"Jauh di dalam hati, selalu 'ku bersyukur aku mengenalmu."
Bunga Citra Lestari-Wanita Terbahagia
Jalanan kota Jakarta seakan tak pernah usai dengan kegilaannya. Macet yang selalu menjadi santapan pengguna jalan di sana mungkin sudah khatam membuat banyak orang menua di jalanan. Begitu pula dengan Nelson.
Nelson mengendarai mobilnya dengan jengkel. Kemacetan Jakarta tak pernah bisa membuatnya terbiasa, meski ia sudah 20 tahun tinggal di sana. Sejak lahir ia tinggal di London, Inggris. Ditugaskannya ayah Nelson saat ia berusia 7 tahun adalah penyebab ia akhirnya menetap di Jakarta. Sebuah jabatan tinggi yang mengambil alih dalam pembangunan infrastruktur wilayah membutuhkan orang-orang berpengalaman dari negara maju.
Nelson kecil yang baru saja hijrah dari negara 4 musim mulanya tak terbiasa dengan suhu yang ada di kota Jakarta. Ia sempat sering mengeluh tidak nyaman. Tak hilang akal, ibu Nelson akhirnya mengajak anaknya untuk bermain di tempat-tempat yang menyuguhkan alam begitu indah, meski itu membutuhkan jarak yang jauh hingga keluar kota Jakarta. Sang ayah tak sering ikut dalam tur keluarga kecilnya, ibunya berusaha membiasakan diri dengan hal itu.
Sejak awal kepindahan, Nelson dimasukkan ke sekolah internasional yang kebanyakan siswanya adalah anak orang asing juga. Hingga saat SMP, setelah Nelson begitu terbiasa dengan kultur dan bahasa di Indonesia, ibunya memutuskan agar Nelson bersekolah di lokasi yang tak begitu jauh dari rumahnya, Sekolah Swasta Bakti Bangsa.
Nelson sudah bertemu dengan Tiara yang kebetulan juga bersekolah di kompleks yang sama. Tetapi saat masih SMP, Nelson tidak sekelas dengan Tiara. Ia mengenal Tiara karena ibunya berlangganan kue pada ibu Tiara. Namun, Tiara tak mengenal Nelson kala itu. Sampai akhirnya, Nelson dan Tiara satu kelas saat SMA.
Perjalanan menuju lokasi yang sudah Nelson buatkan reservasi membuatnya merasa suntuk. Mengencangkan volume lagu di radio tak membantu frustrasinya sama sekali. Nelson mengalihkan perhatiannya dengan membuka sosial media. Sibuk menggulir layar gawainya dengan ekspresi bosan, tiba-tiba ia terpikirkan akun sosial media Tiara.
“Oh, iya! Masih diblokir sama Tiara, gak, ya?”
Dua ibu jari Nelson langsung mengetik nama akun Tiara yang kiranya masih tak berubah sejak awal Nelson menyadari bahwa ia diblokir oleh Tiara.
“Ketemu! Gak diblokir!” seru Nelson yang tampak begitu girang.
Penasaran Nelson begitu memuncak setelah ia bisa mengakses akun sosial media Tiara. Ia bertanya, “siapa aja yang nge-follow dia?"
“Masih cuma Zidan ....”
Kebanyakan unggahan Tiara adalah hasil karya dari tangannya yang begitu pandai memoles riasan. Mereka yang menikah atau bertunangan, mereka yang melakukan sesi foto model, mereka yang berpose sebagai karakter fiksi juga semua bisa dipenuhi oleh ketelatenan tangan Tiara.
Refleks tangan Nelson berusaha untuk mengecilkan volume radio agar ia bisa lebih fokus mengamati semua unggahan Tiara. Ibu jari dan mata Nelson masih sibuk mencari foto Tiara sendiri. Sesekali ia memperhatikan arah jalanan guna menyetir.
Setelah beberapa menit ia mencari, akhirnya Nelson berhasil menemukan foto Tiara. Nelson langsung mengeklik unggahan tersebut. Foto yang menampakkan Tiara mengenakan gaun santai berwarna putih dengan rambut tebalnya yang belum diwarnai sama sekali dihempas angin saat berada di tengah padang bunga matahari. Nelson menggeser foto-foto itu, terdapat beberapa foto Tiara yang tampak begitu cantik dengan polesan riasan natural. Kulit kuning langsat Tiara tampak cerah disinari matahari yang tak terlalu terik. Semua foto itu sangat indah, terlebih foto Tiara yang tersenyum lebar dengan rambut yang diterpa angin.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY HERO (On Going)
Fanfiction"Lo itu bukan Hero, lo itu cuma Zero!" Sosok masa lalu yang begitu Tiara benci sejak remaja kini muncul kembali dalam kehidupannya. Ia adalah Nelson. Rentetan memori yang penuh dengan kesialan akibat Nelson sulit ia pudarkan, meski kini Nelson telah...