Perhatian Dylan.

96 8 7
                                    

Selama melanjutkan pendidikan di universitas luar negeri, Dolly dan Dylan dipercaya untuk tinggal bersama di sebuah rumah sewa oleh Limo. Mereka berdua melanjut di universitas yang sama, meski mereka memiliki perbedaan jurusan yang ditempuh.

Sudah setahun mereka berdua menjalani hari-hari di Amerika. Dolly merasa Dylan tidak mengalami perubahan apapun selama ini. Dia merasa kesepian dan menyedihkan selama bersama Dylan. Bagaimana mungkin ia terjebak sangat lama dengan pria yang sebenarnya ia cintai dan tak mencintainya?

Dylan selalu bersikap dingin dan kurang peka terhadap keadaan. Meski begitu, ia masih berlaku sebagai seorang teman untuk Dolly, namun ia tak menyadari perasaan mendalam yang Dolly ungkapkan lewat beberapa candaan.

"Dylan, bolehkah aku tahu makanan yang paling kamu sukai?" tanya Dolly saat itu.

"Aku kan bukan orang yang suka pilih-pilih makanan, semua aku suka," ujar Dylan sambil mengerjakan tugas kuliahnya.

"Bukan begitu, aku hanya ingin mencatat semua hal tentangmu, termasuk makanan kesukaanmu," jawab Dolly dengan senyuman.

"Untuk apa?" tanya Dylan keheranan.

"Ya, siapa tahu suatu saat nanti kita akan menjadi pasangan hidup. Jodoh tak ada yang tahu, kan?" kata Dolly dengan pipi memerah.

Dylan terdiam dan berusaha mencerna kata-kata Dolly yang baru saja membingungkan pikirannya.

"Lupakan itu, aku hanya bercanda," kata Dolly sambil melanjutkan mencatat sesuatu.

"Harus bagaimana lagi supaya kau mengerti perasaanku ini Dylan? Aku menyukaimu dari dulu. Aku memang telah menjalin hubungan cinta remaja pada Duri, tapi hatiku sesungguhnya hanya ingin dirimu. Astaga, haruskah aku secara terang-terangan mengungkapkan isi hati ini?" batin Dolly kemudian.

***

"Sudah cukup! Jangan menyentuhku!" teriak Dolly kepada Dylan.

Dolly baru saja pulang entah dari mana. Kondisinya basah kuyup dan sepertinya ia dalam keadaan mabuk. Dylan menghampirinya sambil memasang muka kesal.

"Dolly, kau dari mana saja? Kau membuatku khawatir! Aku jadi tak bisa mengerjakan tugas kuliahku dengan tenang," ucap Dylan.

"Aku mencarimu dari tadi, kau tahu ini sedang hujan? Kenapa malah basah kuyup begini? Kau dari mana saja, hah? Lalu, bau ini? Kau meminum alkohol?" tanya Dylan sambil memegang bahu Dolly.

"Lepaskan tanganmu dariku! Sejak kapan, sejak kapan kau peduli padaku? Hah?" Dolly masih dalam keadaan mabuk. Ia tersenyum lalu tertawa.

"Dylan kali ini peduli padaku? Lucu sekali?" lanjut Dolly sambil tertawa.

"Ada apa denganmu Dolly? Sekarang keringkan tubuhmu, nanti kau demam!" kata Dylan sambil menarik tangan Dolly.

"Kenapa kau begitu perhatian padaku? Bukankah biasanya tak begini?" tanya Dolly sambil jalan sempoyongan.

"Aku ini temanmu, aku pasti peduli padamu, apalagi kau dalam keadaan begini!" Dylan memasang nada bicara yang tinggi.

Dolly terdiam sesaat lalu tertawa terbahak-bahak. "Hah? Teman? Kau tahu ini sangat lucu. Kau tahu, kau tahu kalo aku ini, menganggap kamu lebih dari teman. Aku ini mencintai kamu Dylan! Ya, haha, cinta! Aku cinta padamu, Dylan, anak Limo Kwon!"

Dylan mematung mendengar kata-kata Dolly barusan.

