Chapter 2

2.4K 233 4
                                    

Wendy POV

Eottokhe? Ujarku dalam hati. Aku sekelas dengan Chanyeol. Lebih parah lagi, aku sebangku dengannya. Aku berusaha untuk menutupi wajahku. Dia melihatku dengan mata tajammnya. Apa dia mengenaliku? Tapi, tadi aku sudah memperkenalkan diriku. Apa dia tidak tahu namaku? Bukankah aku sudah memberitahu namaku ke eommanya? Mungkin eommanya tidak memberitahu namaku. Syukurlah. Jika dia tahu aku memberi nafas buatan kepada dia, habislah aku menjadi bahan bicaraan satu kelas. Apalagi aku murid baru. Habislah aku. Habislah aku! Ucapku dalam hati.

"Uhm.. Annyeong. Chanyeol imnida." sambil mengulurkan tangannya

"Ne. Son Wendy imnida. Bangapseumnida." Ku jabat tangan sambil menutupi wajahku.

"Apa kita pernah bertemu sebelumnya? Wajahmu sangat familiar di pikiranku."

"Aniyo. Ini per..pertama kali aku bertemu-mu. Lagipula, kita kan ba.. baru kenalan."

"Iya juga sih. Bangapseumnida."

Selamat! Berarti benar, eommanya tidak memberitahu namaku. Selamatlah aku, selamatlah kau, Wendy! Setelah aku duduk, pelajaran pun dimulai. Aku mencatat apapun yang menurutku perlu dicatat. Pada saat aku menulis, aku sadar Chanyeol sedang memperhatikanku. Dengan sengaja, aku menolehkan kepalaku kearahnya. Dengan segera, ia pura-pura menulis catatan dengan bolpen yang belum terbuka tutupnya. Lucunya, ia tidak menyadarinya.

"Chanyeol-ssi. Kau menulis tapi tidak kau buka tutup bolpen-nya. Hebat sekali."

"Erh.. Eh. Hehe." Dia menyadarinya dan membuka tutup bolpen.

Lucu sekali tingkahnya saat salah tingkah seperti itu. Aku ingin menahan ketawa, tetapi aku kebablasan untuk tertawa. Chanyeol menyadarinya dan memonyongkan (inggrisnya pout) bibirnya.

"Kau! Kenapa ketawa? Aku tahu itu aneh. Huh!"

"Mian. Mianhae. Itu lucu banget. Kamu menulis tapi tidak dibuka tutup bolpennya. Haha, lucu sekali."

Ketika aku tertawa, aku sadar Chanyeol memperhatikanku sambil tersenyum, tetapi ku hiraukan. Daripada aku membuatnya salah tingkah lagi dan bertingkah yang aneh lagi dan membuatku tertawa. Beberapa jam kemudian, pelajaran pun selesai dan jam istirahat pun tiba. Aku segera berdiri dari kursi ku. Ketika aku hendak keluar kelas. Chanyeol memanggilku.

"Wendy-ssi! Chakkaman." Teriak Chanyeol sambil menghampiriku

"Waeyo? Apa ada sesuatu yang penting?"

"Aniyo. Aku ingin kamu untuk.." belum selesai Chanyeol bicara, ada seorang yeoja memotong pembicaraan.

"Channie-ah, ayo makan bersama. Oh, untuk kamu anak baru. Seung Yeon imnida. Aku pacar Chanyeol. Jangan lagi kau dekat-dekat sama namja chingu-ku. Arasseo?!"

"Aku ini bukan pacarmu. Sekali lagi, aku bukan pacarmu. Ayo Wendy, kita makan bersama." Chanyeol menggengam tanganku dan meninggalkan Seung Yeon sendiri.

Kami berjalan sambil berpegangan tangan. Para murid memperhatikan ku dengan tatapan sinis. Tatapan mereka seram sekali. Tatapan yang membunuh. Apakah Chanyeol seterkenal ini? Untung saja ia tidak mengenalku. Jika dia mengenalku, habislah aku ditelan hidup-hidup oleh semua yeoja yang menggemari Chanyeol. Aku berusaha untuk melepaskan genggaman tangannya, tetapi sangat susah. Erat sekali.

"Chanyeol-ssi. Kita kan sudah jauh dari Seung Yeon, bisa lepaskan tangannya?"

"Ne? Oh! Arasseo. Mianhae."

"Ne. Gwaenchana. Ppali kita ke kantin, sebelum waktu istirahat habis."

Kami berlari menuju kantin secepat mungkin. Mengapa? Karena kami takut waktu istirahat habis dan juga takut tidak ada tempat untuk kami duduk. Sesampainya di kantin, benar apa yang kami pikirkan. Tempat duduk sudah penuh. Ah, eotteokhe? Setelah kami mendapatkan makanan. Chanyeol menarikku ke suatu tempat. Tempat yang damai dari suara riuh gossip-an ataupun teriakkan.

"Kita makan disini saja. Lagipula, ini tempat persembunyianku."

"Tempat persembunyianmu?"

"Ne. Jikalau aku lagi ingin sendiri ataupun sedang kesal dengan sesuatu, aku selalu menenangkan diriku disini. Dengan angin yang berhembus lembut di sekujur tubuhku, itulah yang membuatku tenang."

"Woah! Daebak. Tetapi adakah situasi dimana kamu berusaha untuk menenangkan diri disini tetapi tidak berhasil?"

"Ada. Saat itu sudah malam, sekitar jam 7. Aku pergi ke sekolah, tepatnya disini, di balkon ini. Saat itu aku kesal dengan appa-ku yang selalu memaksakan kehendaknya agar terjadi padaku. Aku sudah SMA dan sudah harus menentukan pilihanku sendiri. Saat aku dalam perjalanan pulang, aku dalam keadaan mabuk dan pada akhirnya aku mengalami kecelakaan. Tetapi saat itu, ada seseorang wanita yang menolongku. Namanya seperti namamu, Wendy. Ku pikir Wendy yang kumaksud adalah kamu. Tapi Wendy yang ku mau matanya bewarna biru."

Chanyeol menceritakan kejadian saat ia mengalami kecelakaan. Pada saat aku menolongnya. Jadi dia tahu namaku, tetapi dia mungkin tidak tahu nama keluargaku, maka dari itu ia tidak mengenalku. Lagipula, Wendy yang ia lihat matanya bewarna biru dan pada saat itu aku menggunakan soflens. Tetapi, mungkin bukan saatnya ia mengenalku. Maafkan aku, Chanyeol. Bukan saat ini kau mengenalku. Saat selesai jam istirahat, kami segera menuju kelas untuk melanjutkan pelajaran.
Beberapa jam kemudian, kami selesai pelajaran. Aku dan Chanyeol berjalan keluar bersama. Chanyeol pun dijemput dan aku pulang menggunakan sepedaku.

Chanyeol POV
Aku segera mengganti pakaianku setibanya di rumah. Aku membanting tubuhku pelan ke kasur. Ya! Park Chanyeol! Mengapa kamu menceritakan kejadian tersebut kepada orang yang baru dikenal. Aish! Protesku dalam hati. Tetapi, mengapa aku bisa senyaman itu menceritakan semuanya kepada Wendy? Tidak seperti biasanya kamu Chanyeol. Aku biasanya sangat sulit untuk mempercayai orang dan aku juga sudah menunjukan tempat persembunyianku. Kenapa aku hari ini? Pabo ya, Park Chanyeol! Aku menutupi wajahku dengan bantal dan secara tidak sadar aku tidur.

Sekitar pukul 6 sore, eomma pulang. Aku segera menghampiri eomma. Eomma yang melihat keadaanku yang ceria terlihat bingung, karena mungkin eomma jarang melihat aku tersenyum lebar seperti ini.

"Uri Chanyeol, wae? Kamu terlihat senang sekali?"

"Aku merasa lega berkat seseorang."

"Jinjja! Nuguseyo?"

"Wendy. Son Wendy."

"Son Wendy? Wendy?"

To be continued....
-----------------------
Gimana part yang satu ini? Sesuai yang aku bilang, bakalan di update setelah 20 readers. Eh, pas buka ternyata udah 24 readers. 고마워용😊 see you in the next chapter. Luvluv💙😘 [read the author's note.. 미안해용😭😰]

Eyes | Lips | HairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang