BAGIAN 02

58 5 1
                                    

Ingatan terakhir Nadira terpusat pada permintaan Sagara yang menyuruhnya untuk datang ke kantor, tapi sekarang jangankan pergi ke kantor bergerak saja Nadira tidak bisa.

"Hei, lu kesini lagi?" ucap Pria yang langsung duduk didepannya tanpa seizin Nadira.

Mata Nadira menelisik penampilan Pria didepan nya. Pria itu membawa sebuah buku ditangan nya, membuat Nadira enggeh jika dirinya sedang di perpustakaan.

"Apa menangis dengan jangka waktu lama bisa mengakibatkan halusinasi seperti ini?" Batin Nadira yang merasa aneh dengan situasi sekarang.

Pria itu seperti mengenalinya, sampai sampai tangan Pria itu menyondorkan buku yang ia genggam pada Nadira.

"Lu mau baca buku ini?" tanya Pria itu sambil tersenyum, membuat nadira menatapnya datar.

"Aku tak punya waktu untuk membaca buku fiksi."

Berbeda dengan perkataan Nadira yang diucapkan dalam hati, gerak tangan nadira mulai mengambil buku itu dari tangan Pria didepan nya.

Tangan Nadira membalik balikan buku, untuk membaca prologue dan judul buku "Ada apa dengan tanganku?. Mengapa dia bergerak sendiri tanpa aku perintah." batin Nadira.

Nadira membaca judul dan prologue buku yang diberikan, selesai membaca kepala Nadira mendongkak membuat matanya bertatapan dengan Pria didepan nya.

"Gimana prolog nya? Menarik banget kan?" suara Pria itu terdengar antusias ditelinga Nadira, membuat Nadira hanya bisa membatin.

"Aku tidak tertarik dengan kisah anak SMA."

Mereka saling bertatapan karna Nadira tidak bisa menggerakan bibir atau tubuhnya, ia hanya bisa membatin dengan tubuh yang bergerak sendiri.

Sampai akhirnya dering handphone menghentikan sesi tatap mereka, Pria itu mengambil handphone nya lalu menampilkan raut canggung pada Nadira.

"Sorry, gua cabut duluan karna temen gua udah calling" ucap Pria sambil menunjukkan handphone pada Nadira, lalu mematikan telepon.

"Buku nya simpen aja, besok gua ambil lagi disini" setelah mengucapkan itu, Pria itu langsung melangkah pergi meninggalkan Nadira.

"Ini momen aneh, dengan situasi aneh" batin Nadira yang mulai merasa jijik.

Kepalanya mulai menunduk, membuat Nadira membaca judul buku lagi. Jari jari lentiknya mulai membuka lembaran buku ditangan nya.

"Kenapa nama putriku, dan lelaki itu ada disini?" heran Nadira saat dirinya menemukan nama Mauren dan Darren, lelaki yang dikabarkan mengencani Mauren dan membuat Mauren membuli seseorang.

Buku yang berjudul - Double D - menceritakan Awal yang bahagia untuk Mauren dan Darren, sampai akhirnya Mauren harus berpisah dengan Darren karna dirinya dipilih sebagai siswi pergantian disekolah nya.

Darren yang ditinggalkan Mauren pun hanya bisa menerima nasibnya, karna Darren tak ingin menghalangi masa depan Mauren.

Mereka berdua terus berkomunikasi secara online, sampai akhirnya Darren diceritakan mulai berjaga jarak dengan Mauren karna tertarik dengan gadis lain.

"Ini terlalu aneh untuk dibilang ketidak sengajaan"

Nadira terus menerus membaca adegan yang ada dinovel, ia merasa novel ini mirip sekali dengan hal yang diperdebatkan nya dengan Mauren tadi.

Bahkan kejadian Nadira tidak menghadiri pertemuan orang tua, saat Kasus Mauren membuli teman sekolah nya yang bernama Dira tertulis di novel ini.

Cerita nya terus berlanjut, dengan sikap Mauren yang terlihat terobsesi dimata Nadira. Mauren bahkan berusaha mencelakai Dira, sampai sampai Mauren mati terbunuh ditangan Darren.

"Ceritanya clasic banget kan?" Nadira terkejut dengan suara disebelahnya, Ia menatap Perempuan yang sedang menatap pada lembaran buku yang ia buka.

"Tapi cerita ini booming, karna ceritanya yang clasic." Perempuan itu menatap mata Nadira, membuat mereka saling bertatapan

"Dan bisa bisanya lu baru baca sekarang" ucap Perempuan itu sambil menatap Nadira tajam.

Perempuan disampingnya mengambil buku ditangan Nadira, dan menutup nya membuat mata Nadira menyipit.

"Kenapa perempuan ini, bersikap seenaknya?." batin Nadira sambil menatap Tajam perempuan didepan nya.

"Kenapa? Lu berharap ada ending lain selain kebahagiaan Darren sama Dira?"

"Ya."

"Jangan bilang lu berharap Darren ke tabrak truk pas hari H pernikahan nya?" ucap Perempuan itu dengan antusias, membuat Nadira hanya bisa menggaguk meski bukan itu jawaban nya.

Perempuan yang melihat respon Nadira pun hanya bisa tertawa terbahak bahak, membuat tampang Nadira yang sedari tadi datar tambah datar.

"Kenapa dia tidak melihat situasi disekitarnya?" batin Nadira yang merasakan tatapan tajam mengarahkan pada meja mereka.

Tangan Perempuan itu menepuk bahu Nadira, dengan suara tawa nya mulai mereda. Perempuan itu menatap Nadira sok kasihan.

"Mau lu kayang seribu taun pun, kalau lu bukan author asli cerita ini lu ga bakalan bisa ubah" ucap Perempuan itu.

"Saya bisa" yakin Nadira, membuat Perempuan itu terkekeh.

"Tanpa jadi Author?" ucap Perempuan itu yang diangguki Nadira, Perempuan disebelahnya menghela nafas lalu tersenyum.

"Kemauan lu keren, cuma buang buang dulu deh pikiran lu." santai perempuan itu, membuat Nadira menatapnya tajam.

"Kaya nya cuman lu deh, yang bertahan peduli sama Mauren." celetuk perempuan itu setelah beradu pandang dengan mata marah Nadira.

"Soalnya, gue juga kasihan sama Mauren. Cuman itu ga bertahan lama, karna sikap Mauren yang menjadi jadi."

"Tapi gue juga paham si, rasanya ga dipeduliin sama orang tua"

"Maksud anda?" Perempuan itu memutarbola matanya dengan malas, saat dirinya mulai jengan dengan perkataan formal dari sahabatnya.

Meski begitu, Perempuan itu tetap menjawab perkataan Nadira.

"Gue ngeliat Mauren sebagai orang yang haus kasih sayang, dari pada kurang belai an." tatapan tajam Nadira mulai menusuk kulit kulit perempuan disebelahnya.

Namun perempuan itu terus melanjutkan perkataan nya. "Setiap ada panggilan orang tua, ortu Mauren ga pernah dateng. Dan ga ada satu pun bab dimana Mauren berinteraksi sama ortu nya."

"Lu pikir, cinta dari orang lain ga bakalan ngebutain cewe yang haus kasih sayang?. Jangan bilang kalau lu ga ngerasa Mauren haus kasih sayang karna cuma mentingin nilainya di awal?"

"Jangan berkata seolah anda tau semuanya." ucap Nadira dengan ego yang mulai bangun, meski hatinya merasa ucapan yang dikatakan Perempuan disampingnya itu benar.

"Gimana gimana gue gatau? Orang gue ada diposisi cewe itu. Posisi dimana gue mau orang tua ngulurin tangan nya sendiri, tanpa harus ngemis atau ngasih penghargaan" lirih Perempuan itu.

Degh

Degh

Degh

Detak jantung Nadira berdecak cepat membuat rasa sakit menjalar ditubuh Nadira, membuat Nadira mengatur nafasnya.

"Ra, lu baik baik aja?" ucapan perempuan disamping nya tak Nadira pedulikan, ia mulai menutup matanya saat tak kuat dengan rasa sakit ditubuhnya.

Nadira kira ia akan mati, tanpa meminta maaf pada Mauren setelah mendengar perkataan Perempuan disebelahnya, Nadira mulai mengakui bahwa dirinya salah.

Tindakan nya yang seolah olah tahu tentang Mauren, tindakan nya yang mengedepankan ego nya, Nadira akui Nadira salah.

Air mata Nadira mulai mengalir saat bertatapan dengan Mauren yang menatapnya dingin. "Hei, nak. Bisakah kita memulai dari awal" ucap Nadira dengan nada serak

Single Mom Of The Villian Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang