3

471 39 14
                                    

Orion mengangguk kemudian tersenyum lega, karena remaja itu menjawab pertanyaannya tanpa mengeluarkan kata-kata sarkasme.

"Hari ini saya ada jadwal operasi, jadi nggak bisa nemenin kamu. Nggak papa kan kalo ditinggal sendirian?" Tanya Orion lembut.

Jujur, jika hari ini bukan jadwal operasi yang penting, dokter muda itu tidak akan tega meninggalkan remaja di hadapannya. Karena bagaimanapun, kondisi remaja bernama bintang khatulistiwa itu masih belum stabil dan butuh pengawasan.

Libra mendelik tidak suka "Yang minta ditemenin siapa?! Kalo mau pergi, pergi aja!" Perlahan remaja tersebut membalikan tubuhnya hingga memunggungi Orion.

Orion menghela nafas sabar, "Kamu tuh sumbunya pendek banget ya, ngegas mulu."

Libra meringis pelan ketika tubuhnya bergerak menghadap Orion, "Gimana nggak ngegas, lo dari tadi ceramah mulu! Kepala gue tambah pusing dengernya!"

"Terus kamu mau nya apa?" Orion balik bertanya.

"Lo diem! Nggak usah ngajak gue ngomong!" Tangan Libra menyentuh perban basah di pipi kanannya, tepatnya dibagian tulang malar remaja itu.

"Iya saya bakal diem, tapi setelah kamu jawab pertanyaan saya." Kata Orion dengan raut wajah santai. Katakan saja kalau dirinya masih sangat penasaran kepada Libra.

Libra bergeming, sedikit takut dengan pertanyaan yang akan Orion berikan padanya.

"Libra.." Panggil Orion ketika melihat Libra diam melamun.

Libra kembali tersadar dari lamunannya, "Ck. Nanya apa?!" Jawab Libra ketus.

Orion memasukkan kedua tangannya pada saku celana sebelum bertanya, "Kamu udah nggak makan berapa hari?"

Remaja tersebut mengedikkan bahunya acuh, "Nggak tau."

"Kenapa nggak makan?"

"Nggak laper."

"Kamu nggak makan berhari-hari nggak lemes? Mual? Pusing? Emang nggak kasian sama perut kamu?" Orion menjeda ucapannya sejenak.  "Pokoknya abis ini ada ners yang bakal anterin kamu makan." Cecar Orion pada remaja di hadapannya.

"Gue nggak mau!" Sahut Libra cepat.

"Kenapa?" Tanya Orion lagi. Ia masih sabar untuk mendapatkan jawaban atas rasa penasarannya, meskipun respon remaja tersebut sangat tidak ramah. Bintang satu untuk Libra.

"Lo budek apa gimana?! Gue kan udah bilang nggak laper!" Jawab Libra dengan sorot netra yang mengisyaratkan permusuhan.

"Tapi tetep aja harus diisi, Libra. Kalo nggak, maag kamu bisa berubah jadi gerd." Kata Orion mencoba memberikan pengertian pada remaja itu.

"Ya kalo nggak laper gimana?! Lo mau maksa gue makan sampe muntah?!" Sinis Libra menatap tajam pada Orion.

Orion menyugar rambutnya ke belakang, "Bukan gitu, mau laper atau nggak, kamu harus tetep makan, Libra."

"Terserah lo lah! Pergi sana, tinggalin gue sendirian!" Seru remaja tersebut masih emosi.

"Sebentar, saya masih ada pertanyaan buat kamu."

"Nanya mulu kaya lagi interview!"

"Biarin. In any case, I could not leave you alone." Sahut Orion menguji kesabaran Libra.

Libra mendengus sebal, "Auah capek ngomong sama lo! Udah buru apa pertanyaannya!"

"Kemarin, kenapa kamu tiba-tiba muncul di depan mobil saya?" Tanya Orion lagi.

"Gue dikejar orang." Kata remaja tersebut seadanya tanpa melihat Orion.

"Kamu dikejar siapa sampe ketakutan dan nggak liat kanan-kiri?"

ORLIBTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang