Seorang gadis tinggi berlari tanpa arah secepat yang dia bisa, beruntung dia dianugerahi dua kaki panjang jadi langkahnya bahkan lebih besar dari beberapa pria berotot yang mengejarnya seolah akan menerkamnya dari belakang.
Tanpa perduli bagaimana nafasnya yang terengah-engah, gadis bernama Lisa itu tetap berlari menghindari pria-pria yang mengejarnya, meski lama kelamaan, Lisa berhasil menciptakan jarak yang lebih besar di antara mereka.
Gadis berusia dua puluh enam tahun itu membelokkan langkahnya ke sebuah gang sempit untuk mengatur nafasnya terlebih dahulu, dia bahkan sampai memejamkan matanya dan memegang dadanya, setelah beberapa detik, Lisa kembali berlari sambil memakai tudung hoodie nya, jelas jika posisinya belum aman sama sekali, dia masih dikejar oleh tiga pria itu.
"Sialan." Lisa baru bisa mengeluarkan umpatannya karena nafasnya sudah lebih teratur sekarang, baru saja dia ingin berdiam diri sebentar, matanya bertemu dengan tiga pria berbadan besar yang memang ingin menangkapnya, lagi dan lagi.
"Itu dia! Jangan biarkan dia lolos, kejar sampai dapat atau kita yang akan terkena imbasnya."
"Shit!" Lisa dengan lincah langsung mengindar dan kembali berlari dengan kedua kaki panjangnya, sejujurnya, tenaganya hampir habis, tapi dia tidak akan membiarkan dirinya tertangkap oleh tiga anak buah mafia yang jelas dia kenal siapa orangnya.
Kini, Lisa lagi-lagi berlari tanpa tujuan, beberapa orang yang berlalu lalang di sekitar daerah perkampungan kecil ini banyak yang tersenggol tubuhnya namun Lisa sama sekali tidak memiliki waktu untuk meminta maaf, yang dia pikirkan adalah berlari, berlari sampai dia bisa menghabiskan tenaga
ketiga pria itu terlebih dahulu agar mereka menyerah mengejarnya."Hah.." Lisa berhenti sebentar karena dia di pertemukan dengan jalanan persimpangan, dalam nol koma satu detik, gadis tinggi itu harus membuat keputusan dan Lisa memilih untuk berbelok ke kiri.
"Sial! Jalannya buntu?!" Lisa menoleh ke belakang dengan panik, tidak ada waktu lagi untuk berlari ke arah lain, begitu pikirnya karena para pria itu juga pasti hampir sampai ke persimpangan, namun Lisa kemudian melihat sebuah toko kaset klasik, meski tulisan di depan pintu menunjukkan kata 'closed', namun Lisa memutuskan untuk tetap masuk ke dalamnya, dia butuh tempat untuk bersembunyi, itu yang dia pikirkan.
"Maaf, tapi kami sudah tutup, kau bisa kembali besok jika..."
Dengan nafas yang masih tak karuan, Lisa langsung menempelkan bibirnya ke di depan telunjuknya, meminta seorang gadis cantik yang dia yakini menjaga toko kaset untuk berhenti berbicara, setelahnya Lisa langsung beralih ke arah meja, dia berjongkok dan sembunyi disana.
"Ya! Apa yang kau lakukan? Cepat keluar! Jangan mengganggu di tokoku!"
Lisa meringis karena sepertinya si penjaga toko tidak mengerti jika dia dalam bahaya, gadis jangkung itu kemudian kembali memunculkan kepalanya.
"Aku akan membayar.. berapapun jika kau membantuku, dengar.. ada orang-orang yang mengejar ku di luar sana, jika mereka masuk kemari.. katakan pada mereka kau tidak mengetahui apa-apa, aku mohon, bantu aku."
Si penjaga toko itu mengedipkan matanya berkali-kali, mencoba untuk mencerna ucapan gadis yang memang tampak begitu berkeringat di bawah kolong meja kasir, belum sempat dia menjawab, benar saja, tiga orang berbadan besar dengan kasar membuka pintu toko nya, membuat Lisa langsung kembali menarik tubuhnya dan menahan nafasnya, jika gadis penjaga toko kaset ini tidak bisa membantunya, maka nasibnya selesai, hari ini akan menjadi hari terakhirnya di dunia.
"Maaf, kami sudah tutup, jika ingin membeli sesuatu, kalian bisa kembali besok." Meski gugup karena dia menyembunyikan seseorang yang tidak dia kenal siapa sekarang, tapi gadis penjaga toko kaset yang tak lain bernama Jennie mencoba untuk berbicara dengan santai, sejujurnya, dia takut melihat pria yang tidak memiliki rambut di hadapannya, dia yang paling menyeramkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
FAVORITE CRIME - JENLISA [G×G]
FanfictionJennie yang salah memberikan bantuan pada orang asing, atau, Lisa yang salah mendapatkan bantuan dari orang asing. Lisa hanya membalaskan dendam karena keluarganya terjerumus pada organisasi yang salah, tapi dia melakukannya bukan tanpa alasan, dia...