4 - Clarissa dan Ramalan BMKG

437 75 19
                                    

Waktu sudah menunjukkan pukul dua siang, acara ospek hari kedua telah rampung. Tersisa dua hari lagi bagi para mahasiswa dan mahasiswi baru untuk menjalankan ospek ini, dan hari ketiga nanti akan dilaksanakan di lapangan kampus yang luas itu.

Acara camping akan digelar besok, dan sekarang para panitia ospek langsung berbenah juga menyiapkan keperluan yang akan dibutuhkan nanti.

Jarak aula dan lapangan kampus agak jauh, terpisah oleh dua gedung fakultas; fakultas teknik dan fakultas hukum. Dan sekarang seluruh penghuni kampus (tidak semua juga) tampak hilir mudik kesana kemari dengan membawa tanggung jawab yang mereka emban.

Kalil sedang bersiap-siap untuk pulang, ia dan juga beberapa ketua regu memang pulang sedikit terlambat dari anggotanya karena harus melakukan briefing untuk kegiatan besok. Memakai jaket kulit hitamnya kemudian sarung tangan, ia kini berjalan menuju parkiran kampus sembari menenteng helm yang akan ia pakai nanti.

"Udah beres, Kal?"

"Udah, bang. Duluan ya"

"Sip!"

Kalil memberikan senyuman tipis pada seniornya yang masih bisa menyapa dirinya meskipun sedang sibuk, Jerry merupakan tipikal kakak tingkat yang mudah bergaul dan juga santai.

Kedua netra biru gelapnya tak sengaja menangkap sosok Clarissa yang sedang terpaku pada tab yang berada di pangkuannya, gadis itu sendirian duduk di bangku kantin yang memang jaraknya cukup dekat dengan parkiran dan tentu saja sengaja atau tidak sengaja pasti Kalil bisa melihat presensi sang kakak tingkatnya itu.

Kalil tidak berniat untuk menyapa atau melakukan interaksi kecil dengan sang senior, tujuan utamanya adalah mengambil motornya kemudian pulang ke rumah dan mungkin sedikit membantu ibunya menyiram tanaman?

Ibu Kalil sendiri gemar sekali menanamkan beranekaragam tanaman hias dirumah, menjadikan rumah mereka tampak asri dan juga sehat karena berdampingan dengan sentuhan alam.

"Eh, hai, Kalil!"

Aduh.

Kalil merapatkan kedua bibirnya, merasa lagi dan lagi kurang beruntung karena tidak bisa lolos dari pandangan mata Clarissa. Padahal, gadis itu tadinya terlihat anteng dengan tab dipangkuannya dengan sangat-sangat serius.

Clarissa kini membereskan alat-alat miliknya yang tidak terlalu berserakan diatas meja kantin, dengan segera ia sedikit mempercepat langkahnya menghampiri Kalil yang terdiam membeku disana sembari memainkan ponselnya.

"Pulang?"Tanya Clarissa, ia mendongak dan memiringkan kepalanya sedikit untuk bisa melihat dengan jelas wajah Kalil yang tidak terlihat dikedua netra beningnya.

Kalil mengangguk cepat, ia memasukan ponsel kedalam saku celananya kemudian kini menatap kearah Clarissa yang masih menatapnya dengan tatapan senang.

Mengapa gadis ini terlihat senang sekali? Pikirnya.

"Sendiri?"

"Ya, sendiri. Dengan siapa lagi memang?"Kalil kembali bertanya, membuat Clarissa merespon dengan kata oh kemudian mengangguk ringan.

"Bisa berdua?"Clarissa kembali bertanya.

Kalil mengerutkan keningnya, kemudian ia tersenyum tipis sembari menggeleng kecil. Ia peka betul bahwa ternyata kakak tingkatnya ini mengajak pulang bersama.

Bertaruh lah dengan Kalil jika itu benar, ia sama sekali bukan geer atapun sejenisnya.

"Yah, kenapa?"

"Saya mau latihan, enggak langsung pulang."Jawab Kalil dengan nada rendahnya, siapa sangka itu saja bisa membuat Clarissa agak ingin teriak sedikit karena suara Kalil ini sangat jos gandos katanya.

Love Revolution - Winrina || Book 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang