Sing menggosok rambutnya yang basah dengan acak membuat air menetes tak beraturan. Pemuda itu menatap kamar apartemennya yang sederhana, tapi sangat nyaman.
Tak lama ketukan di pintu menyita perhatiannya, Sing memakai bajunya dan berjalan untuk membuka pintu.
Matanya disuguhkan dengan Jayyan dan kucing di antara kedua kaki pemuda pendek itu. Jayyan mengangkat kedua tangannya yang menggenggam piring yang lumayan besar berisi kue. Sing menatap bertanya tepat pada netra Jayyan yang teduh.
"Karena kamu penghuni baru disini, jadi aku menyambutmu Sing. Cepat terima tanganku pegal."
Sing buru-buru menerima piring berisi kue tersebut dari tangan Jayyan. "Silahkan masuk." Ucapnya.
Dengan kucingnya, Jayyan masuk. Pemuda pendek itu tidak bisa untuk tidak tercengang. Kenapa apartemennya berbeda dengan Sing? milik Sing bagus sekali.
Sing berjalan ke arah meja makan untuk menaruh kue yang diberikan Jayyan, tapi pemuda itu mendengar Jayyan berucap kecil.
"Apa apaan? AC di apartemenku hanya satu tapi milik Sing tiga?! bukankah bibi apartemen terlalu pilih kasih? Ya kan Meng?" Kucing itu hanya mengeong untuk menyahut ocehan Jayyan.
Menggeleng kecil. "Kamu bisa tidur disini jika kamu mau." Sing menarik sudut bibirnya singkat saat menatap Jayyan yang mencebik. Pemuda pendek itu duduk di sofa.
"Tidak terimakasih, aku berisik saat tidur, bisa-bisa kau merasa kamarmu gempa." Kucing itu mengeong lagi membuat Jayyan mendelik.
"Hei aku tidak menyuruhmu untuk menyetujui apa yang aku katakan! kamu diet saja nanti! dasar kucing nakal!" lagi-lagi kucing itu mengeong melas, salah apa dia mempunyai pemilik tidak masuk akal seperti Jayyan?
Sing hanya menghela nafas. Pemuda tinggi itu duduk di sofa tunggal dan menatap kucing yang tengah menjilati kaki Jayyan meminta permohonan. Sing menatap Jayyan. "Siapa namanya?"
Jayyan mendengus. "Namanya Meng, jangan berdekatan dengannya, dia sangat nakal!" Kucing itu lagi-lagi mengeong memelas.
"Sudahlah, aku mau pulang saja." Jayyan berdiri dari duduknya. Membuat Sing mengernyit.
"Kenapa terburu-buru?"
Jayyan berbalik, menatap Sing dengan senyuman lucunya. "Kau mau aku menginap?"
Pemuda tinggi itu hanya diam. Memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana yang ia kenakan sembari menatap pergerakan Jayyan yang kesusahan memakai sendal karena Meng mengganggunya.
Jayyan menatap Sing sekali lagi. Pemuda itu mengangkat ponselnya. "Ingin bertukar kontak?"
Mengangkat alisnya, Sing tidak bisa untuk tidak tersenyum. Dengan menggelengkan kepalanya kecil. Sing membuka ponselnya dan mengscan nomor Jayyan. "Sudah."
Pemuda pendek itu tersenyum senang. Menggendong kucingnya, dan membuka pintu apartemen. Tapi sekali lagi, Jayyan berbalik. "Aku bukan orang China." Setelahnya pemuda kecil itu menutup pintu Sing dan berbicara menuju kamarnya sembari mengobrol dengan Meng.
Sing tersenyum kecil, pemuda tinggi itu terkekeh.
o0o
Sing menatap restoran besar di depannya. Pemuda itu merapikan bajunya, melangkah masuk. Seorang manajer menghampirinya dan membungkuk dalam. Sing menepuk bahu manager itu pelan. "Sudah biasa saja."
Manager itu mengangguk paham. Berdiri tegak dan mulai mempersilahkan Sing mengelilingi restoran yang terlihat sepi itu. Padahal restoran milik keluarganya itu termasuk sangat luas. Tapi belum bisa menarik banyak pembeli.

KAMU SEDANG MEMBACA
Miao!
FanfictionJust a fiction! Jayyan pernah bilang, 'jangan terlalu banyak bersedih, kau pasti akan menemukan orang yang membuat hari-harimu jauh lebih baik.' Benar, Sing sekarang percaya perkataan yang Jayyan lontarkan padanya saat mereka baru pertama kali bert...