Terlalu hangat untuk diriku yang takut meleleh, lalu tak bisa bertahan lama di dunia.
....
Variel dipanggil ke ruang makan oleh tuan Eglard, sehingga setelah selesai sarapan ia langsung ke ruang makan dengan seragam sekolah lengkap.
Di situ terdapat satu keluarga berkumpul semua, dengan minus Athala.
Melihat sifat tuannya yang memang sedingin bongkahan es, Variel jadi paham jika kehangatan keluarga ini tidak akan pernah menyetuh Athala.
Variel membukuk hormat kepada tuan Eglard, yang ternyata langsung diberikan kunci mobil.
"Kamu sudah lolos ujian menyetir dari asisten saya, kan. Jadi mulai sekarang kamu satu-satunya pekerja Athala, anak itu sudah memecat sopirnya juga."
Variel mengangguk, memandang bagaimana lelahnya tuan Eglard mengurus anaknya yang bernama Athala itu.
Sepertinya tuan Eglard juga sudah tidak bisa berbuat banyak.
"Hem ... Variel?" panggil nyonya Naura cukup ragu, tapi dengan cepat Variel balas dengan anggukan serta senyum ramah.
"Iya, ada apa nyonya?"
Nyonya Naura menghela napas sebentar sebelum mulai bicara. "Tolong jaga Athala."
Jujur Variel langsung merasa tersentuh melihat ketulusan nyonya Naura, jadi sebisa mungkin Variel terlihat begitu bisa dipercaya untuk menjaga Athala.
Di sisi lain ia masih belum paham kenapa karakter Athala terbentuk dengan begitu berbeda setelah tahu semua orang sangat menyayangi dirinya.
Variel juga tidak habis pikir saat sorot mata Athala begitu dingin kepada keluarganya sendiri. Athala mendekati meja makan menggunakan kursi rodanya yang canggih.
Hanya bubur lembek yang Athala makan, dia tampak tenang tetap mempertahankan wajahnya untuk tidak membuat eskpresi sedikitpun.
Athala sangat tidak berperasaan di tengah orang-orang yang penuh warna.
***
Di sekolah Variel satu kelas dengan Athala, walaupun umurnya sudah sembilan belas tahun, dulu Variel berhenti sekolah di kelas tiga semester dua. Hampir lulus malahan.Namun, jika ekonomi sudah bicara, maka Variel tidak bisa berbuat apa.
Jam istirahat pertama telah berbunyi lima menit lalu, sekarang Variel baru kembali dari mobilnya untuk mengambil buah-buahan yang telah disiapkan dari rumah.
Namun, saat sudah mau masuk ke kelas, seseorang tiba-tiba menubruk bahunya hingga buah yang telah terkupas bersih dalam wadah bekal jatuh.
Variel hendak mengembilnya tapi temannya yang lain telah menendangnya hingga buah yang ada di dalamnya berserakan di lantai.
Banyak orang yang menyaksikan hanya berdecih kasar lalu kembali ke dalam kegiatan mereka masing-masing.
Ada tiga orang di hadapannya. Bagas orang yang menabraknya, Enzi gadis yang menendang buah Variel, sementara Gio memegang kursi roda Athala. Itu adalah nama-nama yang tertera di seragam sekolahnya.
Variel ingin protes tapi wajah Athala yang terlihat tidak acuh membuat rasa amarah Variel memuncak. Sebegitu tidak punya hatinya remaja yang bernama Athala itu, hingga menyuruh para temannya untuk membully Variel.
"Ayo!" Athala orang pertama di antara mereka berlima yang mengeluarkan sepatah kata.
Ketiga orang itu juga patuh dan membawa Athala pergi dari sana.
Variel benar-benar tidak bisa menahan kesalnya selain melampiaskannya kepada tembok, orang-orang yang tadinya berusaha tidak pedulipun seketika merinding melihat Variel marah.
Makanan yang ada di lantai segera Variel pungut sebelum ada yang menginjak, bisa dua kali kerja dirinya, tidak cukup hanya menyapu tapi mengepel juga.
"Benar-benar bentuk manusia yang dikasih kekurangan malah kurang ajar," dumel Variel yang berharap tidak ada yang mengadukannya kepada Athala.
Entah semengerikan apa sifat Athala jika hatinya tersentil nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Athala (END)
Teen FictionAthala hanya remaja lumpuh yang banyak berkorban untuk keluarga. Di saat dirinya yang berada di ambang kematian karena penyakit yang diteritanya, dia masih memikirkan tentang orang lain yang sudah dianggap keluarga. Dia remaja kuat yang mampu mengge...