6. Terkejut

181 2 0
                                    

Sudah hampir tengah malam, Savira menatap ke samping, dia tersenyum kecil melihat Gea yang sudah tidur nyenyak. Di hadapan mereka TV menyala menayangkan sebuah drakor. Padahal gadis itu yang sangat antusias mengajak nya menonton, namun gadis itu pula yang lebih dulu tidur.

Untungnya mereka menonton dengan posisi berbaring, jadi Savira tidak perlu membenarkan posisi gadis itu, dia hanya menaikkan selimut untuk menghangatkan tubuh Gea.

Netra Savira masih begitu jernih walaupun sudah tengah malam, tidak ada gurat kantuk ataupun keinginan untuk tidur.

Dengan pelan dia turun dari tempat tidur Gea. Insomnia nya datang dan dia butuh minuman hangat untuk memancing rasa kantuk nya.

Dengan celana tidur setengah paha dan baju pendek, dia keluar dari kamar Gea. Rumah itu tidak begitu terang, hanya beberapa lampu yang dinyalakan saat menjelang malam seperti itu.

Sesekali Savira membuka ponsel nya dan membalas pesan yang masuk dari Nathaniel, pria itu sudah pasti jarang tidur awal. Jadi ketika Savira tidak bisa tidur, dia punya teman mengobrol walaupun hanya berkontak lewat telpon.

Satu persatu anak tangga dia lewati untuk menuju dapur, Savira tak begitu merasa sungkan untuk berkeliaran di rumah itu. Ini bukan kali pertama atau kedua dia menginap disana. Jadi sudah terbiasa dan dia pun diberi kebebasan untuk memakai apa yang dia mau oleh oma opa Gea.

Meskipun seperti itu, bukan berarti dia menjadi tak tau diri dan seenak nya. Dia masih tau malu dan tau batasan.

Savira mengambil gelas kecil, kemudian memasukkan satu buah teh celup dan dua sendok teh gula pasir ke dalam nya. Setelah itu mengguyur nya dengan air dari dispenser.

Puk

" Akhh. " Pekikan pelan keluar dari bibir nya saat bahu nya di tepuk pelan. Dan karena terkejut, air panas yang harusnya masuk kedalam gelas itu malah mengguyur tangannya yang bergeser tepat ke air itu.

" Aww awhh. " Ringis nya.

Gadis itu terhunyung saat bahunya di dorong menuju wastafel dan tangannya yang terkena air panas di arahkan menuju aliran air dingin.

" Sorry. " Gumaman serak hampir berbisik itu terdengar di telinga Savira di sertai terpaan hangat dari bibir.

Tubuh Savira terdiam kaku. Dia belum melihat siapa orang yang kini berada di belakang tubuhnya dan menggenggam tangannya di bawah aliran air dingin dengan usapan pelan yang sepertinya berusaha untuk meredaian rasa perih dari air panas tadi.

Apakah bodyguard oma opa? 

Ataukah sepupu Gea? 

Sepertinya kedua nya bukan. 

Parfum ini terlalu wangi dan terkesan mahal untuk di pakai oleh bodyguard oma opa.

Dan jika sepupu Gea, siapa? Savira hampir mengetahui parfum yang di pakai oleh sepupu gadis itu. 

Wait!!! 

Jangan-jangan, daddy nya Gea. 

Savira menatap pantulan tubuhnya dari rak alumunium yang memperlihatkan siluet mereka. Dirinya seperti di peluk, namun dia tak bisa melihat wajah mereka karena gelap dan juga buram.

Menghirup aroma mahal dari parfum yang dipakai dan juga tangan kekarnya yang masih terbalut kemeja, Savira rasa pria itu salah satu keluarga Gea.

" Udah mendingan kayaknya. " Cicit Savira.

Oh god!! Dirinya seperti benar-benar di peluk dari belakang. 

Savira terdiam saat pergelangan tangannya kembali ditarik pelan menuju arah pantry, dia duduk disana.

EPITHUMIA ( keinginan yang kuat ! ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang