Prolog

9.9K 154 11
                                    


Kehidupan Helena itu seperti benang kusut. Melarikan diri dari keluarganya—mungkin mereka tidak cocok disebut keluarga.

Semenjak ayah tirinya melecehkannya, Helena memutuskan untuk pergi rumahnya. Helena masih ingat setiap kata yang dilontarkan ayah tirinya dan itu menjadi trauma buat dirinya.

Terutama trauma dekat dengan laki-laki. Kecuali seorang pria yang bisa membuatnya nyaman dan percaya padanya.

"Helena, kamu dipanggil."

Helena menganguk, lantas beranjak berjalan ke lantai di atasnya. Sesudahnya di lantai itu, hanya ada tiga ruang yang memenuhi lantai tersebut.

"Sir." Helena sedikit menunduk menyapa atasannya sesudah memasuki ruangan.

Duk! Helena memejamkan matanya sekilas saat beberapa lembar kertas di lempar di meja.

"Sialan Helena. Beraninya kamu mengundurkan diri?" desis pria itu.

"Saya sudah berfikir berulang kali, Sir. Dan keputusan saya sudah bulat untuk mengundurkan diri."

"Kamu yakin?"

Suara tegas dari atasannya tidak membuat Helena gentar.

"Yes, Sir."

"Sure, kalau begitu saya accepted."

Mata Helana mengerjap tidak percaya, baru saja ingin berterima kasih, pria itu kembali berbicara yang membuat dirinya jatuh kejurang terdalam.

"Namun, tidak untuk kontrak antara kamu dan saya."

Helena memberanikan diri menatap atasannya, menatap mata Arthur.

Arthur, atasannya. Pria yang bisa membuatnya nyaman dan aman. Hingga dimana keduanya menjalani hubungan.

Hubungan yang membuat Helena tercekik setiap saat, membuat rasa bersalahnya semakin
membesar jika tidak dihentikan.

"S-saya tidak bisa, Sir. Kita harus hentikan hubungan ini segera. Saya tidak mau semua ini diteruskan," ucap Helena yang pandangannya sudah dialihkan ke arah lain, tidak berani menatap mata Arthur.

"Anda sudah ingin menikah dan saya juga menggundurkan diri dari pekerjaan saya. Saya janji tidak akan ada yang tahu tentang kita, saya tidak mungkin melanggar kontrak peraturan yang anda berikan, Sir."

Arthur diam, tidak menjawab.

"Saya tetap ingin berhenti untuk segalanya yang berhubungan dengan anda, Sir."

Arthur meletakan kaca matanya di meja. Kedua tangannya menopang dagu, menatap Helena yang tengah menunduk. "Sudah puas bicaranya? Sekarang kamu buka rok spanmu dan mengangkanglah di atas meja."

Dan Helena gagal kembali meminta Arthur menyetujui pengunduran dirinya.

Hot BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang