Tangannya digenggam dengan begitu erat, sedangkan tubuhnya masih terbaring kaku dengan alat medis menempel pada tubuhnya, matanya itu seperti tidak lelah tertutup. Hampir dua bulan lamanya, setelah tragedi yang menyakitkan.
"Kapan kau akan bangun Sunghoon? Apakah kau tidak merindukan ku?" Suaranya terdengar begitu sendu, menatap seseorang didepannya yang masih terbaring lemah tanpa ada tanda tanda kehidupan.
Jika saja pada saat itu dirinya tidak memilih pergi, hal itu tidak akan terjadi. Sunghoon, kesayangan nya akan baik baik saja. Rasa penyesalan begitu terasa di hati , sampai detik ini dirinya belum menemukan siapa dalang dibalik semua hal yang terjadi.
Pintu terbuka perlahan, menampakkan wajah seorang wanita yang terlihat masih segar walaupun umurnya sudah kepala empat. Tapi terlihat sedikit keriput diwajahnya tapi tetap saja wanita itu terlihat masih segar dan cantik.
"Sampai kapan kau akan selalu menunggunya, Heeseung? Dokter bilang jika dia tidak ada kesempatan untuk hidup, dia masih bertahan karna alat medis yang membantu nya,"
"Aku percaya pada hatiku ibu, hatiku mengatakan bahwa Sunghoon tidak akan meninggalkan ku," Heeseung perlahan mengecupnya jari jemari Sunghoon yang digenggamnya. Entah bagaimana air matanya mengalir tanpa izin, membasahi jemari nya begitu pun jemari Sunghoon. Sedangkan sang ibu yang berada tidak jauh hanya memalingkan matanya. Menatap Sunghoon yang masih tidak sadarkan diri dengan tatapan yang sulit di artikan.
<<<>>>
Heeseung memasuki kamar inap Sunghoon, masih belum terbangun dari tidur pulas nya. Heeseung mendudukkan diri dikursi samping ranjang, mengecup pelan pucuk kepala yang dicintainya. Wajah yang terlihat begitu pucat, Heeseung tidak menyukai nya. Satu tangannya menggenggam jemari Sunghoon sedangkan satunya mengelus pucuk kepala Sunghoon. Rambut Sunghoon terlihat lebih panjang, hingga mencapai kerah baju rumah sakit.
"Satu Minggu lagi ulang tahun kamu, kamu pasti engga mau kan kalau kelewat hari ulang tahun kamu? Kalau begitu ayo bangun dari tidur mu, aku tau tidur mu pasti sangat nyaman. Sunghoon ayo bangun dari tidurmu, aku berjanji tidak akan meninggalkan mu lagi,"
Hening, tidak ada jawaban sama sekali, hanya suara alat monitor yang terdengar. Heeseung sangat merindukan suara Sunghoon, merindukan omelannya dan perhatian Sunghoon. Heeseung merindukan Sunghoon.
Perlahan, Heeseung membawa tubuhnya berbaring disebelah Sunghoon, ranjang rumah sakit itu sedikit lebih lebar hingga sedikit muat untuk Heeseung berbaring bersama kesayangannya. Membawa tangannya dan tangan Sunghoon berada di perut Sunghoon, sedangkan tangan satunya sebagai bantalan dirinya.
Jari Heeseung mengusap perlahan jari Sunghoon, memberikan kehangatan di malam yang dingin. Perlahan Heeseung menutupi matanya berharap besok Sunghoon membuka matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Línea Del Destino
FanfictionGaris takdir Sunghoon sudah begitu rumit, namun semakin bertambah rumit setelah dirinya melompat ke sungai Han untuk bunuh diri. Sunghoon berfikir dirinya sudah tiada namun sepertinya tuhan masih memberikannya kesempatan kehidupan, menjalani kehidu...