Deep Talk, Curi Dengar

5.6K 415 40
                                    

Salmira kembali dibuat kesal oleh mamanya. Saat ia pulang kerja tiba-tiba semua tanaman di atap yang ia rawat dengan sepenuh hati dicabuti. Pohon lemon yang sedang berbuah lebat ditebang begitu saja.

Gadis itu menatap nanar atap rumahnya yang kosong. Bekas tamannya masih ada, namun semuanya hancur. Tidak ada satupun tanaman yang tersisa.

Salmira mengerang. Ingin berteriak sekencang-kencangnya namun ia tahan. Tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulutnya. Ia memasang wajah datar seperti biasa, kemudian berlalu meninggalkan rumah. Salmira tidak menyahut sama sekali ketika mamanya memanggil. Gadis itu terlampau kesal.

"Sal! Mau kemana Sal?" Tanya Dareen saat mereka berpapasan di ujung gang. Tapi Salmira bungkam. Gadis itu melanjutkan langkahnya.

Dareen mengikuti gadis itu. Ia merasa ada sesuatu yang tidak beres dari Salmira. Ia juga khawatir Salmira pergi dan tidak pulang hingga larut malam seperti tempo hari.

Salmira pergi ke taman dekat rumahnya. Gadis itu berjongkok di bawah pohon flamboyan sembari menyembunyikan kepalanya di sela-sela lutut dan tangan yang terlipat di atas lutut. Air matanya telah tumpah. Isakannya dapat didengar oleh beberapa orang yang lewat. Salmira sala sekali tidak perduli. Ia ingin menangis. Itu saja.

Dareen mendudukkan dirinya di atas rumput yang masih lembab. Hujan setiap hari membuat rerumputan itu selalu basah. Ia memilih diam sembari menamani Salmira yang sedang menangis. Tidak menginterupsi sama sekali tangisan gadis itu. Membiarkan saja sampai Salmira puas. Dareen akan menunggunya.

Setelah puas menangis, Salmira meringis karena kakinya kesemutan akibat terlalu lama berjongkok. Ia mengangkat tubuhnya untuk berdiri. Ia dikagetkan dengan sosok Dareen yang mendongakkan kepala di sebelahnya.

"Udah puas nangis?" tanya Dareen sembari menoleh pada Salmira yang telah berdiri.

"Belum, kaki gue kesemutan," sahut Salmira. Dareen terkekeh mendengarnya.

"Puasin dulu nangisnya, gue tungguin. Kalau lo butuh temen cerita habis itu gue siap dengerin."

Salmira mendudukkan dirinya, "mau kemana rapi banget?" tanyanya saat melihat penampilan Dareen.

"Mau ke cafe kemarin, gue belum berhasil ketemu owner-nya," sahut Dareen. Salmira keheranan dengan lelaki itu. Dareen terobsesi sekali ingin bertemu dengan pemilik cafe yang tempo hari mereka kunjungi itu.

"Lo kenapa lagi?" tanya Dareen.

"Gue suka banget berkebun. Kegiatan itu satu-satunya yang bisa bikin gue happy. Tapi lagi-lagi dikacauin sama mama," ucap Salmira. Ia ingin menangis lagi mengingat tamannya yang sudah hancur.

"Mama lo ngapain lagi?"

"Dia rusak taman yang gue buat di atap. Alasanya karena kemarin rumah sempet kemasukan ular, Mama bilang ular bisa masuk rumah karena di atap terlalu rimbun. Semua tanaman gue dicabutin. Sedih banget liat atap sekarang," lirih Salmira. Air matanya tumpah kembali.

"Gue capek, Reen. Gue gak dikasi kesempatan untuk seneng sedikitpun. Udah terlalu sering gue mengalah selama ini, tapi masih belum cukup juga. Apa gue gak boleh ngerasain seneng sekali doang?"

Air mata Salmira kembali tumpah. Gadis itu menangis lagi. Dareen merengkuh tubuh Salmira, membawanya ke dalam pelukannya. Lelaki itu mengusap punggung Salmira, mencoba menenangkan gadis itu.

"Lo berhak bahagia, semua orang berhak bahagia. Sabar ya. Suatu hari nanti Mama lo pasti ngerti."

🌻

"Sore Tante," sapa Ronan ketika Cahaya membuka pintu untuknya.

"Ron. Masuk dulu Ron."

"Ronan gak bisa lama-lama tante. Ronan kesini mau jemput Salmira. Mama di rumah sakit dan mau ketemu Salmira."

Selamanya [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang