*7*

202 28 3
                                    

"sebesar apapun ombaknya jangan pernah lompat dari kapal"_Farka Jjovanka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"sebesar apapun ombaknya
jangan pernah lompat dari kapal"
_Farka Jjovanka

Dikediaman rumah keluarga Zevallo, sinar matahari perlahan menyusup ke dalam melalui jendela besar yang menghiasi ruangan mewah.

Ezhardy terlihat menikmati tegukan kopi dari cangkir kecilnya, sambil mengunyah roti dengan santai di kursi meja makan yang tertata rapi.
Namun, suasana tenang itu terganggu oleh kegelisahan yang melanda Zerlya.

Dengan langkah gelisah, ia berjalan tak menentu di samping jendela, sambil menggenggam smartphone dengan erat di telinganya, mencoba menghubungi seseorang.

"Kamu sedang apa mi? pagi-pagi begini kau sudah seperti orang kebingungan!" desah Ezhardy, merasa bosan dengan nunduknya istrinya.

"Ish dimana bocah itu? Mengapa ia tak menjawab teleponku?" Zerlya merasa kesal, matanya terpaku pada layar ponsel yang sedang dipegangnya.

Sementara itu, Bi Vina, pembantu setia keluarga Zevallo, berlari tergesa-gesa mendekati nyonya rumah, Zerlya.

"Nyonya, lihatlah ini! Itu benar-benar mirip dengan pacar Tuan Farka!" kata Bi Vina dengan cemas, memperlihatkan layar ponsel yang menampilkan berita penting.

"Nyonya, lihatlah ini! Itu benar-benar mirip dengan pacar Tuan Farka!" kata Bi Vina dengan cemas, memperlihatkan layar ponsel yang menampilkan berita penting

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Zerlya tersenyum licik, membaca berita tersebut.

"Jadi dia sudah mati, ya? Tapi dia benar bunuh diri ataukah Farka yang mendorongnya?" gumamnya dengan nada yang penuh kecurigaan.

🍃🍃
Di rumah keluarga Kazziel yang bernuansa modern klasik, suasana tenang tercipta.

Ruang makan yang terhubung langsung dengan ruang tengah dihiasi oleh televisi besar yang sedang menyala.

Reagar duduk di meja makan, mencoba menikmati sarapan yang telah disiapkan oleh istrinya.

Namun, meskipun Yunezza sedang makan dengan lahap, matanya terlihat gelisah. Reagar mengamati istrinya dengan perhatian.

"Ada apa, sayang? Kamu terlihat khawatir," tanyanya dengan lembut.

Yunezza hanya menggelengkan kepala, tak dapat menahan kekhawatiran yang merayap di dalam hatinya.

Please, Call Me Papa Anka's [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang