[ 04 ]. Panggilan Khusus

28 8 1
                                    

Sesuai janjinya kemarin, Karang benar-benar menjemput Buih di rumahnya.

Ketika Karang sampai didepan rumah Buih, ternyata gadis itu sudah siap dengan pakaian seragam lengkapnya, dan ada Hegian juga yang sepertinya tengah membicarakan sesuatu dengan Buih.

Melihat kedatangan Karang, mereka berdua pun menoleh dan segera mendekat.

"Lama ya?"

"Engga kok kak," Jawab Buih.

"Yaudah ayo naik, takut telat," Ucap Karang seraya memberikan sebuah helm untuk Buih.

"Bang gue izin bawa dia ya?" Karang beralih menatap Hegian yang ada disamping Buih.

"Iya bro, makasih ya. Maaf ngerepotin."

"Engga elah santai. Gue cabut ya?" Karang menepuk bahu Hegian.

"Iya hati-hati."

Sebelum Buih menaiki motor Karang, Hegian sempat menarik tangan Buih untuk sedikit menjauh dan membisikkan sesuatu ditelinganya.

"Inget ucapan gue."

Buih hanya mengangguk mengerti, lalu segera berangkat ke sekolahnya bersama Karang.

Dalam perjalanan menuju sekolah, tidak ada yang saling berbicara. Keduanya sama-sama terdiam, hingga tiba di sekolah.

Buih pun turun dari motor Karang, dan tak lupa berterimakasih.

"Makasih banyak ya kak."

"Iya sama-sama."

Mereka berdua berjalan beriringan di sepanjang koridor menuju kelas masing-masing.

"Eh gue lupa nanya, nama lo siapa?" Tanya Karang menatap Buih disebelahnya.

"Buih kak."

"Buih? aneh ya namanya."

Mendengar itu Buih hanya tertawa canggung. Bukan hanya Karang yang berkata seperti itu, dan bukan hanya sekali dua kali ia mendengar orang mengatakan namanya aneh.

"Kalau kakak, namanya siapa?"

"Karang."

"Kakak juga aneh namanya."

Karang hanya tertawa mendengarnya. Gadis disampingnya ini ternyata sangat lucu.

"Iya juga sih."

Karang sedikit menunduk dan melirik ke arah nametag yang terpasang di dada sebelah kiri gadis itu.

"Nama lo Buih Kirana Ashella?"

"Loh? kakak tau?" Buih menatap Karang dengan raut terkejut.

"Nametag lo."

Buih hanya membulatkan mulutnya dan mengangguk mengerti.

Setelah itu, Karang terdiam sejenak, dan tampak memikirkan sesuatu.

"Kalau gitu, gue mau panggil Ashel aja, boleh?"

Buih menatap Karang dengan tatapan heran.

"Ashel? boleh aja sih. Tapi kenapa gitu?" Tanya Buih dengan alis terangkat.

"Ya gapapa, bagus aja. Anggep aja itu panggilan khusus dari gue."

"Duluan ya Ashel bocil."

Karang mengacak rambut Buih, lalu ia pergi meninggalkan Buih ke kelasnya, karena kelas mereka yang berbeda arah.

Mendapat perlakuan yang tiba-tiba itu, Buih terpaku. Pipinya memerah seperti kepiting rebus. Ia sangat malu sekarang.

"Jantungku kok kaya mau copot ya?"

KARBU | You And The Rain That DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang