Moa keluar dari kamar mandi dengan menggunakan kaos Spongebob warna kuning milik Cakrawala. Ia memandangi penampilannya dari ujung kaki.
"Lo nggak ada baju lain?"
Cakrawala menggeleng. "Nggak ada, hehe."
"Gue pake ginian berasa bocil."
"Moa gemes," puji Cakrawala yang mendapat decakan dari Moa.
"Kamar lo dimana?" tanyanya.
"Disana." Cakrawala menunjuk kamarnya yang ada deretan paling belakang rumahnya.
"Ayo ke kamar," ajak Moa.
"Ngapain?"
"Tidur lah."
Cakrawala mengusap tengkuknya, ia canggung karena baru pertama kali ini ada cewek yang mau masuk ke kamarnya selain bundanya.
Ketika pintu kamar terbuka, Moa dibuat ternganga ketika melihat isi kamar cowok itu yang didominasi warna kuning. Dari mulai seprai, gorden, cat kamar, lemari, sampai meja belajar pun warnanya kuning.
"Anjir!"
"Gemas kan kamarnya Cakra?" Cakrawala tersenyum ceria.
"Kamar kayak tai gini dibilang gemes."
"Tapi Moa, tai Cakra warnanya coklat bukan kuning."
Moa memandang Cakrawala kesal. Ia sebenarnya enggan masuk ke dalam kamar itu karena tidak suka dengan nuansanya.
Ketika sedang mengobrol seperti itu, Maratungga kebetulan saja lewat membawa setoples camilan yang mau dia bawa ke dapur.
Moa mendadak menghentikan Maratungga. "Bang."
Maratungga menoleh dengan ekspresi datar dan tatapan mata tajam.
"Gue mau tidur di kamar lo aja, ya, Bang," pinta Moa.
"Dih," Maratungga lalu berjalan kembali menuju dapur.
Moa syok dengan tanggapan Maratungga yang seperti itu. Hanya satu kata, tapi mampu menusuk sampai ke ulu hati. Apadia bilang tadi, 'dih?'
Respon Maratungga yang seperti itu menunjukkan seolah-olah Moa adalah makhluk menjijikan. Belum lagi ekspresi datarnya tadi.
"Abang lo—" Moa hampir mengomel, tapi Cakrawala langsung menjelaskannya.
"Bang Mara orangnya nggak suka diganggu, Moa. Apalagi buat diajak bobok sekamar. Bang Malbi aja kalau nginep disini boboknya kalau nggak di ruang tamu ya di kamarnya Cakra."
Moa berdecak. Akhirnya mau tidak mau, dengan berat hati dia pun masuk ke dalam kamar Cakrawala yang bernuansa serba kuning itu.
"Sebentar ya, Cakra mau ambil selimut dulu. Nanti Moa bobok di atas kasur Cakra aja, Cakra boboknya di bawah nggak papa."
"Serah lo."
Cakrawala membuka lemari untuk mengeluarkan selimut dari dalamnya. Setelah itu ia melebarkan selimut itu untuk menutupi lantai kamar yang akan dia gunakan untuk tidur. Kamar Cakrawala tidak ada dipannya, jadi jarak antara kasur yang ditiduri Moa dengan lantai yang ditiduri Cakrawala tidak begitu jauh.
Moa tidur di atas kasur milik Cakrawala sambil menatap langit-langit plafon berwarna putih, sedangkan Cakrawala tidur di sebelahnya.
"Udah malem, bobok Moa," pinta Cakrawala lembut sambil tersenyum.
Moa menoleh, menatap Cakrawala lamat-lamat. Cowok itu sudah memejamkan matanya.
"Kenapa lo sama sekali nggak benci sama gue? Padahal gue kasar banget sama lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
What If Not Me
Novela JuvenilMoa Jatraji berniat mengimbangi kekasihnya yang ternyata adalah seorang 'pemain' dengan menjadikan Cakrawala sebagai selingkuhannya. Namun, siapa sangka Cakrawala justru berhasil membuat fokusnya benar-benar teralihkan.