Lembaran Dua: Aku dan Ketidaksempurnaan

200 35 2
                                    

Aku ingat ada sebuah kata-kata bijak yang tak sengaja ku baca di internet, "Tidak ada seorangpun yang sempurna. Kita semua hanya selangkah dari binatang buas dan satu langkah dari para malaikat." Saat itu aku sedikit lega bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini. Itu artinya bukan hanya aku yang memiliki kekurangan.

Tapi aku lupa bahwa tabiat manusia selalu merasa hebat. Aku melupakan kenyataan bahwa meski merasa setara, bagi orang lain aku adalah ketidaksempurnaan yang nyata.

"APA MAKSUD KAMU LARANG-LARANG AKU PERGI?!! AKU BEBAS MELAKUKAN APAPUN, AKU GAK MAU TERJEBAK DISINI BERSAMA ISTRI GAK BERGUNA DAN ANAK CACAT. AKU CUMA MENGHABISKAN UANG DAN WAKTU UNTUK KALIAN BERDUA. AKU GAK MAU TAU, DALAM WAKTU DUA HARI KALIAN HARUS ANGKAT KAKI DARI RUMAH INI!"

Saat itu usiaku sembilan tahun. Aku hanya terdiam mendengar suara menggelegar papa membentak mama. Malam itu adalah puncak dari seluruh pertengkaran kedua orangtuaku. Papa menceraikan mama dan mengusir kami berdua dari rumah. Aku tidak banyak bertanya saat mama membawaku pergi. Aku mengikuti langkah mama menyusuri jalan tanpa tujuan. Hingga akhirnya berhenti di depan sebuah bangunan tua bertuliskan "Panti Asuhan Harapan".

"Karin tunggu mama disini yaa. Mama janji akan jemput Karin. Mama akan berikan kehidupan yang lebih baik suatu saat nanti. Karin mau kan tunggu mama disini?" Mama berjongkok di depanku, membelai rambut panjangku sambil terisak.

Aku menggeleng. Aku tidak paham. Mama mau kemana? Kenapa aku harus tinggal disini? Pertanyaan-pertanyaan itu seketika bermunculan di kepalaku.

"Karin ingat kan disini sering sakit?" Mama menyentuh dada kiriku lembut. "Mama mau Karin sembuh. Mama mau Karin sehat, bisa main kaya anak-anak lain. Jadi mama harus pergi sebentar, mama janji jemput Karin lagi."

Hari itu, suka tidak suka, meski aku menolak setengah mati, mama tetap pergi, membiarkan aku menangis keras di dekap oleh pemilik panti asuhan. Kenapa mama harus pergi agar aku sembuh? Aku tidak masalah merasakan sakit ini terus-menerus, asalkan mama selalu bersamaku. Hanya mama satu-satunya yang kumiliki. Aku terduduk lemas, seiring dengan hilangnya sosok mama di balik pagar panti asuhan.

☘️

Pagi menjelang hangat, tipis-tipis sinar matahari masuk lewat jendela yang terbuka. Aku turun menuju dapur sambil mengacak-acak rambut pelan. Masih dengan keheningan sebelumnya, hanya terdengar suara tetesan air bocor dari wastafel kamar mandi. Aku menguap pelan, berjalan mendekati kulkas. Karena semalam cukup panas, udara pagi ini juga terasa panas. Aku membuka kulkas, mengambil satu botol air mineral. Namun, mataku tak sengaja melihat sesuatu yang berbeda di dalam kulkas. Ada kotak lumayan besar di dalam sana, isinya kue dengan topping penuh strawberry. Aku mengambil note yang ada di atas kotak kue tersebut.

"Happy birthday sayang, maaf mama tidak bisa merayakannya bersamamu. Mama harus bergegas berangkat ke bandara. Mama berdoa, semoga putri kesayangan mama selalu sehat. Have a nice day, dear. Jangan lupa hari ini bertemu dokter Joanne." - Mama.

Aku menghela napas panjang, menatap kue strawberry di tangan. Ada rasa kecewa menyelusup dalam hati. Satu, karena hari ini bukan hari ulangtahunku. Ulang tahunku masih seminggu lagi. Dua, aku tidak suka kue strawberry, bahkan aku alergi strawberry. Tiga, mama tidak menyempatkan diri untuk menemuiku. Padahal apa susahnya membangunkanku sebentar jika memang mama terburu-buru, aku bukan tipe orang yang sulit bangun, suara sekecil apapun bisa membuatku terbangun.

Aku mengembalikan kue strawberry itu ke dalam kulkas, begitu pula air mineral yang ku ambil tadi, mendadak rasa hausku hilang. Aku mengambil ponsel yang ada di saku piayam, mengetikkan beberapa pesan pada seseorang.

How Can You Love Me || JaemrinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang