BAGIAN 01

757 44 0
                                    

Drrt drrt

Suara dering handphone menghentikan aktivitas Rena yang sedang membaca buku novel, ia mengambil handphone nya kemudian menekan tombol hijau.

"Ren, lu dimana?" Suara Aira langsung terdengar saat telepon sudah tersambung.

"Dikosan" jawab Rena seadanya.

"Gue tebak lu ngundurin diri lagi"

"Seratus persen"

Helaan nafas terdengar dari benda pipih itu, Rena mulai mempersiapkan telinga dan jawaban saat firasat nya mengatakan bahwa Aira akan menceramahi nya lagi.

"Ren, lu tau kan umur lu sekarang berapa" tanya Aira dengan nada dingin.

"Dua puluh tiga"

"Lu tau umur lu, tapi lu gini gini aja? Gue diumur dua tiga sekarang udah punya anak ren!!" omel Aira saat Rena menjawab pertanyaan nya dengan santai.

"Ya kan itu elu"

"Istigfar dah gue ngadepin lu. Bener bener ga habis pikir. Impian nya mau jadi wanita karir, tapi kerjaan nya ngundurin diri!"

"Kalau ga bisa jadi wanita karir seperti yang lu impikan minimal jadi ibu rumah tangga dong!! Emang nya lu mau jadi janda perawan hah!"

Rena menatap datar layar handphone nya, Aira adalah teman seperjuangan Rena dari mulai dirinya masih di panti asuhan.

Meski Aira pada akhirnya memilih menikah diumur 19tahun, tapi ke cerewetan Aira masih berlanjut sampai detik ini.

"Jangan berani tutup telepon" suara Aira mampu membuat jari Rena berhenti.

"Padahal cuman sedikit lagi" batin Rena sambil melihat jari telunjuknya amat dekat ke tombol merah.

"Hah. Gue kesana sekarang"

Perkataan Aira mampu membuat Rena panik sendiri, ia malas berurusan dengan suami Aira yang cemburu karna Aira selalu memprioritaskan nya.

"Ngapain lu kesini? Kan lu udah punya anak"

Rena : gausah kesini bego.

"Karna ada anak ga beres yang harus gue urusin"

Aira : gue pengen denger alasan konyol apalagi yang bikin lu ngundurin diri.

Rena meneguk ludah dengan sangat kasar, keringat mulai bermunculan di wajahnya.

"Jangan kesini, gue.." Rena menggoncangkan kakinya agar mendapat alasan terbaik untuk menghentikan Aira.

"Gue lagi sibuk" lanjut Rena dengan spontan karna itu adalah alasan paling logis untuk digunakan.

"Sibuk ngapain? Baca novel?"

"Bangsat ngena banget" maki Rena, ia menatap novel yang beberapa lembar lagi Rena tamatkan.

"Ck, harusnya lu tuh bikin surat lamaran lagi ren bukan baca-

"Terima kasih atas saran nya, nyonya Aira. Saya akan menunggu kehadiran anda dikosan saya. Sampai jumpa" ucap Rena sambil menekan tombol merah dilayar handphone

Setelah sambungan terputus Rena menghirup oksigen dengan rakus, seolah olah ia tidak pernah menghirup oksigen saat menjawab telepon dari Aira.

"Anjing, gimana iniii" Rena bangkit dari tidurnya lalu keluar kamar dan menatap sekeliling yang terlihat berantakan.

"Harusnya gue beresin rumah, sesuai yang gue rencanain kemarin." gerut Rena, ia mengambil sapu dan membersihkan ruangan per ruangan yang ada dikosan nya.

Become A Sister AntagonisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang