Jayyan menjilat es cream yang hampir meleleh di genggamannya. Matanya melirik Sing yang tengah menenteng dua kantung besar berisikan berbagai macam bumbu dan sayur.
"Sing, kamu mau?" Tangan Jayyan terangkat, menyodorkan es cream yang sepenuhnya sudah ia jilat. Pemuda mungil itu tersenyum lebar saat Sing menatapnya dengan sebelah alis yang terangkat.
Ya- sebelum senyum lebar itu kembari menyusut dan meninggalkan lipatan bibir dengan penuh perasaan sebal disana. Jayyan tak percaya, padahal ia hanya basa basi!
TAPI SING MELAHAP SEMUA ES CREAM MILIKNYA!
Garis bawahi, melahap semua!
Jayyan menghentakkan kakinya sebal dan merengek menatap stik di genggamannya tangannya. Netranya beralih menatap punggung lebar Sing yang perlahan menjauh.
"SING! DASAR ANAK INI!" Jayyan berlari, tidak memperdulikan poninya yang bergerak tak beraturan.
Sing berhenti, dan membalikkan badannya. Pemuda dengan tubuh tegap itu menarik senyuman miringnya, menahan pergelangan tangan Jayyan yang hampir bertubrukan dengan dadanya.
Menghentikan langkahnya, Jayyan berhenti. Ia mendongak, menatap Sing yang tengah tersenyum mengejek kearahnya. "Jangan mengejekku!" Jayyan berusaha menarik pergelangan tangannya, tapi usahanya sia-sia.
Bahkan cengkraman Sing tidak melonggar sama sekali. Pemuda mungil itu menarik tangannya kuat, mata bulatnya menyala jengkel.
Sing terkekeh kecil, dengan mudah melepaskan pergelangan tangan Jayyan. Sing berbalik, melanjutkan langkahnya.
Tetapi dengan tangan yang merengkuh pinggang Jayyan, pemuda tinggi itu menarik sudut bibirnya pelan. Melirik Jayyan yang menatapnya aneh.
"Kenapa memandangku seperti itu?" Sing menunduk kecil, bibirnya hampir bersentuhan dengan telinga Jayyan. Sing berbisik.
Jayyan berkedip. "Kenapa kamu memelukku?" Jayyan ikut berbisik.
Menegakkan kembali tubuhnya, Sing menghendikkan bahu. Menjilat bibir bawahnya singkat. "Agar kamu tidak hilang." Jawabnya asal.
Dengan ekspresi bingung yang menggemaskan, Jayyan berkedip. "Bukankah seharusnya aku yang mencemaskan kamu?"
Selanjutnya, Sing tidak bisa menahan ekspresi terkejutnya. Tangan Jayyan masuk, melingkari pinggangnya dan merapatkan tubuhnya. Sing tidak bisa berkata-kata.
Pemuda tinggi itu terlalu terkejut hingga menghentikan langkahnya dan menatap Jayyan. Jayyan menatapnya balik dengan pandangan polos.
Pemuda mungil itu meremat pinggang Sing, tersenyum lebar setelahnya. "Aku akan menjagamu juga Sing! Aku takut kamu hilang." Jayyan berucap, dengan nada polosnya.
Sing melongo. Yang benar saja.
"Dasar." Sing mengusak surai coklat milik tetangga barunya itu. Tidak ada yang bisa menjelaskan bagaimana perasaannya sekarang.
Apakah Sing beruntung memiliki tetangga imut seperti Jayyan? Entahlah, Sing rasa tidak hanya beruntung. Jayyan benar-benar memperbaiki hari-harinya.
Mungkin nanti Sing harus membuat perayaan kecil untuk lingkungan barunya yang nyaman.
Pemuda bertubuh tinggi itu menarik Jayyan untuk lebih mendekat, pinggang Jayyan yang ramping terasa pas di pelukannya.
Tanpa sadar sudut bibirnya tertarik, membentuk senyum manis yang baru pertama kali ia sematkan di negara yang baru ia tinggali ini.
Di temani hangatnya mentari pagi, Jayyan mengoceh di setiap langkahnya, dan Sing hanya mengangguk dan tersenyum kecil menanggapi.
Sejujurnya, mereka terlihat manis.

KAMU SEDANG MEMBACA
Miao!
FanfictionJust a fiction! Jayyan pernah bilang, 'jangan terlalu banyak bersedih, kau pasti akan menemukan orang yang membuat hari-harimu jauh lebih baik.' Benar, Sing sekarang percaya perkataan yang Jayyan lontarkan padanya saat mereka baru pertama kali bert...