Chapter 3. The Holy Blade

20 4 1
                                    

Please don't be a silent reader, vote and coment untuk menghargai suatu karya.

[How to End The Curse on Paxley]

◕☬◕

Suasana yang bersahabat mengelilingi wilayah Kastil Aberleen, tapi tidak dengan di dalamnya. Pada salah satu anggota Paxley yang merupakan penguasa wilayah Kastil Aberleen, dia telah membuat keributan. Ini bukanlah yang pertama kalinya, tetapi tetua Paxley masih tidak terbiasa dengan perilakunya. Mereka masih ingin keturunan Paxley yang satu itu merubah perilakunya, terutama setelah kecerobohannya di malam pesta perayaan untuk Duke Paxley yang baru.

Sayangnya, keterampilan dari keturunan keempat Paxley tersebut dapat melarikan diri dengan cepat. Tidak hanya cepat, dia dapat menggunakan belati dengan gaya yang unik dan juga tajam. Dia bisa tumbuh menjadi seorang pembunuh yang terampil dan profesional. Sebagaimana garis keturunannya, dia juga bisa menggunakan sihir. Oleh karena itu, dia tidak langsung dibuang dari House Paxley karena dia terlalu berbakat. Apalagi, dia telah berkati oleh elemen cahaya.

Tok! Tok!

Setelah berhasil melarikan diri dari kejaran para tetua atau penyihir muda lainnya, Gusion berhenti di salah satu ruangan. Pada awalnya dia ragu, tapi dia langsung membuang keraguannya tersebut. Dia tidak ingin perasaan bersalah pada dirinya terus ada di dalam dirinya dan membuatnya terpikirkan.

Namun, Gusion tidak segera mendapatkan jawaban dari orang yang ada di dalam ruangan. Itu membuatnya sedikit jengkel, dia ingin sekali mendobrak pintu di hadapannya tersebut. Namun, Gusion memilih tidak melakukannya. "Kakak, ini aku." Dia ingin menghormati kakak laki-lakinya, apalagi kakaknya yang sekarang adalah seorang Duke.

"Masuklah."

Tanpa menunggu lama, jawaban langsung datang. Sepertinya kakak sulung tersebut tidak ingin diganggu oleh seseorang, sehingga baru ada jawaban ketika Gusion memberitahu sedikit identitas dirinya yang samar.

Krieeettt

Dengan hati-hati, Gusion membuka pintu. Hanya sedikit, membuat Gusion berdiri di ambang pintu dan mengintip ke dalam ruangan. Remaja laki-laki itu sedikit malu jika mengingat tentang kecerobohannya di malam itu.

"Apa yang membawamu ke sini?"

Pertanyaan tersebut membuat Gusion sadar akan kenyataannya. Dia segera mengusir sikap kekanak-kanakannya yang malu-malu tadi. Dia masuk ke dalam ruangan, tidak lupa menutup pintu di belakangnya. Namun pintunya tidak tertutup sepenuhnya sehingga tidak ada suara.

"Ummm, aku ...." Bukannya menatap sang lawan bicara, Gusion malah menatap pada hal lain. Dia melihat betapa banyaknya dokumen di atas meja yang ditempati oleh kakaknya. Selain itu, ada banyak sekali kado yang terdapat di sudut ruangan. Itu seperti lautan kado. Gusion menjadi penasaran dengan isi dari tumpukan kado tersebut.

"Kamu kenapa?" tanyanya dengan nada yang lembut. "Apakah kamu sakit?"

Dreekk

"Apakah 'mana' kamu tidak pulih?" lanjutnya. Dia bahkan berdiri dari kursinya, membuat kursinya tersebut berderit.

"Eh?! Hah?!" Gusion langsung kebingungan karena mendapatkan pertanyaan berturut-turut. "Aku tidak apa-apa, kok."

"Aku tidak sakit," jawabnya, "'mana'-ku juga sudah pulih."

"... Oh."

Sebelah mata Gusion berkedut karena jawaban singkat tersebut. Entah mengapa dia merasa jengkel, padahal dia sudah berusaha untuk menjawab semua pertanyaan kakak sulungnya tersebut dari yang pertama hingga yang terakhir.

How to End The Curse on PaxleyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang