggota organisasi berlogo burung hantu itu. Sayang, mereka berdua harus berbeda komisi. Akibatnya tak banyak interaksi yang terjalin di antara keduanya. Hingga hari ini tiba. Mereka duduk berhadapan di ruang yang begitu hening.
"Nah, ini nih muka-muka calon masa depan penerus kita!" seru Isyana saat memasuki sekertariat. Disusul oleh wakil dan sekretarisnya.
"Serius hanya mereka aja?" Fahrul, wakil Isyana pun angkat bicara. Ia menarik salah satu kursi dan duduk di antara Zee dan Syafier, menepuk pundak keduanya.
"Iya hanya mereka berdua yang daftar. Tapi bagus sih." Lidya, sang sekertaris juga ikut nimbrung. Ia membawa setumpuk kertas yang Zee curigai berisi soal untuk wawancaranya hari ini. Yah, saat ini dia tengah menanti wawancara kandidat calon ketua MPK periode 2022/2023.
Perbincangan tersebut masih berlanjut, akan tetapi hanya Syafier saja yang banyak menjawab rentetan pertanyaan pencair suasana yang diajukan ketiga inti MPK tersebut. Sementara Zee, gadis berpipi cubby itu tenggelam dalam lamunannya. Bagaimana kalau...
Beberapa hari yang lalu. Sebagaimana biasanya, Zee dan ketiga temannya berkumpul saat jam istirahat tiba. Mie ayam Mbak Sus kembali menjadi santapan mereka. Sempat hening sesaat, Cika pun membuka pembicaraan. "Bagaimana kalau nanti pas pemilihan Syafier malah kepilih jadi ketua dan lo wakilnya?"
Sontak, keempat gadis itu histeris.
"Iya juga yah." Zee sejenak berpikir.
"Pasti lucu sih."
"Zee?! Zee?!"
Sebuah seruan bersusul tepukan menyadarkan Zee.
"Sudah siap, Zee? Kamu nomor urut 1."
-👩🏻🤝🧑🏻-
Penghujung periode kepengurusan MPK masa Bhakti 2021/2022. Musyawara Besar diadakan. Selain mencalonkan diri menjadi kandidat calon ketua, Zee juga bernyali untuk menjadi presidium pada MUBES tersebut. Seakan tak mau kalah, Syafier juga mendaftarkan diri. Juga seorang sahabatnya yang bernama Ulfi.
Belakangan ini, sekolah sempat digemparkan dengan rumor kedekatan Syafier dan Ulfi. Hal tersebut hadir setelah keduanya memposting momen liburan yang mereka habiskan berdua. Duar!!! Hati Zee seakan meledak saat melihat gambar bersuasana bibir pantai yang melewati lini masanya.
"Yang kuat Zee!!!"
"Gak Zee, yakin dan percaya mereka tuh bukan apa-apa. Cuma sepasang sahabat yang emang lagi jalan-jalan bareng. Bisa aja juga mereka gak cuma berdua di sana."
Di saat Cika dan Fila mencoba mentransfer semangat buat teman mereka yang tengah gundah gulana, Riska malah bertutur kebalikannya. "Udah Zee, itu tandanya yah emang lo harus berhenti!"
Hari ini, hari pertama MUBES diadakan. Ulfi terpilih menjadi presidium 1 yakni pemimpin rapat. Zee menjadi sekertaris alias presidium 2. Syafier adalah presidium terakhir. Tempat duduk mereka adalah Ulfi di tengah antara Zee dan Syafier.
Sepanjang menjalankan tugas, sebagaimana rumor yang ada, terlihat jelas keakraban Ulfi dan Syafier. Mulai dari bertukar kursi yang ketinggian bagi kaki pendek Ulfi, hingga saling bertukar kue pai yang merupakan kue favorit Ulfi. Ini jelas membuat semakin memuncaknya rasa bimbang dalam batin Zee. Ia semakin bingung dengan apa yang harus ia lakukan kemudian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear My Partner
Teen FictionApa yang terjadi jika teman seperjuangan sekaligus rekan organisasimu adalah orang yang kau sukai? Itulah yang Zee rasakan. Ia baru saja mencalonkan diri untuk menjadi ketua MPK di sekolahnya. Siapa yang sangka, Syafier-sosok yang telah lama Zee dam...