"Hei, hei, kau terkejut? Hah, itu benar! Aku jujur!" Dolly duduk di lantai sambil tertawa.

"Hanya saja selama ini, dalam waktu yang lama kau tak pernah mengerti perasaanku. Kau bahkan tak peduli dan memperhatikanku. Kau, kau hanya menganggapku sebagai teman? Hah, aku cinta kamu Dylan! Bisakah kau menerima perasaan ini? Bahkan kau tahu, Duri lebih baik dalam memperlakukan wanita malang sepertiku dibanding kamu!" lanjut Dolly yang terlihat mulai menangis.

Dylan melihat Dolly yang melontarkan pernyataan itu dalam keadaan mabuk. Walau Dolly tak sadar mengucapkannya, Dylan paham kalau Dolly sebenarnya serius mengucapkan itu.

"Duri? Maksudmu ...," kata Dylan terpotong.

"Ya! Jangan banyak bertanya, pria jahat! Kau selalu membuatku tertekan! Kau sama sekali tak bisa membalas perasaan ini!" Dolly menangis.

"Kau jahat!"

Dylan segera memeluk Dolly untuk menenangkannya. Ia mengelus rambut pink itu sambil berusaha membuat Dolly tenang.

"Baiklah, Dolly, aku juga mencintaimu. Sebenarnya selama ini aku juga mencintaimu. Hanya saja, aku malu, dan tak tahu bagaimana cara mengungkapkannya," ujar Dylan sambil menenangkan Dolly.

"Benarkah? Benarkah itu? Kau mencintaiku sungguh-sungguh, kan?" tanya Dolly sambil terisak.

"Iya, iya, aku mencintaimu. Sekarang ayo keringkan tubuhmu, nanti kau sakit. Ya?" Dylan mengangkat Dolly yang duduk di lantai dan membantunya ke kamar.

Sejak kejadian malam itu, Dylan semakin perhatian pada Dolly. Ia juga mulai yakin bahwa Dolly benar-benar mencintainya. Hingga akhirnya Dylan juga berbalik menyukai Dolly. Rasa cinta dan perhatian itu semakin membesar hingga akhirnya mereka selesai menempuh pendidikan di negeri sana.

***

"Kau sedang memikirkan tentang apa, calon istriku?" tanya Dylan tiba-tiba sambil memeluk pinggang Dolly dari belakang.

Dolly yang dari tadi melamun tentang Duri dikejutkan dengan kedatangan Dylan.

"Dylan kau di sini? Sejak kapan?" tanya Dolly sambil menoleh ke belakang.

"Baru saja aku datang," kata Dylan sambil menyenderkan dagunya di bahu Dolly.

"Kau ini sedang memikirkan apa sih?" lanjut Dylan sambil tersenyum.

"Aku hanya memikirkan tentang pernikahan kita Dylan. Aku takut apakah semua akan berjalan lancar atau tidak." Dolly memasang raut wajah sedih.

"Hah? Itu pasti berjalan lancar! Ada apa denganmu yang tiba-tiba menjadi bimbang begini?" Dylan kemudian memutar badan Dolly dan menatap matanya.

"Aku, aku hanya takut ada orang, atau maksudnya, ada sosok, kehadiran yang akan membuat pernikahan kita kacau," ujar Dolly sambil terbayang akan muka Duri.

"Hei! Yakin padaku, Dolly, aku ini tak akan selingkuh, janji," kata Dylan meyakinkan.

"Bukan begitu, Dylan! Duri rupanya masih mengharap cinta dariku. Janjiku kemarin padanya, dia masih mengingatnya. Bagaimana mungkin selama 4 tahun dia tak melupakanku dan tak mencari wanita lain saja. Apa Duri benar-benar mencintaiku? Dan apa Duri akan mengacaukan hari pernikahan kita nantinya? Kumohon, ini membuatku bingung, dan bersalah pada Dylan dan Duri! Aku harus bagaimana?" ucap Dolly dalam hatinya.

***

T. B. C.

Dolly Or Dingyo?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang