3

77 9 1
                                    

Chapter 3

Benar saja enam bulan kemudian, Livia di bawa pindah ke Tokyo. Lebih tepatnya Naoki memaksa Livia mengundurkan diri dari tempatnya bekerja, pria itu mengatakan ia mulai bosan duduk di pesawat hampir setiap akhir pekan.

Sebenarnya Naoki secara fisik sempurna, Livia memang menyukai pria muda tampan dan kaya, Naoki juga tampan dan kaya namun selama bersama Naoki, menurut Livia, Naoki terlalu hat- hati di atas ranjang dan tidak banyak berinisiatif.

Livia tidak banyak merasakan kepuasan di atas tempat tidur, sering kali ia merasa ingin menyudahi hubungan mereka. Namun, Livia berpikir akan bertahan sedikit lagi karena menganggap konyol menyudahi sebuah hubungan hanya karena urusan ranjang hingga Livia menunggu Naoki membuat sebuah kesalahan fatal dan berencana akan meninggalkan pria itu.

Berulang kali Livia membuat ulah dengan pergi ke club dan mulai mabuk-mabukan bersama kedua temannya, kemudian ia juga dengan sengaja memanggil Naoki dan berakting seolah-olah ia mabuk berat dan menangis di buat-buat agar Naoki marah, namun akhirnya pria itu datang menjemputnya dan hanya berkata, "Gadis baik. Ayo, kita pulang."

Livia juga pernah dengan sengaja membuat masalah, ia menghancurkan sebuah ruang karoke, Naoki datang ia membereskan semua mengganti rugi dan mengajaknya pulang tanpa mengatakan apa pun dan yang paling sering Livia lakukan adalah meminta Naoki menikahinya, itu karena Livia merasa sangat bosan tinggal di Tokyo sendirian, Naoki bahkan pria lajang, namun ia selalu kembali ke rumahnya, ia hanya mengunjungi Livia setiap pulang bekerja dan menginap di apartemen yang di tinggali Livia sesekali waktu.

Livia tidak banyak memiliki teman di Tokyo karena keterbatasan bahasa, beberapa orang Jepang yang ia sapa akan dengan cepat melarikan diri saat melihat wajah Livia, sepertinya mereka merasa takut Livia akan mengajak berbicara dalam bahasa inggris.

Namun, seberapa pun Livia membuat masalah Naoki selalu tidak pernah mempermasalahkan karena sangat amat mencintai Livia. Ia bukan tidak mau menikahi Livia, melainkan karena orang tuanya telah menyiapkan pernikahan untuk Naoki suatu saat nanti, itulah sebabnya ia belum bisa menikahi Livia sesuai kenginan Livia.

Livia pastinya tidak tahu semua itu karena Naoki merahasiakan semua itu, Naoki tidak ingin Livia kecewa ataupun ketakutan akan posisinya.

Pada akhirnya hingga dua setengah tahun hubungan mereka, Livia tidak pernah menemukan celah sedikit pun dari pria itu, tidak satu pun kesalahan yang ia buat, tidak ada wanita lain bersama Naoki, tidak pernah berkata kasar, tidak pernah menolak keinginan Livia, semua sifat baik ada pada Naoki.

Naoki, ia pria yang bertanggung jawab, penuh pengertian dalam hal materi, meskipun tidak romantis, agak kaku, dan terlalu sibuk setahun belakangan ini.

Sekarang Livia adalah seorang pengangguran, selain makan dan tidur lalu pergi ke club bersama temannya, Hana. Hana adalah teman akrabnya dari Indonesia yang kini juga tinggal di Tokyo dan mereka telah saling mengenal sejak menjadi mahasiswa di sebuah universitas swasta di Yogyakarta.

Hana telah tinggal di Tokyo 3 tahun dan memiliki usaha tour travel di Indonesia, hampir setiap minggu ia menangani rombongan tour yang diurus di Jepang, ia hanya mengurus pembayaran hotel dan transportasi di jepang, sedangkan untuk pelaksanaan perjalanan rombongan tour yang memakai jasanya ia menyerahkan kepada para tour guide yang bekerja di bawah perusahaan yang ia kelola.

Dengan kata lain Hana mencintai Jepang dan memutuskan tinggal di Jepang namun ia tidak ingin berpangku tangan, ia menjadikan cintanya kepada negeri Sakura itu menjadi lahan uang.

Semenjak tinggal di Jepang,Livia telah mengelilingi wilayah Jepang hampir keseluruhannya. Naoki tidak seposesive dulu ketika Livia masih tinggal di Jakarta, Naoki mengizinkan Livia pergi ke mana saja tanpanya asalkan masih dalam wilayah Jepang dan kota yang paling membuat Livia selalu ingin kembali adalah Kyoto.

Kyoto merupakan salah satu kota eksotik yang menyajikan kehidupan tradisional. Livia menyukai semua tentang Kyoto, entah bisikan apa kota itu selalu membuatnya ingin kembali ke sana.

***

Paginya Livia mengemasi beberapa barang yang akan di bawanya ke Kyoto, ia akan pergi bersama Hana dan Yukari,

Yukari adalah gadis asli Jepang yang ditemui oleh Livia dan Hana secara tidak sengaja, mereka menolong Yukari saat gadis itu sedang bertengkar dengan mantan kekasihnya yang berusaha mencekik gadis itu di sebuah jalanan yang sepi. Kebetulan Livia dan Hana yang mengendarai mobilnya dengan pelan melewati keduanya yang sedang berseteru dan saat pria kasar itu mulai mencekik Yukari, Livia sengaja merekamnya dan berteriak minta tolong dengan sekuat tenaga, pria kasar itu kabur kemudian Livia dan Hana membantu Yukari membuat laporan polisi dengan bukti yang mereka miliki. Kini pria itu telah mendekam dalam penjara dengan tuduhan percobaan pembunuhan dan ketiga wanita itu kini menjadi teman akrab.

Ponsel milik Livia berdering, ternyata Naoki memanggilnya, segera Livia menjawab panggilan Naoki.

"Ya, Sayang," ucap Livia dengan nada lembut.

"Jadi pergi ke Kyoto hari ini?" terdengar suara Naoki di speaker ponsel Livia.

"Iya, tentu saja."

"Jam berapa kau pergi?"

"Jam 2, apa kau ingin pergi juga?" Livia berharap Naoki memiliki waktu untuk pergi bersamanya meskipun sepertinya mustahil dan ia menghela napas karenanya.

"Sayang, maafkan aku karena hari ini aku sangat sibuk." Tetapi, pada faktanya Naoki selalu sibuk setiap hari.

"Naoki, kau selalu sibuk. Kau tidak punya waktu untuk bersamaku menikmati indahnya Jepang. Aku bosan pergi tanpamu," keluh Livia.

"Bukankah kau pernah mengatakan aku pria yang membosankan dan kau malas pergi denganku?" Naoki menggoda Livia, wanita itu memang sering mengatainya sesuka hati, namun Naoki tidak pernah membalas apa pun perkataan buruk Livia padanya.

"Aku hanya sedang kesal saat itu, untuk sesekali waktu kau harus menemaniku dan pergi tinggalkan pekerjaanmu."

"Baiklah, aku akan membawamu pergi berjalan jalan lain waktu. Ke mana kau ingin pergi?"

"Kyoto." Livia menjawab dengan singkat.

"Livia, ada apa di Kyoto? Kau tidak bosan pergi ke sana?"

"Kyoto sangat indah, tentu saja aku tidak bosan, apa kau tidak ingin menyelidikiku dan mengirim mata matamu mengikutiku? Bisa saja aku pergi bersama pria bukan?" goda Livia kepada Naoki yang dulu sangat posesif.

"Wku percaya kau tidak akan melakukan itu." Naoki menjawab dengan menggunakan bahasa Jepang.

"Tentu saja aku tidak akan melakukannya," jawab Livia dengan ada centil.

"Baiklah, aku akan mengirimkan uang untukmu berbelanja di sana, jangan pergi ke club, oke!" Naoki memperingatkan kekasihnya.

"Iya, Sayang," sahut Livia memanjakan suaranya dengan bahasa Jepang yang pas-pasan.

Livia telah tinggal di Tokyo selama dua tahun namun lucunya ia bahkan masih tidak fasih berbahasa Jepang.

To Marry YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang