"Neng, pulang kerja?" sapa Sugeng dengan senyum lebarnya.
"Ya, Pak." Kinan menjawab dengan senyum lebarnya.
"Bahagia banget kayaknya, dibagi atuh kalau ada yang senang." Sugeng memberikan godaan.
Kinan menggelengkan kepalanya mendengar perkataan Sugeng, "Pulang dulu, Pak."
Kinan memilih melanjutkan langkahnya pulang ke rumah, anaknya sudah menunggu di rumah bersama suami tercinta. Memasuki rumah langsung mendapatkan pemandangan yang menyegarkan, mendekati mereka dan langsung masuk kedalam interaksi mereka.
Kehidupan Kinan selalu seperti ini, rumah tangga yang membahagiakan dan impian banyak orang. Bahagia diluar, belum tentu batin Kinan bahagia."Berapa lama keluar kota?" tanya Kinan pada Surya, suaminya.
"Tiga hari." Surya menjawab sambil menata barang-barang yang akan dibawa keluar kota.
Pekerjaan Surya sebagai auditor mengharuskannya keluar kota untuk melakukan audit di perusahaan yang menyewa jasanya. Kinan sendiri bekerja di salah satu bank swasta, secara kebetulan letaknya tidak jauh dari rumah.
"Jadi nitipin ke mama?" tanya Surya yang diangguki Kinan.
Mereka selalu menitipkan sang anak pada orang tuanya, Kinan sendiri memilih tetap di rumah karena jaraknya yang dekat. Surya berangkat tidak lama kemudian, meninggalkan rumah dengan Kinan yang masih bersama sang anak. Menghabiskan waktu dengan sang anak sampai tertidur, melangkah keluar menyalakan televisi dan menonton film.
Kinan mengernyitkan dahinya saat mendengar suara bel di rumahnya, melihat dari jendela siapa pelakunya dan ternyata adalah Sugeng. Membuka pintunya melangkah kearah Sugeng tangan tatapan bingung, mereka terdiam beberapa saat dengan Sugeng menatap sekitar.
"Bisa bantu dan kita bicara didalam, Mbak?" tanya Sugeng pelan, Kinan menatap bingung "Penting sekali."
Kinan yang tidak ingin bertengkar dengan pria tua dihadapannya, membuka pintu dan Sugeng langsung menguncinya. Sugeng memberikan kode pada Kinan untuk masuk kedalam rumah, lagi-lagi Sugeng mengunci pintunya yang membuat Kinan bingung.
"Bapak ada perlu apa?" tanya Kinan.
Sugeng menatap Kinan dengan tatapan bergairah, "Aku mau kamu memuaskanku sekarang."Sugeng menarik tubuh Kinan dan langsung melumat tubuhnya kasar, mendapatkan serangan tiba-tiba membuat Kinan terkejut. Ciuman Sugeng semakin dalam, memainkan lidahnya dalam bibir Kinan, tangan Kinan dipegang dengan satu tangan Sugeng yang membuatnya tidak bisa melakukan apapun.
"Aku tahu kamu nggak puas dengan suamimu, sekarang aku akan memberikan kepuasan buatmu." Sugeng membelai bibir Kinan setelah melepaskan ciuman "Aku nggak akan melakukan kekerasan, asal kamu menurut."
"Ini semua nggak benar, aku sudah menikah dan kamu..."
"Dalam sex tidak pernah ada yang salah, jadi dimana kamarmu?" tanya Sugeng pelan.
Kinan tahu kalau percuma melawan Sugeng, memilih menunjukkan kamar tempatnya bersama dengan Surya.
Sugeng, pria usia 55 tahun dan sudah memiliki cucu yang seusia anak Kinan. Kinan, wanita usia 30 tahun. Memiliki satu anak, lagi berusaha mendapatkan anak kembali setelah 5-6 tahun.
Sugeng mengangkat tubuh Kinan, memasuki kamar pengantinnya. Meletakkan Kinan di ranjang, memberikan kode padanya untuk melepaskan pakaian, Sugeng sendiri langsung mengunci pintunya.
Kinan tidak ingin berdebat, melepaskan seluruh pakaiannya sampai telanjang. Sugeng melakukan hal yang sama, tidak lama kemudian menelan saliva kasar saat melihat penisnya. Sugeng yang mengerti langsung memegang penisnya dengan tatapan bangga, mendekati Kinan dan menyentuh tangannya untuk memegang penisnya.
"Suamimu nggak sebesar ini?" bisik Sugeng dengan menjilati Kinan, anggukan pelan diberikan Kinan membuat Sugeng tersenyum bangga. "Kamu mau merasakan bagaimana rahimmu diisi dengan sperma penis ini?" Kinan sekali lagi menganggukkan kepalanya. "Kamu sudah basah, aku sudah nggak tahan memasukimu."
Sugeng mengangkat tubuh Kinan, membuatnya bisa merasakan penis Sugeng yang berada depan bibir vagina, Kinan menggigit bibirnya membayangkan penis itu memasukinya.
"Kamu menginginkan ini?" Sugeng membelai penisnya depan bibir vagina Kinan saat sudah membaringkannya. "Jawab, Sayang?" Kinan menanggukkan kepalanya malu. "Tubuh sempurna, susu kamu besar ternyata dan memek kamu tembam. Aku nggak mau menunggu lama, nggak perlu pemanasan karena kamu sendiri telah basah. Kita melakukan ini suka sama suka."
Sugeng melumat bibir Kinan, membuatnya agar tenang. Tangannya mengarahkan penis untuk memasuki vagina Kinan, mendorongnya perlahan, tangan yang lain memainkan payudaranya.
"Shit! Susah sekali masuknya." Sugeng memaki setelah melepaskan ciuman dan menatap Kinan penuh gairah.
Mendorong pelan, perlahan penisnya memasuki vagina Kinan. Kinan hanya bisa meremas seprai ranjangnya saat merasakan penis Sugeng memasukinya, dorongan pelan semakin dalam dan terasa vaginanya penuh didalam.
"Memek kamu...sial...nggak sia-sia aku ke rumahmu malam ini." Sugeng memaki Kinan setiap merasakan gesekan pada penisnya.
"Oughh...ahhh..." Kinan mendesah dengan sesekali menggigit bibirnya.
Sugeng melumat payudara Kinan sambil mendorongnya kedalam, tangan Kinan berada di rambut Sugeng yang sudah memutih dan jarang."Ahhh..." teriak Sugeng saat merasakan penisnya masuk semua.
Menggerakkan penisnya dengan perlahan, beradaptasi dengan kelamin baru. Kinan tidak pernah membayangkan vaginanya akan dimasuki penis lain, terutama penis dari tetangganya yang seusia ayahnya.Sugeng bergerak keras dan cepat yang diikuti dengan Kinan, mereka seakan melupakan perbuatan mereka ini semua salah. Mencari kepuasan masing-masing dengan bergerak liar, penis Sugeng memasukinya tanpa ada halangan apapun.
"Oughhh...lebih dalam..." Kinan meracau saat merasakan penis Sugeng mendorong kedalam.
"Sial! penisku seperti dipijat...kamu nikmat." Sugeng melumat bibir Kinan.
Mencapai klimaks dan mengeluarkannya didalam, kenikmatan membuat Kinan lupa jika dirinya sudah melepaskan alat kontrasepsi dan berencana menambah anak dengan Surya.
Selama tiga hari kepergian Surya dan anaknya, setiap malam Sugeng dan Kinan memenuhi kebutuhan seksual mereka. Tidak berhenti sampai situ, mereka akan mencari waktu hanya untuk menuntaskan hasrat dan nafsunya.
Perubahan ini membuat hubungan ranjang Kinan dengan Surya menjadi hambar, setiap selesai berhubungan dengan Surya langsung menghubungi Sugeng dan menuntaskannya dengan masturbasi melalui panggilan video setelah mengeluarkan cairannya dengan Surya.
"Masih program hamil?" tanya Sugeng yang diangguki Kinan. "Kalau hamil anak siapa kira-kira?"
Kinan mengangkat bahunya "Aku langsung mengeluarkan sperma Surya atau menarik diri sebelum keluar."
"Kamu masih ingat hubungan kita atas dasar kebutuhan seksual, kalaupun kamu hamil anakku tetap saja tidak akan mengakui sebagai anakku." Sugeng mengatakan dengan nada seriusnya "Kita punya pasangan masing-masing dan mencintai pasangan kita. Aku nggak akan mengakui anak itu kalau memang anakku."
Kinan terdiam dan seketika perasaan bersalah menghampirinya, tidak mau Surya mengetahui hubungan gilanya dengan Sugeng. Pria yang seharusnya menjadi ayahnya, malah menjadi selingkuhan dan memenuhi rahimnya dengan benih, melupakan Surya yang seharusnya melakukan pekerjaan itu.
"Aku nggak akan meminta tanggung jawab, terpenting kamu masih memberikan penismu setiap kali aku menginginkannya."
Tamat
KAMU SEDANG MEMBACA
End You (Short Story)
Cerita PendekWarning! Cerita 21+ Harap Bijak dalam Membaca, jangan asal main report