2

207 27 22
                                    

Orion masuk ke dalam toilet yang ada pada ruang rawat inap remaja laki-laki itu untuk membersihkan diri sebelum tidur. Ia memilih untuk mandi dengan air hangat, selain karena dingin, mandi air hangat juga memberikan efek positif pada kesehatan tubuh. Air hangat dapat membantu merelaksasi otot, meningkatkan sirkulasi darah, dan melepaskan ketegangan yang terakumulasi selama beraktivitas seharian.

Setelah selesai, Orion kemudian beralih ke tepi ranjang remaja berkulit putih yang ditolongnya untuk membenarkan selang infus yang sedikit terlipat.

Sedikit informasi, saat seseorang harus mendapatkan perawatan di rumah sakit, umumnya mereka mendapatkan infus tangan. Tujuannya adalah untuk memberikan obat langsung pada pembuluh darah vena dalam bentuk cairan.

Rute intravena yang letaknya berada di lekukan bagian dalam sendi siku ini dipilih jika obat tidak dapat diberikan melalui rute lain, seperti mulut atau jika memang diperlukan untuk mencapai lokasi target dengan cepat misalnya dalam keadaan darurat. Melalui infus tangan, obat dapat menjangkau seluruh bagian tubuh.

Berkaitan dengan remaja tersebut, Orion keheranan sendiri, entah apa yang dilakukan remaja laki-laki itu ketika tidur hingga menyebabkan selang infusnya terlipat dan darahnya sedikit naik.

Lazimnya, darah pada selang infus ini akan naik setelah pasien melakukan aktivitas yang melibatkan pergerakan tangan cukup banyak. Misalnya, saat pasien baru saja pergi ke toilet atau banyak bergerak ketika tidur.

Kondisi ini umumnya terjadi karena beberapa faktor, seperti penjepit pada selang infus tidak tertutup saat sedang melakukan aktivitas yang melibatkan pergerakan yang cukup banyak di daerah terpasangnya infus atau karena selang infus yang tergulung atau terlipat, persis seperti yang dialami remaja berkulit putih itu.

Lama bergulat dengan kegiatannya, pergerakan Orion tiba-tiba terhenti saat membran timpaninya mendengar kalimat yang keluar dari mulut remaja tersebut.

"Plea-se, do-n't hur-tt me-.." Lirih remaja laki-laki itu sembari menunjukkan ketakutan di wajahnya.

Orion mendekat, secara impulsif  menggenggam jemari remaja tersebut. "Hey, you alright?"

"It wa-ss re-ally s-sor-e.. " Netra monolid remaja itu terpejam, namun bulir keringat terus membasahi pelipisnya, keningnya ikut berkerut menunjukkan ketidak nyamanan.

"Oke..wait. Wait a minute. Let me check first." Ujar Orion kemudian melakukan pemeriksaan pada perut remaja tersebut, sebab sejak tadi remaja itu terus menekan salah satu organ penting dalam sistem pencernaan ini.

Remaja itu bergerak meringkuk hingga menyulitkan Orion yang sedang memeriksanya, "Ple-ase hel-pp me, I-'am af-raid.." Ucap remaja tersebut dengan suara kecil diiringi sedikit rintihan.

"You have nothing to be afraid of, I am here." Kata Orion menenangkan seraya menangkup kedua pipi remaja di hadapannya.

"S-sa-ki-tt." Balas remaja itu semakin meringkuk-an tubuhnya.

"Iya saya ngerti, kamu tenang dulu ya, saya mau bantu kamu biar sakitnya ilang." Kata Orion sembari mendekatkan wajahnya, ia menyisir surai remaja tersebut ke belakang.

Kalimat penenang yang sedari tadi Orion berikan sepertinya tidak mempan, remaja itu terus mengucapkan kata 'sakit' dan 'takut'.

Orion jadi kelimpungan sendiri, ia semakin tidak tega melihat kondisi remaja di hadapannya.

Secara impulsif, Orion memeluk remaja itu dalam tidurnya, kemudian mengusap rambutnya yang sudah basah oleh keringat. Ah, ternyata remaja tersebut tengah demam hingga mengigau.

ORLIBTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang