Perkataan dari Nadira mampu membuat tubuh Mauren mematung, ia menatap Nadira yang masih terbaring lemah.
"Saya tau, saya salah karna berpikir bahwa yang saya lakukan itu benar. Bahkan dengan tak tau malu nya saya berpikir bahwa menjauhi mu itu langkah terbaik agar kamu tak tersakiti lagi."
"Ternyata pikiran saya tetap salah" Air mata Mauren lolos begitu saja, saat dirinya tak menemukan sorot kebohongan dari mata Nadira.
Nadira memaksakan tubuhnya untuk bangun, ia memegang tangan Mauren dan menatap Mauren dengan penuh kasih.
"Maafin mommy" ucap Nadira, membuat tangisan Mauren pecah begitu saja.
"Kenapa mommy sampai berpikir untuk menjauhi ku?"
"Karna mommy pikir itu pilihan yang baik"
"Mommy ga tau apapun tentang aku!!"
Perkataan Mauren sangat menyayat hati Nadira, ia membawa Mauren kedalam pelukan nya dan mengusap usap punggung Mauren.
"Mommy tau, sangat tau. Jadi bisakah kita memulai lagi dari awal?" pinta Nadira dengan penuh makna
Rasa hangat menjalar ditubuh Mauren, ia berpikir apa ini pertama kalinya ia dipeluk oleh Nadira, atau saat Mauren masih bayi Nadira pernah memeluknya seperti ini?
"Mommy jahat!"
"Mommy ga tau apapun tentang aku, mommy ga pernah ngurusin aku, mommy buat Bunda Lala pergi, mommy.." tangisan Mauren menjadi sangat keras saat ia memikirkan hal sebelum ia dipeluk se hangat ini oleh Nadira.
Kehilangan seseorang yang amat menyayangi nya, namun dibiarkan pergi oleh Nadira yang seharusnya menyayangi Mauren.
Berusaha untuk membuat perhatian Nadira teralihkan, tetapi itu tak berhasil. Sampai akhirnya perhatian Nadira ter alihkan karna Mauren membuat ke kekacauan.
Ironis sekali kan? Apalagi Mauren berpikir bahwa dirinya akan berhenti mengejar apa yang ia raih, dan memutuskan untuk fokus mengejar kekasihnya.
"Aku.. selalu nganggep mommy udah engga ada, karna aku ngerti.." kepala Mauren mendongkak, untuk menatap Nadira yang sedari tadi masih menangis dalam diam.
"Aku ngerti mommy sibuk karna aku" kepala Mauren ditaruh dibahu Nadira. "Tapi aku juga butuh pelukan dan perhatian mommy meski hanya sedikit" lirih Mauren.
Nadira tertawa dengan suara tangis yang ia keluarkan, ia menatap langit langit dengan pedih.
"Setelah perdebatan kita, mommy sadar mommy salah dan mommy mau menjauhi mu agar kamu tidak tersakiti lagi oleh mommy"
"Mommy gagal membesarkan mu dengan tangan mommy sendiri"
"Mommy gagal menjadi ibu yang tau semua tentang anaknya, mommy gagal menjadi ibu yang.. Ahaha mommy sangat gagal karna tidak menemani mu tumbuh"
Isak tangis mereka menggelegar dikamar tidur Nadira, tangan Mauren mulai membalas pelukan Nadira.
"Maafin mommy" gumam itu keluar berulang kali dari Nadira, membuat Mauren menetapkan hatinya untuk berkata
"Mommy ga punya hak buat minta maaf"
Mendengar itu tubuh Nadira mematung. Apa Mauren tidak membutuhkan sosok ibu yang sudah gagal? Pikir Nadira.
"Karna kita bakalan mulai dari sekarang" lanjut Mauren sambil mengeratkan pelukan. "Jangan minta maaf sama yang udah terjadi, karna aku juga enggan minta maaf."
Senyuman lembut terbit diwajah Nadira, ia mengecup puncak kepala Mauren "baiklah" ucap Nadira.
"Mommy ga boleh cuekin aku" ucap Mauren, membuat Nadira mengangguk sebagai tanda ia mengiyakan ucapan Mauren.
Tapi bukan nya merasa puas, Mauren malah berdecak kesal "Jawab nya pake kata kata, bukan isyarat kepala." ucap Mauren sambil melepaskan pelukan nya dan menatap tajam Nadira yang terkekeh pelan.
"Baiklah" ucap Nadira, membuat Mauren mengedus malas. Nadira menatap bingung dengan Mauren yang merespon seperti itu.
"Jangan formal" malas Mauren.
"Baiklah" ucap Nadira sambil mengagukan kepala, membuat Mauren memutarbola matanya malas.
"Baiklah itu bahasa informal nya Oke, atau siap." Mauren merasa Nadira hidup di jaman batu, karna kosa kata yang sering Nadira lontarkan berbentuk formal.
"O-oke?" gugup Nadira. Keadaan menjadi hening, karna Mauren tidak menimpali ucapan nya dan fokus menatap Nadira.
"Jangan menatap saya seperti itu"
"Tuhhhh, mommy formal lagii" kesal Mauren. "Dan kenapa jadi saya lagi?? Bukan nya tadi udah nyebut 'mommy' ke diri sendiri yaa??!"
Nadira mengalihkan tatapan nya saat merasa canggung jika dirinya memanggil 'mommy' saat keadaan nya seperti biasa.
"Cucilah muka mu terlebih dahulu, lalu kita berbincang lagi" ucap Nadira yang mengalihkan topik.
"Aku gamau, sebelum mommy manggil diri sendiri pake sebutan 'mommy!!'" rengek Mauren membuat Nadira bersitatap lagi dengan Mauren.
Ingin mengatakan pertolakan, tapi Mauren menunjukan muka imutnya yang tak pernah dilihat oleh Nadira.
Nadira mencubit bagian tubuhnya. "Mommy menyuruh mu untuk mencuci muka." ucap Nadira dengan muka tersiksa nya membuat Mauren tertawa kecil.
"Oke, selama aku di kamar mandi biasain ngomong mommy Oke?? Setelah itu mommy harus pelajari kosa kata non formal."
Setelah mengatakan itu Mauren pergi ke kamar mandi Nadira dengan raut ceria, Nadira hanya menggelengkan kepalanya lalu menghela nafas.
"Ada ada saja" ucap Nadira lalu mengulang kata 'mommy' sesuai yang diperintahkan Mauren.
Mauren kembali dengan wajah segar, tapi kemerahan di hidungnya masih terlihat. Nadira bangkit dari duduknya, lalu berkata
"Saya ke kamar mandi terleb-"
"moommyyy!!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Single Mom Of The Villian
Fantasyㅤ [ FANTASI ] Ini hanya cerita berunsur fantasi, dimana seorang Nadira yang baru bertengkar dengan sangat anak malah membaca novel tentang masa depan anaknya. Apakah Nadira akan mengikuti alur yang telah ditetapkan? Atau memberi bimbingan untuk...