Prolog: Sore itu, setelah hujan turun

28 1 1
                                    

Tata suka hujan, namun ia tak suka hawa dingin yang disebabkan jatuhnya air terserbut. Maka dari itu Tata lebih memilih berdiam di ruang eskul daripada ikut membantu teman-temannya yang tengah mengecek project eskul mereka di sepanjang koridor lantai satu. Toh ia sudah menjalankan tugasnya membersihkan sekre saat istirahat pertama, jadi tak ikut mengecek project pun tak masalah.

Sudah hampir setengah jam Tata berdiam diri, matanya tak lepas menatap jendela yang mengarah langsung ke lapangan. Disana banyak siswa yang tengah bermain di bawah derasnya air hujan, Tata terkekeh pelan saat matanya menangkap sosok Sagas, teman kelasnya yang terpeleset karena kaget oleh suara petir.

"Lah, Ta? Gue kira lo ikut ngecek tanaman sama yang lain."

Jean tiba-tiba datang, gadis dengan rambut diikat itu mengambil tempat di sebelah Tata. Sedangkan Tata sendiri hanya menoleh sekilas lalu kembali menatap kearah jendela, "Mager, lagian udah rame juga kok. Kak Oca minta ngecek soalnya kemarin ada bibit pohon yang rusak gara-gara hujan gede kemarin," jawabnya.

Sebenarnya Tata bukan tipe orang yang suka terlibat dalam organisasi, namun sayangnya semua murid di SMA Mandala di wajibkan mengikuti eskul. Oleh karena itu Tata memilih ikut eskul pecinta alam, karena hanya eskul ini yang kegiatannya tidak terlalu banyak menurutnya, juga anggota eskul pecinta alam lebih sedikit dibanding kan dengan eskul lain.

"Yang lain gak berangkat?" tanya Jean, dia terlihat bingung karena tak melihat beberapa temannya yang lain.

Tata menggeleng pelan, "Cuma Miwa, yang lainnya pada barengan gak masuk," dengusnya yang membuat Jean tertawa pelan.

Terlalu lama melamun, Tata tiba-tiba teringat sesuatu. Akhir-akhir ini ada akun asing yang mengikutinya di instagram. Tata tak mengenalnya, namun akun tersebut diikuti oleh teman-temannya termasuk Jean. Ia segera membuka ponselnya dan masuk ke aplikasi untuk menunjukkannya pada sang sahabat.

"Je, lo kenal gak ini siapa?" tanyanya penus penasaran.

Jean mengernyit heran, namun kemudian dia berseru, "Ini mah akun Nabil! Eh, wait, dia ngefollow lo?!"

"Iya, gak tau waktu itu dia tiba-tiba ngefollow. Terus beberapa kali reply note gue," Jean terdiam, otaknya masih mencerna sesuatu yang terjadi saat ini, "Nabil orangnya yang mana sih, Je? Gue gak tau."

"Hah? Serius lo gak tau?" anggukan kecil Tata langsung membuat Jean semakin terkejut. Demi Tuhan, mengapa temannya ini terlalu acuh dengan lingkungan sekitarnya?

"Lo inget gak waktu anak futsal kita sparing sama SMK sebelah? Terus pas kita nonton ada cewek tapi dia bukan anak sekolah kita, putih, tinggi," Jean begitu gemas melihat Tata yang sedang mencoba mengingat-ngingat hari itu, padahal belum juga satu bulan namun temannya itu sudah lupa, "Yang duduknya deketan sama lo itu loh!!!"

Ah benar, Tata ingat. Satu bulan lalu sekolahnya mengadakan sparing dengan sekolah sebelah, dan hari itu Tata beserta teman-temannya kaget melihat sosok gadis asing yang duduk sendirian sembari memegang botol minum.

"Inget, kan? Kalo lo inget itu, harusnya lo inget juga ada cowok yang nempel banget ke dia. Itu Nabil, cowok yang punya akun tadi."

"Kalo dia punya pacar kenapa ngefollow gue deh? Padahal pacarnya cantik banget anjir," heran Tata. Sungguh, Tata tak berbohong. Gadis yang datang bersama Nabil waktu itu sangat cantik, bahkan teman-temannya lun berkata demikian.

Namun Jean justru mengedikkan bahunya, "Entah, cuma kata Delon sih udah putus. Tapi tetep aja curiga sih, Ta, masa dia baru putus terus langsung cari cewek lain?"

"Tanyain lah, kan kalian sekelas."

"Nganco! Sekelas juga gak deket, sebatas saling follow sosmed doang. Katanya mah pacarnya cemburuan, makanya dia jaga jarak sama anak cewek di kelas."

Did You Choose Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang