#3

57 5 0
                                    

| Aku tahu kalau kamu masih takut mati.

“Tubuh kamu banyak lukanya, nggak mau diobatin?”

Eunseok menatap 'sosoknya' dari cermin kamar mandi, lantas tatapannya perlahan menelisik bagian tubuhnya yang sekarang tak tertutup sehelai benang pun.

Memar di mana-mana, luka yang tidak dirawat dengan benar menghias di tiap inchi tubuh ringkih nya. Dia menghela napas lantas menggeleng pelan.

Why? nanti bisa infeksi, lhoo!”

“Keren nggak sih?” Eunseok berbalik untuk menatap kelopak mata hazel Beomseok yang persis sama dengannya, “Lukanya, keren kan? kamu aja nggak punya.”

Beomseok menggeleng pelan, setelah beberapa hari bersama Eunseok, dia belum begitu paham dengan pola pikir sosoknya di masa ini.

“Biar aku bantu ngobatin lukamu,” jawab Beomseok.

“Dibilang nggak usah! ngapain sih ngeyel?”

Beomseok menghela napas kesal, “Kamu ini beneran mau mati ya? luka mu itu nanti bisa infeksi!”

Eunseok ikut mengalami napas kasar, dia mengambil handuk untuk menutupi asetnya. Lantas keluar dari kamar mandi meninggalkan Beomseok yang gusar dan setengah jengkel.

Beomseok mengekori, saat sadar bahwa Eunseok hanya berniat untuk duduk di ranjang bukan memakai pakaiannya, dia segera mengambil kotak P3K dan duduk di samping Eunseok.

“Aku tahu kalau kamu masih takut mati,” ujar Beomseok girang saat berhasil dalam langkah mengobati luka Eunseok.

Sentuhan kapas pada lukanya membuat Eunseok meringis menahan sakit, “Dipikir aku bodoh kayak kamu?”

Beomseok lagi-lagi tergelak untuk sekian kalinya, jika diingat-ingat dia memanglah manusia bodoh dulu. Dia mengakui itu 100%, karena memang ibunya juga beranggapan serupa.

“Sudah?”

“Sedikit lagi.”

Eunseok mangut-mangut. Jujur saja sebenarnya Eunseok tidak mau momen ini cepat selesai. Siapa yang tidak suka bila ada orang yang perhatian denganmu?

Ibunya saja jarang sekali mau mengobati luka-lukanya, tak ayal sedikit perhatian kecil dari sosok dirinya yang lain membuat Eunseok merasa begitu tersanjung dan dicintai.

Tuhan, bolehkah kali ini Beomseok selalu bersamanya? baru beberapa hari dia membangun relasi dengan Beomseok dia sudah begitu senyaman dan seaman ini.

“Eunseok!”

“Ya?”

“Jangan pernah sakiti dirimu sendiri lebih dari ini, aku ikut sakit melihatnya.”

Tuhan, tidakkah Beomseok adalah malaikat yang memberikan harapan untuknya memulai hidup yang lebih baik?

***

Let me die ; song eunseokTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang