1 - Baru Pertama Bertemu, Sudah Jatuh Suka

777 125 9
                                    

Waktu masih menunjukkan pukul setengah enam pagi, tapi kampus sudah mulai ramai dengan para kating alias kakak tingkat yang mengemban tugas sebagai panitia ospek.

Suara motor dan mobil masuk gerbang terdengar, bahkan suara tawa dan canda sudah terdengar meskipun waktu masih sedikit bisa dibilang subuh ini.

Sebagai ketua seksi acara, Clarissa didapuk sebagai pembawa acara alias MC untuk empat hari kedepan bersama dengan Taufik --mahasiswa teknik mesin-- yang sekarang sedang sarapan bubur ayamnya Pak Ojan yang terletak di seberang kampus.

Sebenarnya, ini bukan kali pertama Clarissa menjadi pembawa acara. Tahun lalu juga ia pernah, jadi tidak ada kendala apapun atau penolakan apapun saat ketua pelaksana --Jerry-- menunjuknya sebagai pembawa acara lagi tahun ini.

Acara dimulai pukul tujuh pagi, dan sekarang Clarissa sudah melihat para peserta ospek alias maba sudah mulai berdatangan dengan pakaian hitam putih (karena dresscode untuk hari pertama hingga hari keempat acara memang hitam dan putih).

Seketika Clarissa tersenyum tipis, ia juga dulu pernah berada diposisi mereka. Harus bangun subuh, menyiapkan beberapa barang untuk keperluan ospek, bahkan harus rela menahan malu karena dimarahi oleh kakak tingkat akibat kesalahannya waktu itu.

Sekarang, waktu berjalan sangat cepat.

Namun tatapan kedua matanya terpaku pada sosok lelaki dengan mengendarai motor dan memakai helm full face berwarna hitam tengah memarkirkan motornya, namun lelaki itu tidak menyadari jika tas yang ia pakai resletingnya terbuka. Dengan segera, Clarissa berjalan mendekat pada sang mahasiswa baru yang sekarang sedang membuka helmnya.

"Maaf itu saya liat, tas kamu resletingnya kebuka."Ujar Clarissa, mengawali percakapannya dengan sang lelaki berpostur semampai itu dengan nada lembut.

Kalil Winata.

"Oh, namanya Kalil. Bagus." Monolog Clarissa saat melihat bordir name tag yang terpasang di dada bagian kiri kemeja milik sang lelaki.

Kalil tanpa bicara langsung melepas gendongan tasnya dan melihat resletingnya terbuka sepenuhnya, ia dengan tenang mengecek isi di dalamnya sedangkan Clarissa entah mengapa masih berdiri disamping lelaki itu sembari tak henti melihat wajah serius Kalil.


Tuk!


Kedua mata Clarissa menangkap sebuah benda yang terjatuh dari tas milik Kalil, sontak ia langsung berjongkok dan mengambil benda itu.

Sebuah buku dan kotak bekal.

"Ah, ini jatuh."Clarissa berdiri dan memberikannya kepada Kalil yang langsung menerimanya.

"Makasih"Dan pada akhirnya, Clarissa untuk pertama kalinya mendengar suara lelaki didepannya ini.

"Ada yang hilang barang kamu? Udah di cek lagi?"

Kalil mengangguk, ia kembali menutup resleting tasnya kemudian menggendongnya lagi. "Aman. Sekali lagi makasih, kak."Jawabnya dengan singkat. "Kalau begitu, saya izin pergi, kak."

Clarissa mengangguk dengan cepat, ia menggeser tubuhnya untuk memberikan ruang pada Kalil. Lelaki itu berjalan meninggalkannya, seulas senyum tipis terpatri di bibir Clarissa. Kedua netra coklat milik Clarissa tetap terpaku memandang punggung tegap Kalil yang semakin jauh dari jangkauannya.












---











Kalil melihat sekelilingnya, kini ia sedang duduk melingkar bersama teman-temannya; ada beberapa yang memang sudah ia kenal, dan ada yang baru saja berkenalan.

Mereka berjumlah empat, dan berjumlah lima jika dihitung dengan Kalil. Dua diantara empat temannya ini adalah sahabat sepermainan dan seperjuangan Kalil sampai dewasa sekarang.

Raden dan Yevan.

Sedangkan dua lagi, ada Kenzo dan Garin; mereka baru berkenalan tadi.

"Oke jadi fiks banget kalau Kalil jadi ketua regu kita. Jadi, apa rencana kita buat empat hari kedepan?"Raden membuka percakapan setelah pemilihan ketua regu selesai, ucapannya membuat yang lain kini tertuju pada Kalil.

Kalil menghela napas, entah mimpi apa semalam ia sekarang ditunjuk sebagai ketua regu. Ini semua ide Yevan yang main tunjuk saja.

"Buat nama kelompok, buat yel yel, buat visi dan misi kenapa kita masuk ke kampus ini, dan selebihnya gue enggak tau."Jawab Kalil seadanya, ia sedang serius memperhatikan kakak tingkatnya yang sedang mengumumkan peraturan tentang ospek tahun ini.

Kemudian ia mencatatnya ke buku yang berada diatas meja, sedangkan temannya yang lain pun turut mengikuti dan suasana pun hening kembali.

"Si Kalil ini, calon-calon idaman kating. Cool pisan! Kalau gue cewek, udah digebet dah"Celetuk Garin kepada ketiga teman yang baru ia kenal dengan sedikit bisik-bisik.

Yevan dan Raden terkekeh pelan mendengar ucapan Garin yang sungguh-sungguh. Sedangkan Kenzo menggelengkan kepalanya tidak menyangka dengan apa yang Garin bicarakan.

"Gue ramal sih, iya. Nanti bakalan ada kating cantik banget yang naksir dia, percaya deh"Jawab Yevan dengan percaya diri, dan Raden yang duduk disampingnya memukul pelan kepala belakang sahabatnya dengan tatapan horor.

Yevan ini bukan dukun ataupun semacamnya seperti itu, tetapi jika ia berkata sesuatu besoknya atau hari yang akan datang, diprediksi akan terjadi!

"Kita baru masuk kampus plis jangan ngada-ngada, Van."Ujar Raden.

Sedangkan Yevan menaikkan kedua bahunya sembari melempar senyuman super tengil kepada Raden. Membuat siapa saja ingin menghadiahi Yevan dengan pukulan.

Sementara Kalil, tak sengaja kedua matanya menatap mata milik seorang gadis yang sedang berdiri memegang mic. Itu adalah kakak tingkatnya yang membantunya di parkiran kampus pagi tadi.

Hingga pada akhirnya, Kalil mengalihkan pandangannya kearah lain. Ia merasa aneh dengan tatapan kakak tingkatnya itu, dan memilih untuk tidak berurusan lagi dengannya.













---













"Risa ini daritadi liatin siapa, dah? Tiba-tiba salting habis itu"

"Jangan jangan lo udah nemu dedek gemes? Wah! Mana mana?!"

"Ih apa, sih!? Enggak ada ya!"Sangkal Clarissa dengan menekuk kedua alisnya saat mendengar ucapan teman-temannya.

Dalam hati Clarissa, ia tidak menyangkal dengan ucapan teman-temannya. Jujur saja selama acara berlangsung, ia mencari dimana sosok Kalil berada, dan saat ia menemukan Kalil, tatapan mereka bertemu.

Debar jantung Clarissa layaknya sedang berlari mengelilingi lapangan, tatapan mata Kalil begitu tajam dan intens seperti burung elang. Bahkan terlihat indah saat tersinari cahaya matahari, kedua manik mata Kalil terlihat kebiruan meskipun samar.

Menurut Clarissa, kedua mata milik Kalil adalah ciptaan Tuhan paling indah yang pernah ia lihat.

Tapi, selama dirinya menyukai seseorang. Clarissa tidak secepat ini ketika menyukai seseorang, paling lama tiga bulan. Tetapi ketika melihat Kalil, tidak butuh waktu satu hari.

Clarissa sudah jatuh suka.

Senyuman terpatri dibibir miliknya yang kemerahan, teduh terasa saat kembali dirinya melihat figur jangkung Kalil yang sekarang sedang berkumpul bersama teman-temannya. Bahkan ia bisa melihat Kalil sesekali tertawa kecil dan tersenyum.

Entah mengapa, hari ini begitu sangat indah untuk Clarissa.












TBC?

Wah, neng Risa udah kasmaran aja. Kayaknya pesona Kalil ini kuat banget kali, ya?

Kalau kalian ketemu Kalil, kalian bakalan ngapain?

Yuk ramaikan kolom komentar! Makasih udah sempatkan baca ceritaku yang baru ini, hehe! 😁

-Thor

Love Revolution - Winrina || Book 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang