Laut menatap layar ponselnya dengan tatapan cemas.
Jam sudah menunjukkan pukul 01.00 dini hari, tetapi Karang belum juga pulang kerumah. Entah pergi kemana anak itu.
Sebenarnya ia tidak ingin menghubungi Karang karena takut mengganggu adiknya itu. Ia tidak mau membuat Karang marah seperti yang sudah-sudah. Terlebih Karang tidak menyukai Laut, hubungan mereka pasti akan semakin merenggang.
Tetapi kedua orang tua mereka lah yang memerintah Laut untuk menghubungi Karang, saat mereka menyadari Karang tidak ada dirumah.
Sudah berkali-kali Laut menelfon Karang tetapi tidak diangkat. ia mengirim pesan pada laki-laki itu tapi tidak dibalas juga.
Ia takut Karang akan mendapatkan masalah setelah ini.
"Gimana? diangkat?" Tanya Juan, ayahnya.
"Enggak yah," Jawab Laut menggelengkan kepalanya.
"Dimana anak sialan itu!" Juan menggeram marah.
"Kamu kenapa ngizinin dia pergi nak?" Tanya Vina, ibunya.
"Dia izin pergi sebentar doang kok tadi bunda."
"Keluyuran kemana sih anak itu, gak tahu waktu!"
Sebenarnya Laut sempat terkejut. Mengapa orang tuanya tiba-tiba pulang lebih awal? karena biasanya mereka akan pulang lewat tengah malam. Tetapi ternyata tidak berlaku untuk hari ini.
Mereka berdua biasanya tidak peduli, karena terlalu lelah bekerja sepanjang hari. Kedua orang tuanya selalu pulang tengah malam dan pulang hanya untuk beristirahat. Keesokan paginya mereka sudah kembali berangkat bekerja bahkan sebelum Laut dan Karang terbangun. Jadinya mereka hampir tidak pernah sarapan bersama.
Tetapi hari ini, mereka pulang sedikit cepat. Begitu menyadari salah satu anaknya tidak ada dirumah, membuat emosi mereka meluap.
Sedari tadi mereka duduk di sofa ruang tamu sembari menunggu Karang pulang ke rumah.
"Udah jam segini masih belum pulang juga dia, kurang ajar!" Juan memandang jam tangan yang terpasang di pergelangan tangannya.
"Sebentar lagi dia pasti pulang kok, bun yah." Laut berusaha menenangkan kedua orang tuanya.
"Awas aja kalau dia pulang nanti. Bukannya belajar malah keluyuran entah kemana!" Ucap Vina dengan marah.
Saat Laut ingin mencoba menghubungi Karang lagi, tiba-tiba saja pintu utama terbuka.
Ceklek
Karang memasuki rumahnya dengan santai tanpa mempedulikan tiga orang yang sedang menunggunya.
"Masih inget pulang kamu?"
Mendengar nada bicara Juan yang dingin, membuat Karang menghentikan langkahnya.
"Kerjaannya keluyuran gak jelas!"
Karang tetap diam, tak berbalik menatap sang ayah.
"Bisanya nyusahin, gak tau diri!" Sahut Vina menatap sinis anaknya.
Laut sudah memasang wajah khawatir, perasaannya mulai tidak enak.
"Udah bun, yah. Biarin aja Karang ke kamar, mau istirahat dia." Laut berusaha menengahi mereka.
"Gak bisa! kalau didiamin malah makin ngelunjak dia! anak kaya dia harus diberi pelajaran!" Juan berjalan dengan langkah tegas mendekati Karang yang masih berdiam diri disana.
"Ayah jangan yah!!" Laut semakin panik.
"Sini kamu!"
Juan menarik kuat tangan Karang dan membawanya pergi dari ruang tamu.
KAMU SEDANG MEMBACA
KARBU | You And The Rain That Day
Teen FictionInilah kisah laki-laki bernama Narendra Laksamana Karang yang jatuh cinta pada seorang gadis yang saat awal pertemuannya sungguh tidak terduga. Buih Kirana Ashella. Gadis yang hidupnya selalu menderita. Tidak peduli akan hidupnya yang juga kacau be...