Tukar Pasangan

15.1K 35 0
                                    

"Ayolah..." Resti menatap Jihan dengan tatapan memohon.

"Kamu gila? Bagaimana bisa mikir sampai sejauh ini?" Jihan menggelengkan kepalanya. "Bang Tigor sama Kang Jono nggak akan mau."

"Kamu nggak mau merasakan gimana penisnya Bang Tigor? Enak banget, aku aja ampe ketagihan." Tatapan Resti penuh gairah. "Lagian Bang Tigor apa kataku dan pasti menurut, masalah Kang Jono gampang nanti aku minta Bang Tigor buat bilangin dia."

"Terserah kamu." Jihan sudah sangat lelah menghadapi Resti.

Kehamilan Resti yang baru menginjak trimester awal mempunyai keinginan gila, yaitu tukar Pasangan. Resti ingin merasakan penis Jono dan Jihan yang selalu dulu mendapatkan cerita tentang Tigor dengan ide Resti nantinya akan bisa merasakan penisnya. Mereka berdua sama-sama hamil, hamil kedua tapi hanya beda 1 bulan kehamilan.

"Nanti kamu ke rumahku pakai pakaian seksi, biar Bang Tigor tertarik sama kamu." Resti beranjak dari rumah Jihan yang membuatnya menggelengkan kepala.

Jihan menatap rumah kecil mereka, rumah yang pastinya berbeda dengan rumahnya dulu. Dalam rumah ini Jihan justru mendapatkan kepuasan, Jono bisa menyayangi dan membuat Jihan dihargai.

"Sayang, kamu melamun." Jihan menatap Jono dan anaknya Jerry yang berada di gendongan.

"Tidur?" berdiri melihat Jerry.
"Main di kebun belakang, bantuin cabut. Aku taruh di kamar dulu, tutup pintu dan jendela."

Jihan melakukan apa yang diminta Jono, mengunci pintu dan menutup jendela semuanya. Setelah terkunci semuanya, membuka pakaian dan siap dengan kegiatan panasnya. Jono akan selalu meminta jatahnya setiap pagi, pulang dari kebun dan malam. Jihan dengan senang melayaninya yang bisa merasakan penis besar Jono didalamnya.

"Ahhh....oughhh...." Jihan mengerang saat Jono mendorong penisnya semakin dalam.

Mereka melakukannya di ruang belakang, dapur dan kamar mandi. Jono belum mencapai klimaks sedangkan Jihan sudah dua kali, bergerak semakin tidak menentu sampai akhirnya Jono mencapai klimaks dengan mendorong semakin dalam.

"Kamu selalu luar biasa." Jono melepaskan penyatuan mereka. "Banyak sekali cairan kita."

"Sayang, tadi Resti kesini." Jihan membuka suaranya ketika keluar dari kamar mandi.

"Mau melakukan ide gilanya?" tembak Jono membuat Jihan terkejut. "Tigor sudah bilang, aku nggak menjawab apa-apa."

"Kamu sendiri bagaimana?" tanya Jihan hati-hati.

"Aku terserah kamu." Jono menjawab dengan santai. "Kalau kamu mau merasakan Tigor, aku hanya memaklumi kali ini saja tidak ada lagi nanti atau diluar ini."

"Kamu mau merasakan Resti?" tanya Jihan pelan.

"Resti memang gila membuat acara seperti itu, istri Tigor ini memang tidak ada duanya kalau menginginkan sesuatu." Jono menggelengkan kepalanya. "Aku terserah kamu."

Jihan hanya diam, memikirkan bagaimana nasib pernikahannya dengan Jono nantinya. Pernikahannya yang dulu gagal karena dia masuk dalam jebakan Jono, tidak mungkin nanti mereka tergoda dengan pasangan masing-masing.

"Memang boleh?" tanya Jihan menatap Jono penuh selidik.

"Kalau aku tahu boleh, tapi kalau sembunyi-sembunyi nggak." Jono menjawab dengan tegas. “Semua ini akan kami lakukan demi anak kami bukan nafsu.”

"Kang Jono mau merasakan Resti?" tanya Jihan lagi.

"Kalau akang jawab mau, kamu marah?"

"Aku dipakai sama Bang Tigor?"

"Kamu pikirkan saja dulu, akang nggak ada masalah lagian akang sama Tigor udah kaya saudara." Jono menepuk bahu Jihan pelan.

Jihan membelai perutnya memikirkan tentang tawaran Resti, temannya itu memang memiliki pikiran yang diluar akal sehat. Kehamilan pertamanya ini membuat Jihan terlihat seksi dan gairahnya semakin meningkat, tapi tidak ada dalam bayangannya merasakan penis pria lain apalagi pria itu adalah tetangganya.

"Masih mikirin itu?" suara Jono mengejutkan Jihan "Kalau kamu penasaran, akang sih apa kata kamu aja."

"Aku takut ketagihan sama Bang Tigor." Jihan meletakkan kepalanya di bahu Jono. "Aku juga takut akang ketagihan sama Resti."

"Kalau kamu takut ya nggak usah." Jono berkata santai.

"Tapi aku penasaran." Jihan membuka suara menunggu reaksi Jono.

"Kalau gitu kita lakuin," jawab Jono santai membuat Jihan mencubitnya pelan. "Akang yakin anak kita ini pasti cewek."

"Sok tahu." Jihan mengerucutkan bibirnya.

"Kita lakuin dihadapan pasangan kalau kamu takut." Jono berkata santai membuat Jihan membelalakkan matanya mendengar perkataan Jono yang tanpa beban. "Akang lakuin ini untuk kamu sama Resti, tadi akang sama Tigor bicara banyak dan kami setuju dengan syarat ini pertama dan terakhir, juga kita melakukan dalam satu ruangan atau tidak membawa pasangan kedalam kamar."

"Resti bagaimana?" tanya Jihan penasaran.

"Tigor yang bicara, kalau Resti ok nanti malam mereka akan langsung kesini. Mamaknya Tigor ada di rumah pastinya nggak bisa melakukan hal gila itu, Jerry nanti kita titipkan di rumah Resti biar tidur sama anak mereka."

"Akang sudah mengatur ini sama Bang Tigor?" Jihan menatap tidak percaya.

"Kami melakukan ini semua demi wanita yang kita cintai dan hamil anak kami."

Tigor dan Jono benar-benar melakukan apa yang mereka rencanakan, mamaknya Tigor tidak terlalu curiga saat Jerry datang kesana dan tidur disana. Bukan hal pertama Jerry di titipkan di rumah Resti dan tidur disana, hubungan mereka sangat dekat satu sama lain.

"Aku nggak percaya dua pria kita sudah merencanakan semuanya." Resti menatap Tigor dan Jono bergantian. "Kalau begitu sekarang kalian buka semua pakaian."

"Harus sekarang?" tanya Tigor yang diangguki Resti.

"Semua atau bisa dikatakan telanjang." Resti membuka suaranya lagi membuat Jihan menatap tidak percaya.

Kedua pria yang berstatus suami mereka langsung membuka pakaian semua tanpa sisa, membuat mereka langsung telanjang dihadapan Resti dan Jihan. Mata mereka berdua tidak lepas dari penis pria yang ada dihadapannya, Resti yang maju pertama kali memegang penis Tigor dan Jono secara bersamaan.

"Ukuran mereka sama, Bang Tigor sedikit lebih gemuk dibandingkan Kang Jono, tapi Kang Jono lebih panjang sedikit dibandingkan Bang Tigor." Resti membuka suara.

Jihan hanya duduk menatap apa yang Resti lakukan, tidak lama kemudian Resti membuka pakaiannya semua dan membuat perut buncitnya terlihat jelas. Jihan bisa melihat mata Jono terbelalak, Jihan mengakui Resti memang seksi dibandingkan dirinya, melihat reaksi Jono membuat Jihan panas.

"Kamu mau disana dan membiarkan suamiku jadi obat nyamuk?" suara Resti membuyarkan lamunan Jihan.

Tatapan matanya tertuju pada Jono yang menganggukkan kepala, Jihan melepaskan pakaiannya dan telanjang dihadapan mereka. Jihan bisa melihat mata Tigor yang menatapnya dengan tatapan tidak percaya, Jihan melangkah mendekat dan arahnya ke Tigor bukan Jono karena Resti telah mencium Jono sejak Jihan membuka pakaiannya.

"Mau langsung mulai?" tanya Tigor menatap Jihan lembut.

"Terserah, Abang." Jihan menatap Tigor di penisnya.

"Sebelah sudah mulai panas, jadinya kita..."

Jihan menarik tubuh Tigor dan mencium bibirnya kasar, mendapatkan serangan seperti itu membuat Tigor membalasnya dengan sama. Ciuman mereka semakin dalam dan tidak berhenti, mendorong tubuh Tigor untuk mencari nafas masing-masing.

“Tentu kita nggak akan kalah panas dari mereka, Bang.”

Baca kelanjutannya di short story

kalian bisa baca di Ceriaca, Kubaca dan Karyakarsa

End You (Short Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang