𝗠akam pada hari itu sunyi. Hanya ada suara dari guyuran hujan yang tak henti jatuh dari langit malam yang mendung. Udara dingin menusuk kulit seorang pria yang berdiri di depan batu nisan yang usang. Di basahi oleh rintikan air. Surai putihnya terkuai lemas di basahi oleh air.
Netra coklatnya tak henti menatap benda mati di hadapannya. Terukir sebuah nama seorang wanita di batu itu. Air menetes dari kelopaknya saat ia mengedipkan nya. Dia menatapnya dengan tatapan sendu.
Setelah itu ia pergi berjalan ke arah motornya yang telah terparkir di luar tempat pemakaman.
Motor itu melaju dengan cepat, di jalanan yang sepi dan berkabut. Hanya ada dirinya di jalan ini, jalan yang di sekelilingnya adalah pepohonan yang rimbun dan menjulang tinggi ke langit, bagaikan film horor di TV. Juga dengan udara dingin yang menusuk kulitnya.
Tanpa ia sadari seekor anak kucing berlari dengan cepat seperti mengejar sesuatu. Kucing itu terdiam di tempat, saat melihat cahaya motor menyinarinya. Motor itu mengerem mendadak membuat suara decitan dari ban motor itu sangat keras. Hingga ia tersungkur di aspal yang dingin dan masih di guyur oleh rintikan hujan dari awan.
Beberapa menit berlalu, ia masih tergeletak di aspal tanpa bergerak sedikitpun. Darahnya berceceran di mana-mana, namun ia hanya bisa terdiam tergeletak di sana. "Inikah ahirnya?." gumamnya.
Tak lama sebuah suara sepeda motor berhenti di sana. Seorang laki-laki turun dari motornya, untuk menghampiri seorang yang tergeletak di aspal. Awalnya ia mengira bahwa itu hanya trik pencopetan tapi ketika melihat darah dan baunya yang amis ia memberanikan dirinya untuk membantunya.
Perlahan ia mengguncang tubuhnya yang tak berdaya, "Mas?." panggilnya dengan suara kecil yang tak di beri respon. Dia melepaskan helm dari kepalanya, menunjukkan wajahnya yang manis, dengan bibirnya berwarna merah muda, surai hitamnya menambah kesan imut dan manik biru lautnya yang seindah itu, "mas?." panggilnya sekali lagi, dengan suara yang agak keras, tapi masih saja tidak ada balasan darinya.
Perlahan dia menyeret tubuhnya yang lemas, pergi ke pinggir jalan, dan menyenderkan dirinya di sebuah pohon tinggi dan besar. Dia mengambil handphone nya dari saku, lalu menelfon nomor seorang. Namun tidak ada jawaban. "Ck," decaknya kesal karena panggilannya tidak di jawab.
Dia perlahan mulai membuka kelopak matanya, memperhatikan seorang yang berdiri di hadapannya. Seorang itu kembali ke tempat di mana seorang yang tergeletak lemas. Dia memegang helm yang terpasang di kepala orang itu, lalu mencoba untuk membukanya tapi sangat kuat hingga sangat sulit untuk di buka. Akhirnya ia menyerah, "Mas?." Panggilnya sekali lagi. Dia pergi ke arah motornya, melihat jalanan yang sepi. Sangat tidak mungkin akan ada orang yang akan lewat sini.
Akhirnya ia memilih untuk membawa orang itu pergi ke puskesmas terdekat di sana, walaupun harus menempuh jarak yang lumayan.
Setelah sampai di puskesmas, dia membawa masuk orang itu, seorang laki-laki dengan jas putih menghampiri keduanya saat melihat mereka memasuki puskesmas. Yang mungkin adalah dokter di sana, segera membawa mereka berdua masuk ke dalam ruangan.
Orang itu masih terbaring lemas di sebuah tempat tidur putih dengan perban yang menutupi lukanya. Orang yang mengantarkannya kini kembali ke motornya, lalu memasang helm nya kembali ke kepalanya. Beberapa mobil hitam berhenti di depan pintu puskesmas, saat pintu mobil dibuka segerombolan orang dengan setelan hitam keluar, dan segera memasuki puskesmas.
Tidak mempedulikannya dia menyalakan motornya dan segera pergi dari sana, menuju jalanan yang ramai. Penuh dengan kendaraan yang berlalu lalang di hadapannya. Lalu segera motor itu melaju dengan cepat, melewati mobil-mobil dan pemotor lainnya.
○Bersambung○Maaf kalo ga jelas, ini semua hanya kegabutan saya.
Thanks for Reading
KAMU SEDANG MEMBACA
Medicus ||BL|| On Going
ActionPada jeruji besi penjara dia memegangi telapak tangan seorang di dalam, "Aku tidak menyangka paman," Ucapnya meneteskan air matanya. Zoelva Arkana Vandre, tidak sengaja bertemu dengan seorang yang tergeletak di jalanan yang sepi malam itu, "Mas?."...