2

5 2 2
                                    

~Lawan rasa takutmu, jangan biarkan ketakutan menguasai dirimu~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~Lawan rasa takutmu, jangan biarkan ketakutan menguasai dirimu~

******

Bulan purnama memunculkan dirinya di gelapnya malam, menjadikan malam semakin mempesona. Cahayanya tanpa izin masuk melalui jendela kamar seorang gadis mungil yang tengah merenung di sana. Dikelilingi oleh keheningan malam yang sunyi namun menenangkan, dia terpaku pada pemandangan langit yang mempesona di atasnya.

Dengan tatapan yang penuh harapan, gadis itu memandang bulan yang terang bersama ribuan bintang yang bersinar di langit malam. Mereka menyinari malam dengan kecantikan mereka, menciptakan malam hari yang memukau di alam semesta.

Namun, di tengah keindahan itu, ada rasa sendiri yang membuat hatinya sesak. Dia merasa terpisah dari keindahan itu, merindukan kehangatan sosok-sosok tercinta yang telah meninggalkannya. Dengan hati yang penuh keinginan, dia mengirimkan doa dan harapan kepada mereka yang telah berpulang, berharap bahwa mereka dapat merasakan kehadirannya di sana.

"Ma, pa. Aku baik-baik saja di sini," bisiknya dengan lembut, menyampaikan salam dan kerinduan kepada orang tua yang telah tiada.

Namun, di balik senyumnya yang terpancar, tersembunyi rasa kesepian yang dalam. Gadis itu merasa seperti bulan, yang meski dikelilingi oleh ribuan bintang, tetap merasa sendiri di langit yang luas. Keheningan malam hanya menambah kesunyian dalam hatinya, membuatnya merindukan kehadiran teman-teman yang bisa menemani langkahnya di dunia ini.

Kalau di pikir pikir, seharusnya Aca mudah dalam mencari teman. Tapi, mengingat dia seorang introvert membuatnya susah mencari teman, dan sulit untuk berbaur.

"HAAAAHHHHH....." Teriak Aca frustasi. Menarik rambut dengan kuat untuk mengilangkan stres di kepalanya.

Menghela napas dalam-dalam. Dia menyadari bahwa sifat introvertnya semakin menjadi, dan menyebabkan dia membatasi dirinya. Sifat itu, bagai benalu yang mengakar kuat dalam hidupnya, sulit untuk diatasi.

Aca tahu bahwa dia tidak boleh menyerah begitu saja pada sifatnya yang menghambat pertumbuhannya. Dia membutuhkan bantuan, dorongan dari luar untuk membantu mengatasi rasa takut dan ketidakpastiannya.

Kalian punya saran untuk Aca, agar Aca tidak lagi terjebak dalam situasi ini?

****

Suara Bell yang berdentang memecah keheningan pagi, menyadarkan Aca dari lamunan panjangnya. Dia merenung sejenak, membiarkan pikirannya terjebak dalam siklus kehidupan yang monoton yang sudah terlalu lama menjadi rutinitasnya.

Bangun pagi, pergi ke sekolah, pulang, belajar, dan tidur. Begitu teratur, begitu monoton. Tidak ada warna, tidak ada cerita menarik yang bisa diingat. Aca merasa seperti figuran dalam kehidupannya sendiri, dengan rutinitas yang membosankan.

Dalam lamunan, Aca mulai merenung tentang apa yang akan dia ceritakan jika dia menjadi seorang ibu suatu hari nanti. Dia tidak ingin anaknya mengalami kehidupan yang sama seperti dirinya, menjalani kehidupan tanpa pengalaman berarti.

First BookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang