Tukang Sayur

19.2K 54 0
                                    

Resti, wanita usia 28 tahun. Kehidupannya sangat agamis, menggunakan pakaian tertutup dan pastinya keluarga harmonis. Semua berubah sejak kehadiran Tigor.

Tigor, tukang sayur usia 50 tahun. Pertemuan mereka terjadi saat Ratih belanja, Tigor yang selalu keliling menjajakan dagangannya bertemu dengan Ratih.

Kedekatannya dengan Tigor tidak sengaja, Tigor yang perhatian membuat Resti masuk kedalam perangkapnya. Mereka memiliki keyakinan berbeda, tapi tidak membuat hubungan mereka terganggu. Keluarga Tigor sudah menerima Resti dengan tangan terbuka, membuat Resti melupakan statusnya dan dosa.

"Oughh...Bang...lebih dalam..." Resti mengerang saat merasakan penis Tigor mengocok vaginanya.

"Memek kamu enak, Sayang." Tigor melumat payudara Ratih dengan kasar.

"Oughhh...kontol kamu buat aku ketagihan, Bang...oughh....ahhh..." Resti meremas rambut Tigor.

"Lonte memang kamu...lonte nikmat...besar mana kontolnya sama suami?" Tigor mendorong sampai dalam.

"Ahhh...abang...enak abang...oughh....aku memang lontenya abang." Resti meracu tidak jelas.

Tigor mendorong semakin dalam penisnya, Resti mengangkat tubuhnya akan mencapai klimaksnya. Tigor yang bisa merasakan Resti mencapai klimaks mempercepat gerakan penisnya, dinding rahim Resti sudah menjepit penisnya tanda akan mencapai klimaks.

"Aku mau keluar...." Resti mengerang.

"Aku juga keluar...."

"Ahhh...." teriak mereka berdua.

Tigor langsung melumat payudara Resti, mendorong penisnya semakin dalam dan semprotan spermanya berkali-kali keluar. Resti membelai rambut keriting Tigor dengan pelan, melepaskan penyatuan mereka dan melumat bibir Ratih lembut sebelum berakhir mencium perutnya.

"Cepat tumbuh anakku, aku nggak sabar kaya siapa anak kita." Tigor menatap lembut Resti.

"Abang bisa aja, pastinya kaya kita." Resti menarik Tigor mendekatinya.

Melumat bibirnya pelan, tangan Resti membelai penis Tigor pelan. Tigor menghentikan gerakan tangan Resti dan juga ciuman mereka, menatap bingung dengan apa yang Tigor lakukan.

"Sayang, mamak mau datang." Tigor berkata lembut "Mamak mau cepat-cepat jadikan kamu mantu, katanya bujang lapuk ini akhirnya ada yang mau."

"Tapi aku kurang, Bang." Resti memberikan tatapan memohon.

Mendorong tubuh Tigor menjadi berbaring, Resti memegang penis Tigor yang masih berdiri, memasukkan kedalam vaginanya langsung tanpa pemanasan. Tigor hanya tersenyum melihat keliaran Resti, padahal diawal sangat susah mendapatkannya.

Flashback On
"Sayurnya, Neng." Tigor menatap Resti sedang bersama putrinya.

Resti yang menggunakan pakaian tertutup, tidak bisa menutupi bentuk tubuhnya dan Tigor membayangkan sesuatu didalam pakaian itu. Tatapan mereka bertemu, senyum tipis yang Resti berikan membuat Tigor membeku. Belum pernah menikah sampai usianya sekarang, bukan tidak laku tapi Tigor tidak mau menjalin hubungan karena trauma dan memutuskan melajang. Tidak ada wanita yang menyukai dirinya, memiliki kulit hitam, rambut keriting dan satu lagi badannya yang tidak tinggi selayaknya pria pada umumnya. Tigor memang tidak menarik perhatian para wanita, pastinya Resti juga sama tidak akan tertarik pada Tigor.

"Melamun aja, Bang." Resti menegur Tigor yang membuatnya tersadar jika wanita itu ada dihadapannya "Melamun apa?"

"Kamu." Tigor menjawab langsung, seketika dapat dilihat pipi Resti yang memerah.

"Abang, bisa aja." Resti menggelengkan kepala seakan menghilangkan kegugupannya.

Mereka semakin dekat, saling bertukar cerita satu sama lain. Tigor menjadi pendengar terbaik, saling bertukar nomer dan mengirim chat. Hal yang tidak di duga oleh Tigor adalah Resti mengirim foto telanjangnya, tapi tidak berlangsung lama karena langsung dihapus, untungnya sudah disimpan oleh Tigor.

"Aku mau hamil lagi, Nana sudah minta adik, tapi suamiku sibuk melulu." Resti bersandar pada bahu Tigor.

"Aku aja yang hamili kamu." Tigor berkata lembut.

"Abang, jangan ngarang deh." Resti memukul paha Tigor pelan.

"Sakit, Sayang." Tigor membelai pahanya pelan.

Mereka sudah saling bergenggaman tangan satu sama lain, setiap melihat tangan mereka bertautan membuat Tigor tersenyum dalam hati. Sangat kontras, kulit mereka berdua dimana Resti putih dan Tigor hitam. Perhatian Tigor membuat Resti perlahan membuka diri, genggaman tangan ini juga berlangsung lama. Resti dengan terbuka membenarkan Tigor menggenggam tangannya. Banyak hal yang berubah dalam hubungan mereka, salah satunya adalah ciuman bibir yang dilakukan sembunyi-sembunyi.

"Bang, kalau aku hamil anak kamu benar nggak papa?"
Flashback Off
"Oughh...Bang...enak, Bang...." Resti menjerit keras saat menaik turunkan tubuhnya dan menggoyang pantatnya.

Tigor hanya diam melihat apa yang Resti lakukan, tangannya meremas payudara dan mencubit putingnya keras. Teriakan Resti membuat Tigor akhirnya mengikuti apa yang dilakukannya, mengangkat tubuhnya membuat penisnya semakin masuk kedalam.

Mereka terus bergerak, suara erangan dalam kamar kecil di rumah Tigor terdengar keras. Tigor beruntung menyewa rumah yang jauh dari tetangga, membuat mereka bebas melakukan segala macam termasuk kegiatan panas ini.

"Oughhh...Bang...ahhh..." Resti menurunkan kepalanya dan melumat bibir Tigor.

"Aku mau keluar, sayang." Tigor menarik tubuh Resti semakin dekat dengannya dan penisnya masuk semakin dalam.

Cairan keluar dari mereka berdua, Resti bersandar pada bahu Tigor setelah pelepasan keduanya. Tigor membaringkan tubuhnya dengan Resti berada diatasnya tanpa melepaskan penyatuan mereka berdua.

"Kalian masih begituan?" suara mamanya Tigor membuat Resti menatap kearahnya.

"Bang Tigor enak jadi aku lupa diri, Mak." Resti menatap tidak enak.

"Ya sudah, mamak pergi aja kalian buruan buatin mamak cucu. Mamak kan mau punya cucu dari Tigor, masa udah 50 belum punya anak, setidaknya ada yang menjadi penerus keluarga ini."

"Ini lagi usaha buat cucu, Mak." Tigor menatap malas pada mamaknya yang tersenyum menggoda.

"Mamak pulang."

Resti menatap kepergian mamaknya Tigor dalam keadaan masih diatas tubuhnya dan penis yang berada didalam, rasanya malas melepaskan penyatuan mereka berdua.

"Abang, masih ingat janji ke aku?" tanya Resti membuat Tigor menatap bingung. "Abang akan bawa aku pergi dari sini dan kembali ke tempat abang?"

"Ah...itu...tapi bukannya kalau kamu bercerai dan hamil?" tanya Tigor mencoba mengingat.

"Abang siapin semua, kalau bisa secepatnya karena aku sudah bercerai dan hamil anak abang."

Cerita lengkap bisa baca di Karyakarsa atau Ceriaca judulnya Short Story

End You (Short Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang