[Bagian 1]

50 5 0
                                    


Jung Wooyoung mengerang frustasi di atas tempat tidurnya, membuat ibunya yang berada di luar berteriak bingung, ada apa lagi dengan puteranya yang nomor 2 itu.

"Ada apa woo?! Pagi-pagi sudah teriak seperti itu, apa masakan mama membuatmu sakit perut?!" tanya Mama Jung yang tengah mencuci peralatan makan yang baru saja mereka pakai di dapur

"Tidak ada Maa!! Hanya info mendadak soal rolling kelas Wooyoungie!" sahutnya balas berteriak.

Setelah selesai berbicara dengan mamanya, Wooyoung kembali mengerang sambil menatap malas layar ponselnya yang masih menyala. Bedanya erangan kali ini lebih rendah dan sedikit tertahan karena kalau dia berteriak-teriak lagi yang ada Mamanya akan mendobrak masuk dengan membawa gagang sapu untuk memarahinya karena membuat keributan.

Pemuda dengan rambut cokelat gelap ditambah paduan peek a boo warna blonde itu tidak habis fikir dengan arah pemikiran Dosen grafisnya, Apa-apaan dengan perubahan jam mendadak seperti ini?! Ini mah namanya Dia berniat membunuh dirinya secara perlahan!!

Tidak berlebihan bukan kalau menyebut 'jalan fikiran' Dosen itu memang aneh?, mood swing parah! Sudah hampir mirip teman-teman perempuannya kalau sedang datang bulan! suka mengubah jadwal seenaknya saja. Dikira dirinya sama anak-anak kelas ini tidak ada kegiatan lain apa?!

Contohnya saja Dosen satu ini, niat hati Wooyoung padahal ingin istirahat dan merebahkan diri di tempat tidur menikmati Jum'atnya yang kosog karena Ms. Taeyon yang tengah cuti hamil. 

Eh tau-tau Mr. Kangta, Dosen yang sering Wooyoung sebut sebagai bujang lapuk karena usianya yang sudah hampir setengah abad itu tiba-tiba meminta oper jam tambahan untuk mengejar materi ujian yang akan diadakan 2 minggu lagi pada pagi ini pukul 09.00 KST, sedang sekarang sudah jam 08.03 KST!! OH AYOLAHH! Wooyoung belum mandi dan baju keluarnya sudah terlanjur di masukkan kedalam keranjang cucian semua! Ditambah perjalanan rumah-kampus memakan waktu hampir setengah jam sendiri loh.

Ingin bolos rasanya, kalau saja ia tidak ingat ini adalah mata kuliah 3 SKS yang rumitnya bikin Wooyoung pusing 10 keliling segitiga ditambah Dosennya yang sangat pelit nilai juga! T-T

Apa boleh buat? Akhirnya dengan kecepatan diatas rata-rata, yang Wooyoung sendiri tidak ingat bagaimana caranya dia mandi dan memilih baju secara acak, sadar-sadar kini dirinya sudah ada di tengah jalan raya mengendarai sepeda kayuh kesayangannya dengan topi hitam bertengger epik di kepalanya karena tadi Mamanya mengomel cuaca hari ini akan panas jadi beliau menyiapkan topi tersebut untuk puteranya yang hampir saja kelupaan membawanya.

Sembari mengayuh sepedanya Wooyoung sesekali menghela nafas lega, sepertinya prediksi ibu-ibu itu memang tidak bisa diragukan. Benar saja cuaca hari ini cukup cerah dan sedikit demi sedikit mulai terasa menyengat di tubuhnya, jadi dengan berbekal tenaga dari sarapan tadi pagi Wooyoung membenarkan topinya agar terhalang dari panasnya sinar matahari dan mempercepat laju sepeda kayuhnya.

Wooyoung sebenarnya tidak terlalu ambil pusing dengan lobi jam yang seenak jidat—yang sayangnya sering sekali terjadi di kelasnya—jika saja kampusnya itu tergolong dekat dengan rumah! Masalahnya jarak tempuh dari rumah dengan kampus itu memakan waktu cukup lama, hampir 30 menit perjalanan dengan sepeda.

Bayangkan saja bagaimana lelahnya jadi Wooyoung hari ini yang harus ke kampus dengan tergesa-gesa demi mata kuliah dari Mr. Kangta itu. Beruntung dirinya sudah terbiasa perjalanan pulang-pergi dengan jarak sejauh ini dari semester pertama.

Bukan ingin dirinya sebenarnya, tapi Wooyoung sendiri juga tidak keberatan dengan opsi bersepeda ke kampus. Karena kalau di ingat-ingat lagi waktu itu bertepatan dengan kakaknya yang sudah mulai pemberkasan untuk kelulusannya dan ditambah ada sang adik yang juga harus mendaftar ke sekolah menengah pertamanya. Jung Wooyoung bisa apa jika demikian adanya? toh mengalah juga tidak akan membuatnya mati kelaparan? eh?!

Keuangan keluarganya tidak bisa digolongkan kaya raya dan mewah sebagaimana kebanyakan anak jurusan Arsitektur. Dirinya termasuk golongan berkecukupan yang beruntung bisa diterima di Universitas impiannya, jadi sedikit lebih keras dalam berusaha bukan masalah besar baginya.

Kayuhan pada pedal sepedanya perlahan melambat seiring lampu hijau yang mulai berubah menjadi warna merah. Setidaknya dengan begini dirinya bisa mengatur nafas sebentar dan istirahat sekejap sambil menunggu lampu kembali berwarna hijau

Melirik pergelangan tangannya dan menghitung waktu, 15 detik lagi lampu akan berubah hijau dan terhitung 20 menit lagi kelasnya dimulai. Itu berarti setidaknya ia harus sudah sampai kampus 5 menit sebelum kelas agar bisa meluruskan tubunya, bernafas dan membiarkan oksigen mengalir teratur ke otaknya yang berharga ini.

Saat tengah asyik menunggu, Wooyoung seperti merasa ada yang menatapnya. Mengedarkan pandangan untuk mencari siapa kira-kira yang melihat ke arahnya, pandangan matanya bertubrukan dengan seorang lelaki yang mengendarai motor model Kawasaki warna hitam dengan perpaduan biru yang tampak dingin dan mencolok tidak jauh darinya.

Lelaki yang Wooyoung tebak seumuran dengannya atau mungkin setahun lebih tua itu memaku pandangan padanya cukup lama sebelum kemudian tersenyum dan mengangguk singkat menyapa dirinya.

Wooyoung tidak mengenal siapa lelaki yang tampak rapi dengan jaket hitam yang barusan tersenyum ke arahnya itu. Tapi karena dirinya sudah sering mengalami kejadian seperti sekarang ini (re;saling lempar senyum dan sapa. Terutama dengan ibu-ibu di jalan raya atau di pasar ketika mengantar mamanya berbelanja), jadi dengan ringan Wooyoung juga refleks membalas sapaan tadi dengan tersenyum manis dan mengangguk persis seperti yang orang asing itu lakukan.

Bukan masalah besar karenya dirinya termasuk orang yang ramah dan senang menyapa sekeliling sekalipun itu tidak dikenalinya.

Keadaan di sekitarnya sedang tidak terlalu ramai karena memang hari sudah beranjak siang dan cuaca mulai panas, jadi ketika lelaki asing tadi mengangkat sebelah tangannya sebagai salam perpisahan dan tersenyum sekali lagi ke arahnya karena lampu lalu lintas sudah akan berubah hijau dan mereka akan kembali pada urusan masing-masing, Wooyoung merasa harinya hari ini tidak akan terlalu buruk.

Meski lelaki tadi tidak akan melihat respon balik darinya, Jung Wooyoung tetap mengembangkan senyumnya sepanjang jalan dan mengayuh sepedanya dengan semangat lagi. Dirinya ingat pasti saat mulut lelaki itu menggumamkan kata "Aku duluan" padanya saat mengangkat tangan dan tersenyum padanya tadi. Meski tanpa suara, tapi Wooyoung yakin benar dengan pelafalan kosa kata itu.


"Hei!" 

Seseorang tiba-tiba merangkul bahu Wooyoung dan berjalan beriringan dengannya menuju kelas. Tahu benar dia siapa yang disebelahnya, itu Changbin si anak elektro. "Moodmu sudah membaik sepertinya? Padahal tadi di chat menggerutu panjang lebar padaku" ucap lelaki di sebelah wooyoung itu sembari memperhatikan raut wajah sahabatnya yang ia kira akan suram dan keruh. Yaah tidak salah sih, karena memang tadi sebelum mandi dirinya sempat curhat dan menumpahkan semua kekesalannya lewat pesan suara pada Seo Changbin ini.

Menanggapi ledekan sahabatnya, Jung Wooyoung pasrah dan mengangguk singkat "Uhm, benar."

"Bagaimana ceritanya, ada terjadi sesuatu?" tanggap Changbin antusias

"Tadi aku bertukar sapa dengan orang asing ramah di jalan. Dan yaah itu sedikit memperbaiki moodku hari ini" jawab Wooyoung jujur dan menggedikkan bahunya acuh sebelum melanjutkan langkah meninggalkan Changbin yang menaikkan sebelah alisnya tidak percaya dan berdiri mematung memiringkan kepala menatap punggung Wooyoung yang menjauh dengan heran

"Apa-apa'an itu tadi?! Se-simple itukah moodmu berubah?" monolognya pada angin dengan nada tidak percaya

Apakah Jung wooyoung tengah coba bermain-main dengannya?!

**


{02.20 - 01.10.2024}

YELLOW -traffic lamp [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang