Chapter 6

94 16 5
                                    

Semua berjalan seperti biasa setelah Shaka dan Shanika kembali ke desa. Seperti biasa, hari Minggu pagi mereka kedatangan tamu tak diundang. Murid - murid Shaka yang tinggal di desa ini setiap pagi datang ke rumah, padahal Sabtu kemarin mereka sudah ada ekstra basket di sekolah.

""ASSALAMU'ALAIKUM.... PAK SHAKA...." Teriak keempatnya kompak.

"Pak Shaka main yukkk" Ini teriak Rifki dengan tidak tahu dirinya. Omong - omong Rifki ini anak tetangga mereka.

"Waalaikumsalam. Bentar ya orangnya masih siap - siap" Jelas Shanika sambil membuka gerbang lebih lebar.

"Iya bu" Jawab Juandra sopan. Dia ini murid pindahan, si paling gemoy kalau kata Shanika. Keluarganya baru pindah kesini sekitar tengah semester lalu.

Fun fact saja, Shanika sudah biasa dipanggil 'ibu' semenjak menjadi istrinya Shaka. Dulu saat masih awal bekerja di puskesmas, orang - orang memanggilnya dengan julukan 'mbak suster' lalu karena menjadi istri guru ia dipanggil 'bu suster'. Padahal jadi ibu juga belum.

"Mau ngapain hari ini?" Tanya Shanika ketika melihat mereka tidak memakai baju seperti biasa dan membawa tas.

"Berenang bu. Ibu mau ikut?" Tanya Zidan yang badannya paling gede.

"Enggak, ibu mau nemenin Bu Rika, tuh" Tunjuk Shanika pada Rika yang tengah menutup pagar rumahnya.

"Waduh udah rame aja rumah pak guru satu ini" Sapa Rika ketika sampai di teras.

"Adeknya kapan lahir bu?" Tanya Juan. 

"Bulan depan sabi lah" Sahut Rifki yang tidak ada sopan - sopannya. Mungkin karena faktor rumah mereka dekat dan anak itu sudah akrab dengan tetangga yang lain.

"Sabi sabi, bahasa mana lagi itu" Celetuk Shaka yang datang sambil menenteng tas untuk kaos ganti.

"Kantong plastik udah bawa?" Tanya Shaka yang diangguki anak - anak disitu. Karena ia ingat sudah berapa kali ia harus membawakan baju basah mereka, karena hanya dirinya yang membawa kantong plastik.

"Masuk" Titah Shaka pada anak muridnya setelah berpamitan. Seperti biasa Rifki selalu duduk dikursi depan walaupun mesti melalui cekcok dengan Juan karena temannya itu ingin bergantian.

"Aduhh Rifki itu" Kekeh Rika ketika mobil Shaka keluar dari rumah.

"Nggih pagi juga bu..." Sapa Shanika balik pada warga yang tengah membeli sayur.

"Mau jalan kemana ibu - ibu muda ini?" Tanya salah satu ibu - ibu disana.

"Biasalah ke taman, ini biar gak rewel nanti kalo lahiran" Ujar Dinda, ibu hamil yang usianya muda banget.

"Duluan njih bu" Pamit Rika lalu kembali berjalan kearah taman yang sudah dekat.

"Duduk dulu Sha" Ujar Rika yang sepertinya sudah lelah.

Rumah keduanya memang agak jauh dari taman. Tak seperti rumah Dinda yang memang hanya beberapa langkah. Maka dari itu Shanika biasa menemani Rika karena kasian gaada yang nemenin.

"Suami kamu apa gak capek nurutin bocil - bocil tadi?" Tanya Rika sambil melihat beberapa anak yang sedang bermain bola.

Jangan kira karena ini di desa, suasana jadi membosankan. Karena yang Shanika rasakan disini jauh lebih menyenangkan. Tetangga yang ramah, orang - orang yang saling percaya dan menghargai. Ia merasa sangat dihormati walau hanya seorang pegawai biasa.

"Kalau capek tidur biasanya. Tapi nggak sampai sakit kok" Jawab Shanika yang hampir dua bulan menikah namun belum merasakan bagaimana merawat Shaka yang sakit.

"Iya orang guru olahraga gitu. Pasti bisa nyeimbangin lah ya" Ujar Rika kala itu dan malamnya Shaka beneran jatuh sakit.

"Masih dingin ya?" Tanya Shanika setelah melapisi Shaka dengan 3 selimut cukup tebal.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 07 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Perfect Lemonade || Park SunghoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang