Penculikan

7 1 0
                                    



Di dalam mobil van hitam yang melaju di jalanan yang ramai. Bangku depan berisi 2 orang termasuk supirnya, dan di belakang ada 3 orang dan satunya wajahnya ditutupi oleh karung dan borgol mengunci kedua tangannya.

"Benarkah dia yang di cari oleh bos?." tanya seseorang di belakang, yang sedang membaca beberapa dokumen tentang orang di belakang di tangannya.

"Sepertinya iya. Tapi kenapa bos menginginkannya?." tanyanya balik pada seorang yang membaca kertas-kertas.

Dia diam sejenak. "Mungkin....," dia menggantungkan kalimatnya, membuat seorang di seberang mendekatkan telinganya, "entahlah," sambungnya kemudian beralih pada handphone nya.

Dia mengendus kesal, mengabaikan dirinya dan memilih untuk memperhatikan jalanan yang ramai.

•○♧○•

Mobil Van itu berhenti di depan gerbang tinggi yang kokoh. Perlahan gerbang itu terbuka. Sebuah mansion besar bernuansa mewah dengan warna hitam sebagai warna dasarnya, air mancur tinggi di tengah-tengah jalan dan taman disekitar mansion. Juga beberapa pohon cemara di dekat pembatas dinding.

Mobil itu berjalan pelan memasuki garasi, pintu mobil terbuka, seorang pria dengan setelan hitamnya keluar dari mobil, menyeret seorang pemuda di dalam keluar dari mobil, lalu diikuti oleh yang lainnya.

Beberapa orang dari mobil berjalan di lorong yang penuh dengan para bodyguard, mereka menuntun seorang pemuda dengan wajah yang masih tertutup oleh karung ke arah sebuah pintu besar yang perlahan terbuka.

Sebuah ruangan mewah dengan interior yang hampir dari semuanya adalah emas dan dinding yang berwarna hitam pekat. Lantai marmer yang menjadi salah satu bagian dalam ruangan itu sangat-lah mengkilap, sudah berapa kali mereka memoles nya hingga pantulan mereka terlihat di bawah.

Jendela besar menunjukkan deretan bangunan besar dan tinggi menjulang ke atas langit. Sofa di dalam ruangan itu telah melekat menjadi satu di dalam.

Pemuda itu telah di dudukan di salah satu sofa, bersama kedua orang tadi. "Aku akan memanggil bos. Dan kau jaga dia," ujar salah satu dari mereka, yang satunya hanya mengangguk pelan dan menyandarkan dirinya pada sofa.

Orang yang berada di dekat pemuda itu perlahan mendekatkan wajahnya, ia sangat ingin sekali membuka penutup di wajahnya. Tapi bosnya bilang jangan membukanya kecuali dirinya. Sepertinya harus bersabar untuk melihat wajahnya.

Pintu di depan mereka berdua terbuka secara bersamaan, seketika ia yang duduk di dekat pemuda itu segera berdiri tegap. Beberapa orang dengan setelan jas hitam membuka pintu besar yang kokoh itu, di tengah mereka ada seorang pria yang perlahan berjalan mengarah pada pemuda yang masih diam duduk di sana, tanpa pergerakan.

Pria itu berjongkok menyamakan tingginya dengan pemuda itu, jari-jemari nya bergerak ke arah karung yang menutupi wajahnya, perlahan menarik benda tersebut agar menampakkan wajah yang kini sedang ia cari.

Karung di kepalanya kini telah terbuka, menampilkan seorang dengan wajah yang manis, kulit putih seputih mayat, bibir merah muda alami yang ia miliki, seketika menjadi sorot mata semua orang di dalam ruangan tersebut. Termasuk dirinya yang kini berada tepat di depannya.

Dia memegang dagu pemuda tersebut, mengarahkan wajahnya pada tatapan dalamnya. Tanpa ia sadari jari-jarinya kini sedang mengelus bibir pemuda itu sensual. Ahh sialan ada apa dengan orang ini. Wajahnya yang kini seperti malaikat tertidur sangatlah indah di hadapannya.

Beberapa menit melanda seisi ruangan di dalam hingga sebuah suara sialan membuat semua orang di dalam tersadar. "Tuan Mazen, anda di minta untuk pergi ke ruangan Tuan Besar, sekarang!." Ujar sang bodyguard itu di ambang pintu, seketika membuat Mazen mengumpat kesal pelan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 23 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Medicus ||BL|| On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang