UDAHH PAAAHH!!" suara besar yang sedikit serak itu berhasil menggelegar diruangan bernuansa monokrom ini. Tampak seorang remaja laki-laki itu tengah bertengkar hebat dengan seorang Pria paruh baya yang diakui sebagai Ayahnya.
Bibir laki-laki itu terlihat bergetar dengan jejak air mata di pipihnya yang perlahan semakin basah karena tidak berhenti menangis.
"Udah apa Rehan?! Dia udah buat nyawa mama kamu hilang. Kamu masih mau belain manusia gak tau diri ini!!" bentak pria itu dengan mata penuh amarah dan jari telunjuk yang mengarah tepat dihadapan seseorang yang terbaring pilu di atas kasur dengan selang infus ditangannya.
Napasnya sesengukan hebat dengan air mata yang terus mengalir karena pria paruh baya itu mencoba mencekiknya. Beruntung ada saudara laki-laki dia yang mengetahui itu lalu mencoba untuk mengentikannya.
"Bukan Aksal yang salah, Pah! Meninggal Mama itu udah takdir, gak ada hubungannya sama Aksal"
"BUKA MATA KAMU REHAN!!!"
"Bukan... bukan Aksal! Aksal gak tau"
"GA!! GARUDA!!" Seketika tubuh remaja itu terperanjat kaget. Matanya membulat sempurna dengan deruh napas yang tidak beraturan. Sekumpulan keringat pun mulai terlihat membasahi sekitar wajahnya. Dia mencoba mengatur irama napas itu sebelum akhirnya menoleh ke arah gadis yang duduk disampingnya dengan tatapan penuh tanya.
"Kamu mimpi?" Garuda menggeleng, "Terus?" Tanya nya lagi.
"Laper," jawab laki-laki itu asal sembari merubah posisi tidurnya menjadi duduk diatas brankar.
"Beneran? Kok tadi ngigau gitu?" Laki-laki itu manggut-manggut membuat gadis disampinya sedikit percaya. Sedikit, hanya sedikit.
"Lo dari kapan disini?"
Adel, gadis yang merasa diajak bicara oleh laki-laki itu sontak memperbaiki posisi duduknya, "Baru sampai kok. Baru juga mau naruh tas, eh denger kamu kaya lagi ngigau gitu, ternyata laper." Adel mecoba mengukir senyumnya. Bohong jika gadis itu baru saja datang sementara ia sudah puas tidur menemani laki-laki itu. Hingga ketika gadis itu ingin mengambil minumnya di tas, dia menyadari laki-laki itu tengah bicara sendiri dalam tidurnya.
"Kamu Laper kan? Sekarang minum dulu, habis itu makan. Aku ada bawain nasi goreng Mang Jojo special untuk kamu. Tadi aku udah mau bayar, tapi waktu Mang Jojo tau kamu sakit, dia langusng nolak." Jelas Adel sembari tertawa kecil membuka kotak makanan itu. Sebenarnya dia tidak ingin tertawa, tapi setelah melihat laki-laki itu tersenyum, ia sedikit kelepasan.
Adel lalu menyodorkan kotak makanan yang sudah dibuka kepada Garuda, "Mau aku suapin?"Lanjutnya. Garuda menggeleng.
Dia lalu menyambut kotak makanan itu dan memakannya. Tanpa sadar, bulan sabit sudah terukir diwajah gadis itu."Makan yang banyak biar cepet sembuh. Emang kamu gak kangen, dimarahi sama Pak Bobi."
"Mungkin Pak Bobi yang kangen gue," ucap Garuda sambil mengunyah suapan nasi goreng itu dengan lahap, "Lo mau?"
Adel menggeleng kuat, "Kamu habisin aja. Aku tadi udah makan di kantin bareng Felia." Garuda mengangguk paham. Ia kemudian melanjutkan aktivitas makannya hingga tidak terasa sudah memasuki suapan yang terakhir.
Adel yang menyadari itu kemudian mengambil air putih di atas nakas dan memberikannya kepada Garuda, "Sekalian diminum obatnya juga." Lanjut gadis itu.
"Gak kerasa udah hampir satu minggu kamu disini. Emang gak bosen apa? Kalo aku udah pasti langsung minta pulang hari ini juga,"ujar Adel. Gadis itu tidak bisa membayangkan rasanya berlama-lama diruangan penuh aroma obat itu. Dia aja sampai bergdik ngeri memikirkannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Epilog
Short Story"Kamu tuh dari lahir sampai detik ini coba sebutin apa yang bisa bikin orang tua mu bangga!!" ____________________________________ Sederhana, tentang Garuda yang bertahan dengan rasa sakitnya. Tentang Garuda yang ingin merubah hidupnya. Tentang Garu...