2

6 2 0
                                    

Devan dan shuu bersiap akan pergi ke kantin, namun Haru menghentikan mereka.

"Gua ikut ya?!" Ucap Haru pada mereka, Jyutaro entah kenapa ngintil di belakang Haru.

"Ya udah kalian berdua ikut aja sekalian, toh kalian masih murid baru jadi belum tau jalan!" Ucap Devan dengan tersenyum, Jyutaro terpaku melihat senyuman itu. Senyuman yang mengingatkannya akan seseorang yg menolong nya dulu!

"Wah makasih! Ayo Jyu!" Ucap Haru girang, tak pernah terbayang apa yang akan terjadi kedepannya. Tapi Devan hanya tersenyum menatap Haru yang begitu ceria, entah mengapa hatinya terasa senang saat melihat hal itu.

"Hm... " Balas Jyutaro sambil ikut berjalan, di sepanjang jalan Haru sedikit memperhatikan shuu. Cara shuu berjalan, dan bagaimana sikap Shuu, entah mengapa mengingatkannya pada seseorang. Seseorang yang selalu melindunginya di kala masa kecilnya, kakak nya!

*jika aku bisa, aku ingin terus bersama nya!* batin Haru.

Saat mereka tiba di kantin, Haru berbinar banyak makanan yang di sukai nya. Dia sampai kebingungan mau memilih yang mana, melihat tingkah sahabatnya itu Jyutaro tertawa. Tawa yang tidak sadar membuat seseorang terpana, membuat memori kecil yang akan selalu membekas baginya.

"Gua bingung, mening gue pilih apa ya Shuu?" Tanya Haru pada Shuu, Devan terdiam. Kenapa tidak dia saja?

"Kenapa tanya gue? Lu yang mau makan, ya semau mu lah!" Ucap Shu acuh tak acuh.

"Kan gua bingung, makanya gua nanya!" Ucap Haru kesal.

"Kenapa lu enggak coba ramen pedas aja?" Tanya Devan menyarankan, Jyutaro terkekeh melihatnya.

"Haru gak suka makanan pedas!" Ucap Jyutaro dengan tersenyum, walau di hatinya agak sakit melihat perhatian Devan pada Haru.

"Ya dango aja kalau begitu!" Ucap shuu asal,  entah kenapa dia kesal Jika Jyutaro malah menyahuti omongan Devan.

"Wah benar juga!" Ucap Haru lalu membeli seporsi dango.

"Sepertinya memang tidak ada harapan untuk gue ya?!" Gerutu seorang pria kesal melihat Devan perhatian pada Haru, dia yang sudah lebih lama kenal saja di abaikan Devan. Bagaimana bisa Haru menarik perhatiannya begitu saja?

Mereka berempat terus makan dengan perasaan masing-masing! Hanya Haru yang polos yang tetap ceria di sana, membuat Devan betah memperhatikannya dan tersenyum. Senyum yang sesekali memancing senyuman Jyutaro, yang membuat Shuu semakin terpaku padanya. Oh jangan lupakan kebahagiaan Haru yang senang melihat diam nya Shuu, karena keren menurutnya, padahal tanpa di sadarinya shuu menatap ke arah Jyutaro. Cinta segi empat yang rumit ya! Jadi penasaran bagaimana akhirnya.

Bahkan saat mereka berjalan dan saat mereka berada di kelas sekalipun tetap memikirkan satu dengan yang lainnya. Hingga jam pulang sekolah pun berbunyi, membuat Devan dan Shuu  yang sudah di peringatkan kakek nya untuk pulang lebih cepat pun segera menuju ke jemputan mereka. Begitu pula Haru, sedang Jyutaro dia berjalan kaki menuju pulang.

"Jyu ayo aku antar ke rumah mu!" Seru Haru pada sahabatnya itu, Jyutaro menggelengkan kepalanya.

"Rumah ku dekat kok!" Ucap Jyutaro.

"Selalu saja begitu!" Ucap Haru dengan cemberut, Jyutaro tersenyum.

"Sudah sana, nanti kau terlambat!" Ucap Jyutaro dengan senyum lembutnya.

" Ya sudah, bay bay!" Ucap Haru sembari melambaikan tangannya, dia tau betapa keras kepalanya Jyutaro ini. Sedang Jyutaro hanya melambaikan tangannya saja, dia kembali berjalan saat sahabatnya telah menghilang.

Dia berjalan ke kawasan perumahan sederhana yang ada di sana, dan masuk ke salah satu tempat apartemen murah yang ada di sana. Ya Jyutaro bukan anak orang kayak seperti Devan dan Shu, bahkan Haru sahabatnya sendiri. Dia sendiri kebetulan pindah ke sini karena permintaan kakek dan nenek nya yang akan menjodohkannya dengan keluarga kaya, tak ada pilihan.Jyutaro tau betapa sulit hidup keluarganya, dan biaya yang adiknya butuhkan. Jadi dia menerima nya, dia rela berkorban bila itu untuk keluarganya. Dan sekarang, dia bahkan mungkin harus mengubur perasaan nya pada Devan yang baru saja menarik perhatiannya itu.

Jyutaro bersiap dengan baju terbaiknya, dia berusaha menjadi sebaik mungkin. Dia harus bisa menjadi seseorang yang kuat!

Sedangkan di tempat Haru.

"APA?! DI JODOHKAN?!" Ucap Haru kesal, dia jelas kesal. Tidak tau apa-apa tau-tau malam ini membahas perjodohan.

"Iya sayang, kamu pasti suka deh, ganteng tau orang nya!" Ucap mama Haru dengan senyum iseng.

"Tapi mah, Haru sudah punya orang yang Haru sukai!" Ucap Haru dengan kesal, dia tidak mau.

"Diam, atau kau tak akan bertemu dengan kakak mu lagi!" Tegas papa Haru, hal ini selalu berhasil membuat Haru diam pasrah. Hanya kakak nya yang bisa membuatnya tersenyum dalam keluarga ini, dan kini saat dia menemukan sosok kedua itu dia harus di pisahkan. Ironis sekali hidupnya ini.

Di sisi shuu dan Devan, mereka hanya diam ketika di beritahu akan di jodohkan. Oh, ralat. Hanya shuu yang diam, karena dia tidak punya pilihan lain selain menerima nya sebagai tanda terimakasih, toh keluarganya  devan  dan kakeknya sudah mau menanggung dirinya setelah kepergian keduanya orang tua nya. Berbeda dengan Devan, dia anak yang selalu punya pilihan akan hidupnya. Tentu dia tidak bisa menerima hal se mendadak ini.

"Apa-apaan ini?! Kalian tak bisa se enaknya saja memutuskan begitu dong, kan aku juga punya jalan sendiri, aku gak perlu di jodoh-jodohin segala!" Ucap Devan yg tak setuju.

"Sudah lah Devan, mama ngerti perasaan mu tapi kamu taukan kakekmu seperti apa!" Ucap Ibu mereka tegas, Devan hanya terdiam, karena dia tahu betul watak sang kakek yg tak suka jika ada pengganggu di sesuatu yang sudah ia rencanakan, ia takkan segan-segan untuk membunuh pengganggu yang menggangu rencana nya itu.

"Yang mama mu katakan itu benar devan, kau sendiri tau betul kan bagaimana sifat kakek mu, jadi lebih baik kau menerima nya" Ucap papa mereka, devan hanya terdiam. Tidak mungkin dia harus merelakan hidup orang yg ia sukai itu.

"Ck, baiklah," decih Devan.

"Devan!" Gumam mamahnya sedih.

Shuu hanya diam memandangi keluarganya ini, tapi dia masih bersyukur tak harus menjadi burung pengantar pesan di rumahnya sendiri seperti Haruki sepupunya. Setidaknya untuk menjaga keluarga ini tetap lebih baik, dia juga harus bisa menerima hal ini dengan berat hati. Dia tak mau mengulang hal yg sama lagi menghancurkan keluarganya sendiri hanya karena ke egoisanya.

Shuu merasa harus melepaskan Jyutaro, dan Devan merasa harus melepaskan Haru, Jyutaro merasa harus melepaskan Devan, dan Haru merasa harus melepaskan shuu.

  Tanpa di ketahui kejutan takdir sedang mempermainkan mereka!

To be continued

bind each other Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang