Bara 8

35 2 1
                                    

Matahari sudah mulai meninggi. Cahaya yang menyilaukan berhasil menembus jendela kamar Bulan sehingga cahayanya memantul ke arah Bulan yang masih bergelut dengan selimutnya. Bulan masih menikmati tidurnya meskipun terkadang ia terusik dengan sinar matahari itu. Namun ia tidak mempedulikannya. Bulan malah semakin pulas tidurnya.

Wulan yang sedari tadi mengetuk pintu kamar Bulan akhirnya memilih masuk. Dia hanya bisa menggelengkan kepalanya ketika melihat Bulan masih tidur nyenyak. Padahal seharusnya anaknya itu bangun pagi hari ini. Sebab semalam Bulan mengatakan padanya bahwa hari ini akan ada kuliah pagi.

"Bulan sayang, ayo bangun! Katanya kamu ada kelas pagi loh. Ini sudah jam setengah delapan," ucap Wulan sambil duduk di kasur milik putri kesayangannya itu. Wulan membangunkan putrinya dengan cara yang lembut. Tangan lentiknya mengelus rambut Bulan agar terbangun dari mimpi indahnya.

Bulan yang merasa mendengar sebuah suara akhirnya membuka mata dengan perlahan.

"Bulan masih ngantuk, Mi." rengeknya sambil mengucek matanya yang masing belum terbuka dengan sempurna.

Wulan tersenyum melihat sikap manja Bulan. Sudah biasa dia menghadapi putrinya dengan sifat yang seperti itu. Meskipun usianya sudah beranjak dewasa. Akan tetapi sifat manjanya masih terus melekat padanya. Hal itulah yang menjadikan Wulan khawatir jika Bulan merasakan jatuh cinta nanti. Wulan khawatir Bulan akan dimanfaatkan oleh lelaki itu.

"Sekarang kamu mandi ya. Mami mau siapin sarapan dulu di bawah. Kalau kamu tidur lagi siap siap aja uang jajan kamu mami potong hari ini," Wulan menggunakan sedikit cara mengancam untuk Bulan. Dan cara itu terbukti ampun. Bulan langsung bangkit dari tidurnya dan menatap sang ibu dengan tatapan kesalnya.

"Ancaman Mami selalu saja begitu," gerutu Bulan.

Wulan hanya tertawa kecil lalu mengecup kening putrinya. Setelah ia itu kembali berdiri dan keluar dari kamar untuk membiarkan Bulan bersiap siap.

Bulan menguap lebar saat merasakan rasa kantuknya belum hilang. Matanya melirik ke arah jam dindingnya masih, setia setia pada angka tujuh dengan jarum panjangnya yang berada di angka enam.

"Masih ada waktu buat tidur lagi," gumam Bulan sambil menutup mulutnya yang menguap.

Baru saja Bulan akan membaringkan diri. Ponselnya yang berada di sebelahnya tiba tiba bergetar. Bulan langsung mengambilnya dan mengeceknya. Sebuah notif dari nomor yang tak dikenal muncul di notifikasinya.

08387278XXXX
Selamat pagi, Bulan.

Bulan pikir itu hanya orang iseng saja. Selama ini dia tidak pernah memberikan nomornya pada orang yang baru dikenalnya.

08387278XXXX
Save nomorku ya. Bara.

Pesan kedua itu akhirnya membuat Bulan teringat bahwa kemarin dia memberikan nomor ponselnya pada laki laki itu. Bulan pun dengan, cepat mengetikkan balasannya.

Bulan
Selamat pagi juga. Jangan lupa hari ini bawakan aku pizza, burger, buble tea, sosis bakar sama es teh satu buat temanku. Kakak sudah berjanji kan untuk mengabulkan satu permintaanku. Antarkan saja nanti di kantin tempat kemarin kita bertemu.

_Bulan cantik_

Bulan terkikik geli membaca pesannya sendiri. Setelah itu dia menekan tombol send sehingga pesannya itu terkirim dan langsung disambut dengan centang biru. Itu artinya pemilik nomornya sudah membaca pesannya. Bulan hanya mengangkat bahunya dengan acuh tak acuh. Ia kembali melempar ponselnya di kasurnya. Bulan mengurungkan niatnya untuk kembali tidur. Dia memilih untuk bangkit dari kasurnya dan segera mandi. Hari ini dosennya killer, terlambat sedikit saja jangan harap bisa masuk kesal.

Fotografer CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang