Chapter 3

498 63 7
                                    

Kepulan asap roko melayang-layang di udara lama-lama menghilang terseret angin. Seseorang sedang meroko berjongkok di sebuah rerumputan. Tempat itu di belakang gedung sekolah. Tepat di bawah pohon yang rindang sangat cocok untuk bersantai dari hiruk pikuk dunia. Tempat itu sepi karena semua murid memang sedang berada di dalam kelas tersisa dia seorang, Xiao Zhan.

"Point ke 120, Xiao Zhan. Siswa tingkat dua kelas Sosial 3."

Begitu mendengar sura bass milik seseorang, Xiao Zhan menoleh dan berdiri dengan cepat. "Kau mengikutiku?" Telaknya pada pemuda bersurai gelap berbentuk coma hair under cut.

"Kenapa? Salah?" Alis pemuda putih itu terangkat satu.

Wang Yibo memandang raut wajah Xiao Zhan yang kalah bicara. Nampak senang karena Xiao Zhan tidak banyak membantah.

"..." Ya tidak juga

"Lakukan hukumanmu." Ujar Yibo, dia menutup bukunya kemudian mendorong paksa bahu Zhan.

Yang di dorong hanya manut saja sambil menyaku tangan. Tapi batinnya menyumpahi pria ini. Shibal sekkiya.

MCB

Hukumannya Zhan harus berlari memutari lapangan sebanyak 20 kali yang gilanya itu tidak kecil. Lapangan mereka itu luas hampir seperti stadion. Untuk Xiao Zhan yang sering olahraga itu hal yang mudah. Lelah tentu saja tapi bukan masalah berat.

Disisi lapangan bisa dilihat oleh Xiao Zhan pemuda itu masih saja menatapnya intens seperti tidak akan melepaskannya begitu saja. Menyaku tangan seperti kebiasannya. Membuat Zhan mendecih karena sok tampan. Sialnya iya. Setelah dirasa sudah 20 kali Xiao Zhan berhenti berlari. Tepat di hadapan Yibo keringat Xiao Zhan bercucuran. Nafas tersengalnya terdengar begitu kasihan di telinga Wang Yibo. Namun pemuda itu malah menamvah hukuman.

"Jika kau sudah, bersihkan sampah di halaman."

"Kau ingin membunuhku perlahan?" Zhan menyangga kedua tangan di pinggang. Menatap nyalang seorang komite.

"Makanya jika tidak ingin dihukum jangan melanggar aturan. Jika kau bisa melakukannya. Aku anggap pelanggaranmu tidak ada. Dan kau tidak akan terkena surat peringatan dari Laoshi." Telak Yibo, pemuda itu berjalan menjauh sembari menyaku tangan kanan. Sementara tangan kirinya membawa buku catatan point semua siswa.

"Es balok sialan." Desis Zhan penuh dendam.

"Aku mendengarnya Xiao Zhan."

"Iya iya iya terserah mu." Sentak Xiao Zhan. Dia meninju angin karena kesal dengan Yibo. Semenjak hadirnya Yibo menjadi rusak hari-hari menyenangkannya. Sudah dipastikan jika pemuda itu akan terus mengawasinya karena ketahuan melanggar aturan. Si paling taat aturan.

MCB

Hari ini warung ibunya mendadak ramai dengan siswa yang ingin membeli wonton dan jus. Biasanya memang ramai tapi ini jauh sedikit lebih ramai. Xiao Zhan kualahan melayaninya. Ada yang minta didahulukan.

Di tengah kebingungannya datanglah pahlawan kepagian. Wang Yibo tanpa bicara membuka seragamnya. Memperlihatkan bahu tegapnya dibalut kaos tanpa lengan berwarna hitam. Sontak saja para pemudi disana shock berat. Kemudian mereka menjerit kesenangan karena pertama kali melihat debut tubuh atletis Wang Yibo.

Sialnya Zhan mendelik karena malu. Biasanya memang dia suka melepas seragam tapi juga tidak berlengan pendek. Yibo sialan, batin Zhan.

"Uwe! Apa yang kau lakukan? Kau bodoh?"

"Diam dan lakukan pekerjaanmu."

"Yash—" Zhan hendak melempar gelas ke kepala Yibo detik itu juga. Namun dia tidak jadi. Karena sayang gelasnya.

Yibo cekatan melayani juga. Membuat jus, menyiapkan masakan. Sampai keringatnya bercucuran. Sialnya wajah itu tetap saja dingin.

"Jika kau lelah pulang saja. Atau kembali ke kelas. Pekerjaan ini tidak cocok untukmu." Cemooh Zhan yang melihat Yibo masih setia menatap jus.

Zhan membawa nampan berisi piring kotor itu ke tempat cucian. Sedangkan Yibo menghiraukan perkataan pemuda itu. Selang beberapa detik, kini gantian ibu Xiao Zhan yang meminta Yibo untuk berhenti.

"Nak, jangan seperti Xiao Zhan. Dia itu batu. Lebih baik kau kembali ke kelasmu ya. Bibi minta maaf sudah direpotkan."

Yibo bersikap sopan, lalu sedikit menyunggingkan senyumnya tapi kaku. "Tidak merepotkan. Bibi jangan merasa tidak enak."

"Tapi..."

"Tidak masalah Bibi Xiao."

"Hm baiklah. Tapi jangan memaksakan dirimu, Nak."

"Aku mengerti."

Zhan yang memerhatikan dari ekor mata pun menirukan gaya Yibo yang terakir dengan mengejek. Bibirnya berkomat-kamit tapi tangannya sibuk mencuci. Wang Yibo memang pandai mencari wajah.


Setelah cukup lama, akhirnya kelas selanjutnya pun dimulai. Xiao Zhan membereskan meja dengan gesit lalu menyuruh Wang Yibo kembali ke kelasnya. Namun Yibo enggan karena ingin berjalan bersama dengan Xiao Zhan. Memang apa salahnya?

"Kenapa kau masih disini?"

"Menunggumu." Jawab Yibo enteng. Dia memang jujur. Atau malah kelewat jujur. Namun jawaban itu malah membuat Zhan merinding. Baru kali ini ada yang terang-terangan menunggunya.

"Pergilah dulu." Suruhnya.

Wang Yibo tetap Wang Yibo. Pemuda kelahiran Agustus itu malah duduk di meja menunggu Xiao Zhan dengan anteng.

Wah, ada apa dengan si jenius ini? Pikir Zhan. Dia tidak habis thinking. "Kau bisa terlambat."

"Aku bisa beralasan menunggu siswa bolos di kantin."

Xiao Zhan berwajah masam kemudian. Kedua alisnya menyatu di dahi karena urat marahnya berkumpul. Dia membanting celemeknya dengan menatap datar ke arah Wang Yibo. Yang di tatap justru mengidikkan bahunya. Ada buku merah tiba-tiba di tangannya. Oh sial, itu adalah buku keramat.

"Zhan. Temanmu?"

"Bukan." Jawab Xiao Zhan cepat. Ingat dia masih kesal dengan kelakuan entah manusia darimana ini.

"Tampan Zhan. Warung ibu jadi ramai."

Nah, ini. Xiao Zhan menatap tidak percaya kepada ibunya. Jadi selama ini ketampanan anaknya tidak membuat warung mereka ramai? Zhan setelah ini harus mencari wangsit agar warungnya ramai.

"Bu, Zhan masuk dulu."

"Hm. Belajar yang rajin. Pulang sekolah langsung pilang."

"Hao."

Dan mereka kembali berjalan bersama di koridor sekolah. Sepanjang perjalanan tidak ada yang berbicara. Zhan sibuk dengan otaknya yang berpikir kenapa dengan balok es ini. Lalu Yibo berpikir kembali ke kelas dan belajar dengan tenang. Tugas patroli hari ini adalah waktunya salah satu teman komite keamanan.

Keduanya berjalan beriringan sembari menyaku tangan masing-masing di celana. Wang Yibo hendak menuju kelasnya yang mana ada di lantai lantai tiga sedangkan Xiao Zhan harus berbelok kanan dulu baru naik ke lantai atas. Mereka satu lantai namun berbeda blok.

Zhan tidak tahu harus apa, jadi dia hanya menepuk bahu Yibo dengan canggung sambil mengucapkan sepatah kata terima kasih.

"A-aku ke kelasku." Zhan menggaruk leher belakangnya untuk menutupi gugupnya.

"Em.. tentu. Selamat belajar." Yibo berujar santai.

Mereka pun berpisah selamanya. Tidak, bercanda. Maksudnya berpisah di sana. Untuk Xiao Zhan sendiri dia masih canggung untuk berbicara dengan orang disana selain di kantin menanyakan makanan. Selain itu formal, maka dari itu ketika Yibo menawarkan untuk berbicara hal lain membuatnya tidak tahu harus apa. Ini pertama kalinya dia mendapat teman berbicara selama sekolah. Hih, miris.

Sekali dapat teman, langsung creepy.

Bersambung

My Chaotic BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang