PROLOG

5.8K 584 257
                                    

INI CERITA WHAT IF CAKRAWALA DAN MOA BISA BERSATU ATAU VERSI HAPPY ENDINGNYA CERITA NOT ME.

CERITA INI AKU BIKIN BUAT SERU-SERUAN AJA KARENA AKU KANGEN SAMA CAKRA.

KOK KAYAKNYA KALO CAKRA SAMA MOA PACARAN GEMES JUGA. SOALNYA JIWA MEREKA KAYAK KETUKER 😭😭😭

————

Moa sedang duduk santai di atas sofa sambil bermain ponsel untuk mengakses sosial media tiktoknya ketika sang papa—Septihan Plare—tiba-tiba datang melemparkan beberapa lembar kertas hingga tepat mengenai wajah Moa.

Moa langsung mendongak menatap kesal sang papa. "Apa sih, Pa!"

Moa kesal lantaran kegiatan scrolling tiktoknya terganggu karena sang papa. Septian menatap Moa dengan tatapan tidak kalah tajam.

Moa bangkit berdiri hingga berhadapan dengan sang papa.

"Kamu liat nilai ujian kamu itu!" Septian menunjuk lembaran jawaban kertas ujian yang barusan ia lempar dan kini berserakan di bawah kaki Moa. "Satu pun nggak ada yang bagus!"

"Kamu itu anak papa, anak kepala sekolah SMA Elang," ucap Septian penuh penekanan. "Seharusnya nilai kamu bagus, Moa. Atau setidaknya tuntas. Jangan bikin Papa malu!"

Septian mengeluarkan semua unek-unek yang ia pendam.

Ia jengah mendengar semua keluhan guru di sekolah perihal nilai ujian Moa yang jelek. Bahkan ketika ujian berlangsung, Moa dengan terang-terangan ketahuan mencontek hingga dikeluarkan dari ruang ujian.

"Oh, jadi Papa malu punya anak bego kayak Moa?" Tanya Moa sembari menatap lurus mata sang papa tanpa rasa takut.

"Kamu itu kenapa, sih?" Septian tidak habis pikir dengan Moa yang sama sekali tidak bisa mengerti dirinya.

"PAPA YANG KENAPA!" Sentak Moa.

Moa membuang tatapannya ke arah lain, ia terlalu muak dengan wajah sang papa.

Moa meraih ponselnya yang ada di atas meja kemudian memilih melangkah pergi begitu saja. Bahkan ia tidak peduli kalau kakinya menginjak lembar jawaban ujian miliknya yang menampilkan nilai dua puluh untuk mata pelajaran matematika.

"Moa! Mau kemana kamu?! Papa belum selesai bicara sama kamu!"

Moa tetap tidak peduli. Kakinya terus melangkah pergi, bahkan menoleh ke belakang untuk sekedar memandang sang papa pun tidak ia lakukan. Ia terlalu muak dengan semua sifat dan kelakuan papa-nya selama ini.

Septian mengeraskan rahang sembari terus menatap punggung Moa yang semakin lama semakin menjauh hingga akhirnya menghilang di balik pintu gerbang putih.

Ia mengembuskan napas panjang. Ia sama sekali tidak tahu kenapa anaknya itu selalu memberontak.

***

Seorang remaja laki-laki berbaju kuning dengan model rambut poni yang menutupi keningnya, sedang menyapu lantai. Namanya Cakrawala Agnibrata, atau yang lebih dikenal sebagai si pecinta warna kuning lantaran hampir semua barang-barang miliknya berwarna kuning.

Disaat Cakrawala sedang menyapu lantai rumah, Maratungga yang merupakan abangnya—dengan santai duduk di atas sofa menonton televisi yang sedang menayangkan acara boxing. Sambil menonton, Maratungga seenaknya melemparkan kulit kacang itu ke sembarang arah tanpa memedulikan Cakrawala yang sedang menyapu.

Cakrawala langsung menghentikan kegiatan menyapunya kemudian memandang Maratungga yang duduk di sofa.

Kotor lagi lantainya.

What If Not Me Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang