5. AELY DAN KETUA BASKET

70 28 6
                                    

Pak Hardi mulai berkeliling kelas untuk melakukan inspeksi dadakan. Para siswa yang mengetahui hal itu bergegas mencari tempat persembunyian paling aman, entah di toilet, UKS, belakang sekolah, atau di belakang stan mbak Dian demi menghindari hukuman pak Hardi.

"PUTRA!! MANA, PUTRA?"
"IYA, PAK. SIAP"

"VINO!! VINO. SINI! SUDAH POTONG RAMBUT APA BELUM?"
"TUKANG CUKUR RAMBUTNYA MASIH BOBO PAK, TADI"

"JUAN! REVAN! MANA? RAMBUT KALIAN KENAPA MASIH PANJANG?
"SAMA KAYAK VINO TADI PAK, TUKANG CUKUR RAMBUTNYA MASIH MIMPI MANJA SAMA ISTRINYA!"

"ALFIN, ALFIN MANA? JANGAN SEMBUNYI KAMU!!"
"ALFIN SEMBUNYI DI STAN MBAK DIAN, PAK!"

"CILLA DAN MAUDY, POTONG KUKU KALIAN BERDUA!"
"IYA, PAAKK!!"

Dengan bermodalkan penggaris panjang, sisir, dan gunting rambut untuk menakut-nakuti siswanya, pak Hardi menyusuri kelas demi kelas, bahkan memutari sekolah. Ia tidak membiarkan para siswa yang bersembunyi itu lolos.

Percayalah kalian pasti memiliki guru yang seperti ini. Lakon utama yang selalu ingin di hindari semua siswa. Lakon utama yang selalu mendapat makian tersembunyi dari siswanya.

"TIARA!! ITU RAMBUT MANUSIA APA RAMBUT KUDA! BESOK CAT HITAM LAGI!"
"IYA, PAAKK!"

"AELY KENAPA RAMBUT KAMU MASIH PANJANG?"
"KAN AELY CEWEK, PAK!"
"OH IYA, MAAF."

"ALEXA PUTRI ALUNA GEMPITA!! ITU KENAPA KUKUNYA MASIH PANJANG?"
"IYA NIH PAK, MAU POTONGIN NGGAK?"

Pak Hardi menggelengkan kepalanya dan memilih berlalu dari kelas Echa. Tak sanggup menghadapi tingkah ajaib gadis itu.

✿⁠ ✿⁠ ✿⁠

Juan dan teman-temannya berada di teras depan kelasnya. Karena selesai inspeksi jam pelajaran kosong. entah kenapa, mungkin karena gurunya sakit atau memang malas mengajari anak bandel di kelas 12Mipa-3. Tapi itu tidak penting bagi siswa, yang terpenting adalah menikmati jamkos.

"Pak Hardi ngeri banget sumpah kalu teriak!" cerca putra yang baru keluar dari kelas mengorek-ngorek kupingnya, pak Hardi masih bergaung di kelas sebelah.

Juan, vino, dan Revan hanya bisa tersenyum kecil, menyetujui yang di ucapkan putra. Peria itu mengambil duduk di sebelah Juan.

"Panas banget hari ini, tumben nggak hujan atau mendung," ucap Juan membuka dua kancing seragamnya sembari mengibas-ngibaskan tangan mencari angin segar.

Putra mengiyakan, ia meniru yang di lakukan Juan.

"Lo haus nggak?" tanya putra sembari menyenggol lengan Juan.

Juan mengangguk dengan cepat, ia mengelus leher, tenggorokannya memang terasa kering.

"Kantin yuk," ajak putra.

"Lo mau di hukum sama pak Hardi? Ini belum jam istirahat," cerca Revan.

Putra menghela pasrah. Inspeksi pak Hardi ternyata tak hanya berefek pada telinganya, tenggorokannya pun ikut-ikutan sakit, membutuhkan asupan air.

Sementara vino mengedarkan pandangannya, mencari mangsa yang bisa ia titipi minuman di kantin.

Vino tersenyum senang, melihat dua peri cantik yang sedang melintas sambil membawa botol air dingin.

"SONYA!! FIRA!!" teriak vino keras, melambaikan kedua tangannya, meminta kedua cewek itu untuk mendekatinya.

Dari kejauhan cewek itu menatap vino heran, mereka berfikir sebentar menyalakan mesin otaknya dan memelankan langkahnya. ia sedikit ragu mendekat ke sana.

 Harapan di tengah badai Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang