Overreaction

64 6 0
                                    

"Hyukjae! Buka pintunya!"

Donghae menggedor-gedor pintu apartemen Hyukjae dengan brutal. Memanggil-manggil nama Hyukjae sepeti orang gila. Namun tidak ada satu panggilan pun yang disahuti oleh sang pemilik nama.

Sudah lima belas menit Donghae berdiri disana, namun Hyukjae tak kunjung membuka pintunya. Ia menjambak rambutnya, meruntuki dirinya sendiri, yang membuat Hyukjae menjadi seperti ini.

"Gak ada pilihan lain" gumamnya, lalu jari-jarinya mulai bergerak, membuka sandi apartemen Hyukjae dengan lancar. Menyusun angka-angka acak yang sudah dihafalnya di luar kepala.

Donghae sebenarnya sudah lama tau sandi apartemen Hyukjae. Namun ia tidak pernah membukanya tanpa sepengetahuan Hyukjae. Ia juga masih menghargai Hyukjae, akan sangat lancang jika ia melakukan hal itu.

Namun pengecualian untuk saat ini. Ia sangat khawatir pada Hyukjae. Sahabatnya tadi mengatakan akan pergi meninggalkannya.

/Cklek/

Pintu itu terbuka, menampakkan keadaan dalam apartemen Hyukjae yang gelap, sepi, seperti tidak ada kehidupan didalamnya.

"Hyukjae" Donghae berusaha memanggil nama Hyukjae, mencari Hyukjae ke segala penjuru rumah. Namun nihil, Hyukjae tidak ada.

Apa ia sudah terlambat? Apa Hyukjae sudah pergi? Pergi meninggalkannya sendirian. Hyukjae sudah tidak mau mengenalnya lagi, bahkan Hyukjae ingin melupakannya dari ingatannya.

Memikirkan hal tersebut, tubuh Donghae rasanya melemas. Bahkan kakinya sudah tidak sanggup lagi menahan berat tubuhnya. Ia merosot jatuh, di lantai apartemen Hyukjae yang dingin.

Dadanya terasa sangat sesak, matanya memanas. Sakit. Itu yang Donghae rasa.

Sungguh ia menyesal tidak menyadari perasaanya selama ini. Tanpa ia sadari, ia juga mencintai Hyukjae, bahkan sangat dalam. Donghae tidak bisa membayangkan hari-harinya tanpa Hyukjae. Hyukjae itu bagai oksigennya.

Ditengah-tengah kegiatan khusuknya meruntuki dirinya sendiri, telinga Donghae menangkap suara yang berasal dari pintu. Suara itu seperti suara sandi pintu yang ditekan.

Donghae menatap lekat pintu itu, berharap jika Hyukjae yang datang, ia sangat berharap jika Hyukjae berubah pikiran dan tidak jadi meninggalkannya.

Dan benar saja, ketika pintu itu terbuka, nampak lah sesosok bertubuh pendek yang tenggelam di hoodie yang kebesaran. Senyum Donghae merekah, ia sangat hafal proposal tubuh itu.

Itu Hyukjae.

Donghae tidak bisa menahannya lagi, dengan segera ia bangkit dan berlari mendekati Hyukjae yang terdiam di depan pintu.

Donghae berlutut di hadapan Hyukjae dan memeluk pahanya dengan erat. Seketika itu, air matanya luruh. Ia meraung-raung sepeti bocah ingusan yang menyebalkan. Itu adalah pelampiasan rasa sakit yang Donghae rasa tadi.

Mengabaikan Hyukjae yang terbengong-bengong mendapati kelakuan Donghae saat ini. Ia masih belum bisa mencerna kejadian yang terjadi.

"Sebenernya lu kenapa sih?" Tanya Hyukjae pada Donghae yang menggelayuti lengannya seperti anak monyet.

Sekarang mereka berdua tengah duduk di sofa milik Hyukjae. Dengan Donghae yang tidak mau melepaskan Hyukjae sedikitpun. Hyukjae menatapnya jengah, merasa aneh dengan sifat Donghae yang manja ini.

"Lu! Jangan! Pergi!" Ujar Donghae penuh penekanan. Bibirnya mengerucut dan hidungnya memerah karena habis menangis.

Dasar bayi...

"Siapa lu larang-larang gue pergi?" Tanya Hyukjae dengan nada yang sewot. Donghae meliriknya sinis, merasa tersinggung dengan perkataan Hyukjae barusan.

[✓] All About You || HaehyukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang